SOAL
1.
Nyatakan
suatu problem matematika tentukan solusi dari problem itu?
2.
Tentukan implikasi dari solusi
yang telah diberikan
3.
Rancang sebuah desain
pembelajaran di pendidikan dasar untuk suatu sub pokok bahasan tertentu?
JAWABAN
1.
Problem
matematika serta solusi dari problem tersebut adalah
Pada
pembelajaran matematika siswa masih sering mengalami kesulitan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika
masih sangat rendah, khususnya dalam menyelesaikan soal cerita pada materi
pecahan. Sebagaimana hasil penelitian Suryanto dan Somerset
(Zulkardi:2001) bahwa penelitian
tersebut diantaranya adalah terhadap 16 Sekolah lanjutan tingkat pertama pada
beberapa propinsi di Indonesia menemukan bahwa hasil tes mata pelajaran
matematika siswa sangat rendah utamanya pada soal cerita.Kesulitan yang paling sering dihadapi banyak siswa
adalah menyelesaikan soal cerita pada materi pecahan.
Pada
materi ini pada umumnya siswa kurang tepat dalam menerjemahkan soal cerita
kebentuk matematikanya. Mereka cenderung melakukan kesalahan ketika diberikan
soal cerita dalam bentuk pecahan selain kurang tepat dalam menejrmahkan atau
menuliskan ke bahasa matematika, mereka juga sering melakukan kesalahan dalam
mengoprasikan pecahan sehingga hasil akhir yang diperoleh sangat tidak tepat.
Pada Yenny(2007) dalam penelitiannya juga
mengemukakan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika
antara lain disebabkan oleh kesalahan siswa dalam menuliskan kalimat
matematikanya yaitu sebesar 51,43 %. Ditambah lagi banyak siswa yang melakukan
kesalahan dalam bentuk pecahan juga cukup banyak. Faktor penyebab pada
umumnya soal cerita yang diberikan terlalu panjang, kekeliruan bahasa yang maknanya
tidak dapat dipahami oleh siswa, ilustrasi cerita yang tidak mampu ditangkap
oleh siswa., masalah pada soal cerita susah memahami konteks akibat ilustrasi
yang terlalu berbelit-belit.
Penyebab lain rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pada materi pecahan tidak secara keseluruhan dari siswa saja, melainkan faktor
pengajaran guru pun sangat berpengaruh. Sehingga tentunya perlu pembenahan atau
evaluasi model pembelajaran yang digunakan sudah tepat
atau belum.
Menurut
seorang pakar matematika terkenal, George Polya (Upu, 2003), untuk
menyelesaikan masalah yang biasanya disajikan dalam bentuk cerita, ada beberapa
langkah yang harus dilakukan, yakni: (1) memahami masalah, (2) merencanakan
penyelesaian, (3) melaksanakan rencana, dan (4) memeriksa kembali. Di sini
tampak jelas bahwa kemampuan memahami masalah merupakan kemampuan yang cukup
penting atau menentukan dalam menyelesaikan soal cerita. Apabila pada langkah ini gagal sudah bisa dipastikan ia tidak akan mampu
menyelesaikan soal dengan benar. Sebaliknya, apabila seorang siswa berhasil
pada langkah ini maka akan mempermudah dia dalam menyelesaikan soal. Seorang guru biasanya
menjelaskan kepada siswanya bagaimana menjawab suatu soal cerita. Dimulai dengan menuliskan: apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Setelah itu dilanjutkan dengan proses
penyelesaian soal. Asumsi yang berkembang dilapangan, adalah apabila siswa
sudah dapat menuliskan atau menentukan apa yang ditanyakan maka siswa sudah
dianggap menguasai tahap yang pertama menurut Polya, yakni" memahami
masalah". Apakah benar demikian? Apakah dapat dijamin apabila seorang
siswa yang mampu menuliskan apa yang diketahui serta apa yang
ditanyakan juga akan mampu menyelesaikan soal cerita tersebut dengan benar?
Adalah suatu kekeliruan apabila seorang siswa yang mampu menuliskan apa yang
diketahui serta apa yang ditanyakan maka siswa tersebut sudah dianggap dapat
memahami masalah.
Tidak sedikit siswa yang hanya mampu menuliskan
apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, namun setelah itu tidak mampu
berbuat apa-apa. Ini menunjukkan bahwa memahami masalah tidak cukup hanya
dengan menuliskan kembali apa yang diketahui serta apa yang ditanyakan. Untuk
dapat menyelesaikan soal cerita matematika dengan benar seorang siswa perlu
memahami apa yang diketahui serta apa yang ditanyakan. Memahami apa yang
diketahui berarti memahami informasi yang tersurat maupun yang tersirat di
dalamnya. Sedangkan memahami apa yang ditanyakan berarti mengerti tentang
istilah atau konsep-konsep yang berkaitan dengan yang ditanyakan. Setelah itu baru dilanjutkan dengan langkah atau proses
penyelesaian.
Menurut tim Matematika
Depdikbud(1983:27) setiap soal cerita dapat diselesaikan dengan rencana sebagai
berikut :
1.
Membaca soal itu dan memikirkan
hubungan antara bilangan-bilangan yang ada pada soal tersebut.
2.
Menuliskan kalimat-kalimat
matematika yang menyatakan hubungan itu dalam bentuk operasi bilangan.
3.
Menyelesaikan kalimat
matematika tersebut
4.
Mengguanakan penyelesaian itu
untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan dalam soal.
Salah satu model pembelajaran yang dapat
menjadi solusi bagi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh siswa-siswa
tersebut adalah model berbasis masalah (Problem Based Learning). Dengan
model pembelajaran berbasis masalah. Model ini dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah, serta mendapatkan
pengetahuan konsep-konsep penting. Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan
proses belajar, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu peserta
didik mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah
penggunaannya pada tingkat berpikir yang lebih tinggi, dalam situasi
berorientasi pada masalah. siswa dapat berdiskusi satu sama lain, siswa dapat
bertukar informasi dan siswa yang pintar dapat membantu siswa yang kurang
pintar Trianto (2007:2).
2.
Implikasi
dari solusi
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis, sebab
disini guru berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog,
pemberi fasilitas penelitian, menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat
meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual peserta didik. Prinsip utama
pendekatan konstruktivis adalah pengetahuan tidak diterima secara pasif, tetapi
dibangun secara aktif oleh individu. Pembelajaran ini tidak dirancang untuk
membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk, (a) membantu siswa mengembangkan
keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah, (b) belajar peranan
orang dewasa yang autentik dan (c) menjadi pebelajar yang mandiri (Ismail,
2003:32)
Implikasi
yang timbul dalam menyelesaikan akar-akar permasalahan pada materi soal cerita
pada pecahan tersebut dengan menggunakan model berbasis masalah dapat terlihat
pada fase-fase model pembelajaran ini sebagai berikut :
Fase ke-
|
Indikator
|
Tingkah Laku Guru
|
1
|
Orientasi siswa
kepada masalah
|
Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa
yang terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
|
2
|
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
|
3
|
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok.
|
Guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
|
4
|
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
|
Guru membantu siswa
dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
|
5
|
Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa
untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
|
Yang mana dari pemaparan
fase-fase tersebut, dapat diamati bahwa pada fase ke tiga siswa
disorong mengumpulkan informasi yang sesuai dalam hal ini soal cerita pada
materi pecahan sudah mulai diselesaikan oleh siswa. Dari men Membaca soal itu
dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang ada pada soal tersebut, menuliskan
kalimat-kalimat matematika yang menyatakan hubungan itu dalam bentuk operasi
bilangan, menyelesaikan kalimat matematika tersebut, dan mengguanakan
penyelesaian itu untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan dalam soal. Untuk
menyelesaikan keseluruhannya waktu sangat tidak mencukupi sehingga diperlukan 3
hingga 4 kali pertemuan untuk menyelesaikannya.
3.
Desain
pembelajaran materi soal cerita pada pecahan adalah sebagai berikut :
ü Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis
masalah;
ü Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan (pemecahan masalah);
ü Metode yang digunakan adalah metode diskusi.
ü Langkah pelaksanaan solusi: Sebagai berikut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar