Kamis, 28 Januari 2016

makalah: Menyelesaikan Soal Cerita Tentang Perkalian Dan Pembagian Dengan Menggunakan Metode Bermain Pasar-Pasaran Pada Siswa Kelas Rendah



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Perwujudan masyarakat berkualitas menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional pada bidangnya masing-masing. Pendidikan mempunyai misi pembangunan. Mula-mula membangun manusianya, selanjutnya manusia yang sudah terbentuk oleh pendidikan menjadi sumber daya pembangunan.
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala bentuk perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan kreatif tanpa kehilangan jati dirinya. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang No. 2 tahun 1989 bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasional.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat menentukan  penguasaan teknologi yang dimiliki oleh suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Tenaga-tenaga terampil dan cakap dalam bidang matematika diperlukan untuk menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas. Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dibina dalam kerangka-kerangka landasan matapelajaran matematika, sehingga penguasaan pelajaran matematika berperan penting pada kemajuan teknologi. Matematika dibutuhkan untuk memecahkan masalah dalam berbagai  kehidupan manusia.
Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran matematika, tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi 2 hal. Tujuan pertama yaitu untuk mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan dan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. Tujuan yang kedua yaitu mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Dalam perkembangan pembelajaran matematika, muncul pendekatan kontekstual yang mengaitkan antara materi matematika yang diajarkan di sekolah dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa secara aktif membangun, melengkapi dan memahami konsep-konsep matematika secara benar. Materi pembelajaran dikembangkan dari situasi nyata dan yang telah didengar, dilihat, atau dialami sendiri oleh siswa. Oleh karena itu, dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa diawali dengan sesuatu yang real bagi mereka. Pemberian soal cerita matematika pada siswa diharapkan memenuhi tujuan pembelajaran kontekstual yaitu siswa dapat merasakan adanya keterkaitan antara materi matematika yang didapatkan di sekolah dengan kehidupan nyata.
Soal cerita matematika adalah soal yang di dalamnya merupakan soal matematika tetapi disajikan dalam bentuk soal cerita yang menggambarkan permasalahan sehari-hari yang dalam penyelesaiannya diperlukan daya nalar tinggi untuk dapat mengartikan soal tersebut ke dalam bahasa matematika. Dalam menyelesaikan soal cerita matematika, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan, yaitu pemahaman fakta yang meliputi menentukan yang diketahui dan yang ditanyakan, pembuatan model, penyelesaian model matematika, serta meyimpulkan jawaban soal cerita matematika. Namun dalam pengajaran matematika, masih sering terdengar keluhan dari siswa maupun guru tentang soal cerita matematika.



B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka permasalahan umum yang akan dicari jawabannya dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana kemampuan siswa dalam mengerjakan soal cerita tentang perkalian dan pembagian dengan metode bermain pasar-pasaran dalam pembelajaran matematika?
C.      Tujuan dan Manfaat
a.       Tujuan
Makalah ini secara umum bertujuan mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika khususnya dalam mengerjakan soal cerita tentang perkalian dan pembagian.
b.      Manfaat
1.      Bagi guru
Dapat mengembangkan pembelajaran matematika yang menyenangkan siswa melalui metode bermain pasar-pasaran.
2.      Bagi siswa  
Menumbuhkembangkan perasaan senang siswa terhadap pelajaran matematika dan meningkatkan kemahiran berhitung.



BAB II
KAJIAN TEORI

A.       Belajar Matematika
Para ahli konstruktivis setuju bahwa belajar matematika melibatkan manipulasi aktif dari pemaknaan yang bukan hanya bilangan dan rumus-rumus saja. Mereka menolak paham bahwa matematika dipelajari dalam suatu koneksi yang berpola linear. Setiap tahap dari pembelajaran melibatkan suatu proses penelitian terhadap makna dan penyampaian keterampilan hafalan dengan cara yang tidak ada jaminan bahwa siswa akan menggunakan keterampilan inteligensinya dalam setting matematika.
Secara substantif, belajar matematika adalah proses pemecahan masalah. Hal ini mencerminkan bahwa matematika hanyalah alat untuk berpikir. Fokus utama belajar matematika adalah memberdayakan siswa untuk berpikir mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya.
Topik-topik dalam matematika tersusun secara hirarkis mulai dari yang mendasar atau mudah sampai kepada yang paling sukar. Ini berarti bahwa belajar konsep matematika tingkat yang lebih tinggi tidak mungkin dapat berhasil jika prasyarat yang mendahului konsep itu belum dipelajari.
Berpikir matematika berkenaan dengan penyelesaian himpunan-himpunan unsur matematika, himpunan ini menjadi unsur-unsur dari himpunan-himpunan baru membentuk himpunan baru yang lebih rumit, dan seterusnya. Dengan kata lain, berpikir matematika juga tersusun secara hirarki.
Karena kehirarkian matematika itu, maka belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu proses belajar. Ini berarti proses belajar matematika akan berjalan dengan lancar bila belajar itu sendiri dilakukan secara kontinu. Dalam proses belajar matematika juga terjadi proses berpikir, sebab seseorang dikatakan berpikir bila orang itu melakukan kegiatan mental. Dalam berpikir, orang dapat belajar dan menyusun  hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh dalam pikiran seseorang dalam bentuk pengertian. Dari pengertian itu, terbentuklah pendapat yang pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan. Tentunya kemampuan berpikir seseorang dipengaruhi oleh inteligensinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur sehingga dapat mengubah pola pikir individu.
B.       Soal Cerita Matematika
Seperti diketahui, belajar merupakan suatu kegiatan yang amat kompleks. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menurut Slameto dibagi dalam 2 golongan. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Belajar matematika tidak lepas dari bagaimana cara menyelesaikan soal matematika yang bertujuan untuk memperdalam penguasaan konsep-konsep matematika dan juga sebagai latihan mengaplikasikan dalam menyelesaikan masalah.
Bell (Upu, 2004: 93) mengemukakan bahwa suatu situasi dikatakan masalah bagi seseorang jika ia menyadari keberadaan situasi tersebut, mengakui  bahwa situasi tersebut memerlukan tindakan dan tidak segera dapat menemukan pemecahannya. Muhkal (2002: 4) mengemukakan bahwa suatu pertanyaan merupakan masalah jika pertanyaan itu menyajikan suatu tantangan dan tidak dapat diselesaikan dengan cara-cara yang rutin.
Dalam menghadapi masalah matematika khususnya soal cerita, siswa harus melakukan analisis dan interpretasi informasi sebagai landasan untuk menentukan pilihan dan keputusan. Dalam memecahkan masalah matematika, siswa harus menguasai cara mengaplikasikan konsep-konsep dan menggunakan keterampilan komputasi dalam berbagai situasi yang berbeda-beda.
Abdurrahman (1999: 256) mengemukakan bahwa dalam menghadapi masalah dalam matematika, khususnya soal cerita, siswa harus melakukan analisis dan interpretasi informasi sebagai landasan untuk menentukan pilihan dan keputusan. Dalam memecahkan masalah matematika, siswa harus menguasai cara yang mengaplikasikan konsep-konsep dan menggunakan keterampilan komputasi dalam berbagai situasi yang berbeda-beda.
Soal cerita matematika merupakan bentuk soal yang memerlukan suatu keterampilan untuk dapat memahami masalah yang terdapat di dalamnya. Permasalahan yang diangkat dalam soal cerita pada umumnya adalah permasalahan yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bila dalam menyelesaikan soal cerita dibutuhkan suatu keterampilan matematika pula, maka disebut soal cerita matematika.
Dalam menyelesaikan soal cerita, banyak anak yang mengalami kesulitan. Kesulitan itu tampaknya terkait dengan pengajaran yang menuntut anak membuat kalimat matematika tanpa lebih dahulu memberi petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh.
C.     Belajar yang Mendukung
1.      Teori Bruner
Jerome S.Bruner adalah seorang ahli psikologi yang dilahirkan tahun 1915, lulusan dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan  agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir


Dalam teorinya Jerome Bruner (Suherman, 2003) menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep konsep dan struktur struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur struktur. Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat anak.
Bruner, melalui teorinya itu mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya, Suherman (2003).
Proses belajar menurut Bruner (Nasution, 2009) dapat dibedakan tiga fase atau episode, yakni:
a.       Informasi
Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap.
b.      Transformasi
Informasi ini harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
c.       Evaluasi
Kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Dalam proses belajar, ketiga episode ini selalu terdapat. Yang menjadi masalah ialah berapa banyak informasi diperlukan agar dapat ditransformasi. Lama tiap episode tidak selalu sama. Hal ini juga bergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi murid belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri.
 Teori Bruner mempunyai ciri khas dan perbedaan dengan teori belajar yang lain yaitu tentang ”Discovery Learning” yaitu belajar penemuan atau dengan menemukan konsep sendiri. Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-pengulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut “kurikulum spiral”. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi didalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu pengetahuan secara utuh.
Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan cirri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan diantaranya adalah:
a.       Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat.
b.      Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
c.       Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
2.      Teori Dienes
Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap anak-anak. Dasar teorinya bertumpu pada teori Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada anak-

anak, sedemikian rupa sehingga system yang dikembangkannya itu menarik bagi anak yang mempelajari matematika.
Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan diantara struktur-struktur dan mengkategorikan hubunngan-hubungan diantara struktur-struktur. Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.
Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep  yang aktivitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Aktivitas ini memungkinkan anak mengadakan percobaan dan mengotak-atij (memanipulasi) benda-benda konkret dan abstrak dari unsure-unsur yang sedang dipelajarinya itu.
Dalam tahap permainan bebas anak-anak berhadapan dengan unsur-unsur dalam interaksinya dengan lingkungan belajarnya atau alam sekitar. Dalam tahap ini anak tidak hanya belajar membentuk struktur mental, namun juga belajar membentuk struktur sikap untuk mempersiapkan diri dalam pemahaman konsep.
Penggunaan alat peraga matematika anak-anak dapat dihadapkan pada balok-balok logik yang membantu anak-anak dalam mempelajari konsep-konsep abstrak. Dalam kegiatan belajar dengan menggunakan alat peraga ini anak-anak belajar mengenal warna, tebal tipisnya benda, yang merupakan ciri atau sifat dari benda yang dimanipulasinya itu. Makin banyak bentuk-bentuk yang berlainan yang diberikan dalm konsep-konsep tertentu, maka akan makin jelas konsep yang dipahami anak, karena anak-anak akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang dipelajarinya itu.

BAB III
PEMBAHASAN

A.      Bermain Pasar-Pasaran
Perkalian dan pembagian merupakan materi yang saling berpasangan. Materi tersebut termasuk materi esensial yang cukup lama proses penanamannya. Bahkan, kalau sudah disajikan dalam soal cerita, seringkali para siswa mengalami kesulitan. Bagaimana guru dapat membelajarkan siswanya dengan tampilan yang berbeda dan menarik.
Adapun cara yang dapat dilakukan sebagai berikut :
1.      Siapkan sudut pasar di dalam kelas (permen, kerupuk, roti, pulpen, pensil, penghapus, rautan pensil, penggaris) dengan jumlah tiap benda minimal 10. Beri label harga untuk tiap benda.
2.      Minta anak mengambil 2 benda yang berbeda dengan jumlah lebih dari 2. Misal: kerupuk 5 bungkus @ Rp 500, permen 3 bungkus @ Rp 200
Selanjutnya siswa menghitung harga barang yang diambil.
5 x Rp 500 = Rp 2.500
3 x Rp 200 = Rp    600
Untuk pembagiannya, kegiatan anak selanjutnya menumpuk penghapus 5 buah dan memberi harga Rp 7.500 kemudian menghitung harga satuannya.
Lanjutkan dengan kegiatan yang sama untuk benda yang berbeda.
Satu hal yang menarik dalam kegiatan ini adalah bahwa guru tidak hanya meminta anak menjadi reseptor (penerima pasif) dari soal cerita. Guru justru menghendaki siswanya menjadi kreator (pencipta aktif) soal cerita.




BAB IV
PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.         Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur sehingga dapat mengubah pola pikir individu.
2.        Soal cerita matematika merupakan bentuk soal yang memerlukan suatu keterampilan untuk dapat memahami masalah yang terdapat di dalamnya. Permasalahan yang diangkat dalam soal cerita pada umumnya adalah permasalahan yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bila dalam menyelesaikan soal cerita dibutuhkan suatu keterampilan matematika pula, maka disebut soal cerita matematika.
3.       Perkalian dan pembagian merupakan materi yang saling berpasangan. Materi tersebut termasuk materi esensial yang cukup lama proses penanamannya. Bahkan, kalau sudah disajikan dalam soal cerita, seringkali para siswa mengalami kesulitan.

B.       Saran
Guru SD dituntut untuk bisa mengembangkan proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Banyak hal yang dapat dilakukan guru SD untuk dapat mengembangkan PAKEM. Salah satu PAKEM agar siswa mampu mengerjakan soal cerita perkalian dan pembagian adalah dengan bermain pasar-pasaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar