Senin, 25 Januari 2016

psikologi matematika: Richard R. Skemp materi permulaan



Suatu cara yang menarik untuk menentukan dua himpunan, dapat dilakukan dengan cara membuat korespondensi satu-satu antara elemen-elemennya walaupun tidak mengetahui banyaknya anggota. Hal ini  seperti telah digunakan oleh orang-orang yang tidak mengenal bilangan dan orang buta huruf’ pada jaman dahulu. Misalkan, pemilik domba memastikan bahwa sekelompok domba yang datang dari pasar sama banyaknya dengan domba sebelum berangkat ke pasar. Takik-takik dipotong pada sebuah batang kayu yang disebut batang hitungan. Setiap takik mengacu pada seekor domba. Kemudian batang hitungan tersebut dibelah menurut panjangnya. Masing-masing setengah dan belahan itu menjadi “belahan dan gambaran” lainnya. Pemilik tersebut menyimpan separuhnya, sedangkan penggembala membawa separuhnya lagi. Dengan cara demikian masing-masing orang menyimpan batang hitungan yang menunjukkan banyaknya domba keseluruhan.


Bilangan dan Membilang
            Bilangan dan membilang adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini mungkin karena ide bilangan belum sempurnah tanpa dapat membilang. Piaget telah menunjukkan bahwa anak – anak  dapat  membilang tanpa mengenal konsep bilangan (yang dimengerti oleh anak – anak  sendiri, hal ini akan dijelaskan lebih lanjut). Jika kita membilangkan banyak apel dalam mangkuk maka kita akan menyebut suatu bilangan tertentu. Membilang dalam pengertian  sehari-hari adalah suatu cara untuk menemukan sifat tertentu dari suatu kumpulan objek – objek   tertentu yang disebut bilangan. Ketika nama bilangan digunakan sebagai daftar kata- kata, seperti P.C.49, kata “bilangan” tidak digunakan dalam pembahasan ini. Hal ini berarti bilangan dan membilang merupakan ide yang sangat erat kaitannya. Diantara dua hal tersebut bilangan merupakan hal mendasar dari pada membilang.

Himpunan
            Sudah dinyatakan bahwa bilangan adalah ide yang lebih mendasar. Sebelum kita membilang, kita harus mengetahui objek – objek yang termasuk dan objek yang tidak termasuk. Misalnya dalam sebuah ruangan yang penuh dengan orang, kemudian kita diminta membilang banyaknya gadis yang cantik. Kesulitan kita yang pertama adalah menentukan siapa yang termasuk di dalamnya?  Andaikan kita dapat menentukan menurut aturan kita sendiri, apakah orang lain menyetujui aturan kita itu?. Sangatlah berbahaya jika kita kehilangan salah satu dasar matematika yang paling penting yaitu kesepakatan (persetujuan) dasar yang rasional.
            Jadi untuk tujuan–tujuan matematika kita harus menolak permintaan–permintaan seperti di atas dan menyetujui untuk membatasi perhatian kita pada kumpulan objek–objek yang didefinisikan dengan baik. Selanjutnya, kumpulan objek yang didefinisikan dengan baik itu disebut dengan himpunan. Sedangkan objek–objeknya disebut elemen.
           
Sifat Karakteristik Suatu Himpunan  
            Bagaiman kita dapat mendefinisikan kumpulan objek–objek dengan baik ? Metode yang digunakan dalam contoh tersebut adalah beberapa macam sifat atau deskripsi singkat. Misalnya sebuah apel (bukan suatu buah per atau buah persik) yang didalam mangkuk ( bukan dalam piring atau pada pohonnya), maka apel tersebut dalam suatu himpunan. Namun jika ada apel yang tidak sesuai dengan deskripsi tersebut maka apel itu tidak termasuk dalam himpunan tersebut. Suatu sifat (dalam contoh diatas , sifat kembar) yang mendefinisikan anggota suatu himpunan   disebut sifat karakteristik himpunan.
            Cara lain untuk mendefinisikan suatu  himpunan  adalah dengan mendaftar elemen–elemennya. Sebagai contoh, kita dapat mendefinisikan suatu himpunan yang terdiri atas bulan, telinga kiri dan monumen Nelson. Dengan mendefinisikannya sebagai himpunan maka dapat dinyatakan himpunan  itu mempunyai sifat karakteristik, yaitu nama–nama  elemen yang terdaftar pada himpunan itu. Sifat karakteristik semacam itu tidak dapat mengarah pada pembentukan konsep (ide) baru. Himpunan yang menarik adalah himpunan yang elemennya dapat mengabstraksikan suatu konseb baru. Namun demikian, pendaftaran elemen himpunan dengan sempurna merupakan cara yang baik untuk mendefinisikan suatu himpunan. Seperti  cara (lain) yang sesuai dengan kriteria yang diberikan di atas. Hal ini mengilustrasikan dua petunjuk yang dapat kita gunakan dalam dalam memikirkan himpunan dan sifat karakteristiknya. Kita dapat mengumpulkan beberapa kriteria dan mengumpulkan objek – objek  yang sesuai dengan karakter tersebut. Sebagai contoh, himpunan ibukota–ibukota negara di Eropa atau himpunan pohon–pohon di pulau Inggris. Kita dapat membentuk beberapa kumpulan objek yang kita pilih dari kumpulan yang terdefinisi dengan baik dan mencoba menemukan sesuatu yang dimiliki bersama-  sama. Hal ini sangat baik dalam pencapaian konsep baru dan merupakan salah satu cara yang akan digunakan dalam pengembangan konsep bilangan.
            Tidak ada pembatasan pada jenis objek dari himpunan. Objek tersebut dapat berupa objek material (contohnya himpunan uang logam dalam saku saya), atau objek abstrak (contohnya tujuh petisi kardinal). Bahkan kita memiliki suatu himpunan tanpa objek sama sekali, misalnya himpunan sapi yang bersayap. Himpunan yang tidak mempunyai  elemen disebut himpunan kosong. Kita juga mempunyai himpunan yang elemen–elemennya merupakan suatu himpunan. Misalnya “ Manchaster United ” adalah nama tim sepak bola yang elemen–elemennya  terdiri atas para pemain sepak bola. Himpunan ini merupakan elemen dari himpunan  lain yang elemen–elemennya adalah tim–tim sepak bola di Asosiasi sepak bola. Contoh seperti ini sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari.
            Hal tersebut seringkali berguna untuk menyatakan tentang objek–objek yang termasuk dan objek yang tidak termasuk dalam suatu himpunan. Misalnya, sorang guru biologi mencoba mengarahkan kepada siswanya untuk mendefinisikan sendiri tentang seekor ikan, dan mengatakan “beri tahu saya sesuatu yang bukan merupakan seekor ikan” seorang siswa menjawab “ Mount Everes”, yang lain menjawab “harimau”, dan lainya menjawab “ikan paus”. Mengapa kita tiba-tiba mengatakan bahwa jawaban siswa pertama adalah jawaban seorang siswa paling bodoh, jawaban yang kedua tidak tepat dan jawaban terakhir adalah jawaban yang benar. Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa apa yang dibicarakan tersebut adalah hewan–hewan, sehingga  jawaban “Mount Everest” meskipun benar tetapi tidak relevan. Tidak seorang (siswa) pun yang memikirkan “harimau” sebagai suatu kemungkinan yang termasuk dalam himpunan ikan–ikan. Jadi contoh jawaban tidak memberi arti dalam pembahasan itu. Jawaban “ikan paus” mungkin dianggap sebagai seekor ikan oleh beberapa siswa sehingga jawaban ini mengindikasikan bahwa si penanya sebenarnya bermaksud mengatakan “beritahu kepada saya seekor hewan air yang bukan merupakan seekor ikan”.
            Seharusnya guru tidak  ragu mengatakan seperti itu. Secara  matematika, guru seharusnya mendefinisikan “semesta pembicaraan” yang disebut juga ”himpunan universal ” atau “universe”. Semesta pembicaraan adalah nama yang diberikan pada himpunan objek yang sedang dibicarakan dalam diskusi tertentu; pertama kali nama ini ditetapkan maka himpunan-himpunan yang lain mengarah pada himpunan yang elemen–elemennya hanya dalam semesta pembicaraan.
            Ide lain yang kita perlukan adalah himpunan bagian. Misalnya, himpunan perangko–perangko di laci meja. Saya boleh membaginya menjadi himpunan perangko satu sen, himpunan perangko dua sen dan sebagainya. Himpunan-himpunan tersebut merupakan himpunan bagian dari himpunan pertama. Dengan kata lain, “semua himpunan tersebut merupakan himpunan–himpunan bagian dari semesta pembicaraan”.
            Pentingnya ide tentang suatu himpunan dan hubungan antar ide akan  berkembang sebagai jembatan antara fungsi inteligensi dalam kehidupan sehari-hari dengan pemikiran matematis. Dari satu sisi, konsep suatu himpunan merupakan pengenalan sesuatu yang kita lakukan setiap saat mengklasifikasikan sesuatu yang kita temui. ”Apakah ini?” berarti ”ini tergolong pada kelas apa atau himpunan apa?”. Tetapi pertama kali secara eksplisit ide tentang suatu himpunan dan ide yang didapat dari himpunan akan banyak bermanfaat (membantu) dalam menjelaskan ide matematika yang dasar dan ide matematika yang tinggi.

Apa yang Dimaksud Dengan “Tiga”?
            Hal yang sangat beralasan tentang pertanyaan diatas yaitu, mengapa kita ingin mengetahui? Saya dapat mengerti tentang tiga cangkir kopi atau tiga ekor sapi ketika saya melihatnya, selanjutnya apa yang saya butuhkan ? sebelumnya kita harus percaya bahwa apa yang akan mengikutinya jika kita membaca judul diatas, bukan panjang dan sulitnya jawaban yang dipenuhi untuk suatu pertanyaan.
Jawaban pertama, suatu contoh yang menanyakan sesuatu yang sudah jelas. Pengetahuan kita menjadi kurang baik jika tidak ada seorangpun yang bertanya tentang mengapa suatu objek kelihatan berwarna atau mengapa kaki seekor katak mati bergerak–gerak pada kondisi tertentu. Orang yang telah tahu jawaban hal-hal semacam itu tidak akan menanyakannya, tetapi baik adalah lawan dari hal yang kurang baik dan sekarang kita dalam situasi yang lebih baik karena adanya penemuan dari Newton dan Volta.
            Jawaban kedua adalah kita dapat menggunakan konsep “tiga” secara efektif pada tingkat intuitif  tanpa menganalisisnya. Sebagian besar dari kita pada umumnya dapat menggunakan (mengatur) dengan baik dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus menjadi ahli matematika. Kita menggunakan teknik-teknik matematika yang sederhana tanpa memahaminya, seperti kebanyakan orang dapat menggunakan mobil dan televisi tanpa memahami tentang mobil dan televisi tersebut.
            Bilangan-bilangan negatif, pecahan, irasional adalah merupakan generalisasi dari ide-ide yang diambil dari membilang 1, 2, 3, … (oleh para ahli matematika disebut bilangan asli). Seluruh aljabar elementer dimulai dari kalimat- kalimat umum tentang bilangan-bilangan. Bilangan asli adalah suatu konsep yang contoh khususnya seperti bilangan 1, 2, 3, … . Jadi kita akan memikirkan apa yang dimaksud dengan “3” ?.
            Cara yang baik untuk memahami suatu ide pada tingkat reflektif adalah mengimajinasikan bagaimana kita dapat menyampaikan kepada orang lain. Dalam hal ini kita  berasumsi bahwa seseorang tidak memiliki konsep-konsep dari aturan yang sama atau aturan yang lebih tinggi yang akan mendorong kita untuk menggunakan  suatu definisi dengan benar. Seperti halnya kita akan menyampaikan konsep “ merah”   dengan menunjukkan bermacam-macam  objek merah. Dalam hal ini kita seharusnya mencari bermacam-macam objek yang menunjukkan konsep “tiga“. Dalam melakukan hal terebut  kita akan menemukan bahwa  “ semua objek yang kita pilih adalah himpunan-himpunan itu sendiri, yaitu tiga apel, tiga jari, tiga pensil, tiga kursi. Tiga adalah sifat karakteristik suatu kumpulan tertentu dari suatu himpunan-himpunan yang dapat memilih suatu variasi untuk mendorong siswa dalam membentuk konsepnya sendiri.


HIMIMPUNAN-HIMPUNAN YANG SESUAI
Dengan cara yang sama kita dapat menyampaikan kepada siswa tentang konsep bilangan 4, 5, 6, ... .  Untuk menyanpaikan konsep-konsep seperti 17, 48 dengan cara ini juga dapat dilakukan walaupun membutuhkan waktu yang lebih lama. Tetapi masalah lain akan timbul. Misalkan para siswa mengetahui tentang pengertian bilangan 1, 2, 3, ... , 17, ... , 48, ...  Bagaianakah siswa dapat memberikan beberapa himpunan baru dan menentukan sendiri sifat yang ada pada himpunan tersebut. Dengan kata lain, berapakah bilangannya? Kesulitan semakin meningkat dengan semakin banyaknya elemen dalam himpunan.
            Tentu saja siswa belum dapat membilang. Dalam  semua kemungkinan, hal inilah yang sebagian besar dan kita secara langsung dan tiba-tiba mengajarkan seperti itu. Jika kita melakukannya secara perlahan-lahan, kita akan sampai pada perhitungan yang bertahap dan menjadi cara yang menyangkut beberapa ide lain yang sangat berguna pada waktu yang akan datang.
            Misalkan kita menggunakan kata “merah” sebagai titik awal. Kemudian  seseorang menginginkàn cara yang sederhana/ mudah untuk menentukan apakah sebuah objek baru yang ditemukan termasuk merah atau tidak. Suatu hal yang harus dilakukan adalah mengumpulkan semua objek yang berwarna merah dan membandingkan dengan objek yang ditemukan. Jika warna itu cocok dengan contoh maka dia akan menandai objek-objek baru itu ke dalam kelompok “merah”. Cara tersebut juga dapat digunakan untuk menentukan warna objek  lain, yaitu dengan cara memeriksa dan memasangkan dengan objek-objek standar.
            Jika eksperimen ini dilakukan maka segera dapat diketahui bahwa himpunan-himpunan yang memiliki warna merah, biru, kuning, hijau, .... untuk sifat karakteristik pasti didapatkan. Objek-objek yang cocok warnanya dengan cara memasangkan seperti itu justru tidak tepat untuk beberapa objek yang dimasukkan dalam warna biru kehijau-hijauan, mungkin dapat dianggap hijau kebiru-biruan.
Memasangkan himpunan-himpunan bilangan dapat dilakukan dengan sangat teliti dan kita sering melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan, himpunan cawan pada sebuah nampan, kita dapat memasangkan himpunan cawan dengan himpunan cangkir dan himpunan sendok teh yang masing-masing banyaknya sama. Jika banyaknya cawan,cangkir dan sendok teh sama banyak maka dengan mudah kita memastikan bahwa untuk masing-masing cawan tersebut saling berpasangan dengan setiap cangkir, dan sebaliknya. Pasti ada sebuah cangkir untuk setiap cawan dan sebuah cawan untuk sebuah cangkir, begitupula untuk himpunan sendok teh. Mamasangkan seperti itu disebut dengan korespondensi satu-satu. Jika kita melakukan korespondensi satu-satu antara himpunan cawan dengan himpunan cangkir dan himpunan cawan dengan himpunan sendok teh maka kita jugamelakukan korespondensi satu-satu antara himpunan cangkir dengan himpunan sendok. 


            Suatu cara yang menarik untuk menentukan dua himpunan, dapat dilakukan dengan cara membuat korespondensi satu-satu antara elemen-elemennya walaupun tidak mengetahui banyaknya anggota. Hal ini  seperti telah digunakan oleh orang-orang yang tidak mengenal bilangan dan orang buta huruf’ pada jaman dahulu. Misalkan, pemilik domba memastikan bahwa sekelompok domba yang datang dari pasar sama banyaknya dengan domba sebelum berangkat ke pasar. Takik-takik dipotong pada sebuah batang kayu yang disebut batang hitungan. Setiap takik mengacu pada seekor domba. Kemudian batang hitungan tersebut dibelah menurut panjangnya. Masing-masing setengah dan belahan itu menjadi “belahan dan gambaran” lainnya. Pemilik tersebut menyimpan separuhnya, sedangkan penggembala membawa separuhnya lagi. Dengan cara demikian masing-masing orang menyimpan batang hitungan yang menunjukkan banyaknya domba keseluruhan.
HIMPUNAN STANDAR DAN KETERURUTAN
            Sifat transitif yang sangat penting telah disebutkan yaitu dalam sebuah kelas dan himpunan-himpunan yang dipasangkan, seseorang dapat memeriksa sebuah himpunan baru yang termasuk atau tidak termasuk dalam kelas ini.
            Pada contoh warna ”merah” di atas kita mengetahui bahwa semua siwa mungkin membawa sebuah objek dalam sakunya masing-masing dan kemudian dibandingkan dengan objek-objek baru yang telah didapat mungkin merupakan objek-objok standarnya untuk masing-masing warna. Untuk mencari bilangan dan sebuah himpunan baru maka ia perlu memiliki sebuah himpunan bilangan (misalnya himpunan bilangan 7, himpunan bilangan 3, dan seterusnya) yang akan dibandingkan dengan himpunan bilangan baru tersebut. Himpunan- himpunan standar ini dia akan akan memilih basis yang memudahkannya  sehingga bagian-bagian dari tubuhnya dapat digunakan sebagai contoh bilangan itu sendiri (standar). Misalkan himpunan bilangan 2 dia memilih kedua  matanya, untuk himpunan bilangan 5 dia memilih jari-jarinya, untuk himpunan bilangan 4 dia menggunakan tungkai dan lengannya untuk himpunan bilangan 1 dia memilih hidungnya. Menyebut himpunan-himpunan ini dengan “mata”, ”jari” , ”tungkai” dan ”lengan” , ” hidung” akan mengarah pada terjadinya nama bilangan-bilangan ”dua”, “lima” , ”empat”, “satu”.
Pada bentuk ini, himpunan-himpunan standarnya tentu mudah, tetapi masih merupakan sesuatu yang sulit untuk dilaksanakan. Alasannya karena urutannya yang sebarang. Untuk mencari bilangan dari sebuah himpunan yang baru dia harus mencoba memasangkan dengan himpunan standar yang dia pikirkan sesukanya. Jika dia salah maka dia akan mengambil yang lainnya. Jadi belum ada aturan dalam uji cobanya itu.
            Cara yang jelas untuk mengetahui hal tersebut dilakukan dengan mencoba menggunakan himpunan standar yang teratur dimulai dengan memasukkan obyek-obyek yang kecil, kemudian obyek-obyek terkecil dan obyek-obyek yang tersisa dan seterusnya. Sehingga inilah yang dikatakan mengatur sesuai dengan urutannya. Karena dia tidak dapat menyusun lagi (kembali) anatominya maka dia akan melakukan dengan cara meletakkan nama-nama bilangan sesuai dengan urutannya yaitu “hidung”, “mata”, “tungkai dan lengan” dan seterusnya.
            Kelemahan yang sangat jelas tampak bahwa himpunan standar antara “mata” dan “lengan dan tungkai” tersebut  tidak ada. Semanggi mungkin contoh yang mudah diingat sebagai bilangan tiga. Jadi sekarang urutan himpunan-himpunan standarnya menjadi hidung, mata, semanggi, lengan dan tungkai, tangan.

MEMBILANG
Pada tahap terakhir tersebut, untuk membilang kita tidak mengetahui caranya atau kita tidak tahu apakah hal tersebut datang sebagai kemampuan genius ataukah penemuan itu terulang pada saat dan tempat yang berbeda di seluruh pelosok dunia ini atau tidak. Tetapi keduanya itu untuk kesederhanaan dan keefektifannya, untuk kontribusinya dalam  masyarakat maka pasti kita meletakkannya sama dengan kesederhanaan dan keefektifan dengan roda.
            Pada tahap membilang ini, kita menggunakan nama-nama bilangan tersebut sebagai himpunan-himpunan standar.
Bilangan                                             Himpunan Standar
Pada penemuan notasi                        Berisi bilangan-bilangan dalam kata
hidung                                     {Hidung}
Mata                                        {Hidung, mata}
Semanggi                                {hidung, mata, semanggi}
Tungkai dan lengan                 {hdg, mt, smg, tgk & lgn}
Tangan                                    {hdg, mt, smg, tgk & lgn, tgn}
           
            Penemuan bilangan dan himpunan obyek-obyek dilakukan seperti  cara sebelumnya, yaitu memasangkan satu-satu (kores pondensi satu-satu) antara elemen-elemen suatu himpunan standar dengan elemen-elemen  himpunan baru yang sudah ada. Hal ini merupakan proses pemasangan yang tepat untuk dilakukan dengan cara menyentuh, menunjukkan, melihat, atau hanya memikirkan objek-objek tersebut untuk dihitung.



Sebagai ganti dari proses coba–coba, pertaima-tama mencari himpunan yang obyeknya terlalu besar kemudian terlalu kecil sampai kita mendapatkan yang benar. Kita lebih mudah mencocokkan kata-kata bilangan tersebut dengan elemen–elemen dan himpunan yang sudah ada sampai semuanya ada pasangannya. Hal terakhir yang kita katakan ini  adalah bilangan dan himpunan kata-kata yang telah kita gunakan dan diseleksi dengan otomatis
            Hal inilah yang kita lakukan setiap kali membilang. Pada saat himpunan-himpunan standar diatur, kita hampir saja menghitung. Tetapi ini tidak mengurangi pentingnya tahap terakhir; sementara itu bilangan-bilangan dari himpunan- himpunan yang anggotannya cukup sedikit dapat mudah diperoleh dengan cara mencoba-coba memasangkan. Ini merupakan hal yang dilakukan dengan teknik membilang, sehingga kita dapat menemukan bilangan dari suatu himpunan dengan cepat dan benar.

MENGHITUNG  DAN ARITMETIKA
            Sebagai contoh tentang ketergantungan dalam matematika adalah  menghitung. Misalkan pernyataan 7 + 5 = 12. Ini merupakan hal yang biasa dalam matematika, tetapi marilah kita memperhatikan proses abtraksi yang menyebabkan pernyataan matematika tersebut dan mewujudkan dalam situasi fisik. Misalkan kita menpunyai sebuah baki yang berisi  7 cangkir dan sebuah baki lagi yang berisi 5 cangkir. Semua cangkir diletakkan pada sebuah baki yang sama, maka berapakah banyaknya seluruh cangkir di sana? Metode ini adalah metàdenya anak-anak, tetapi kita akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tergantung  pada membilang. Pertama, keluarkan kumpulan  7 keping penghitung atau 7 batang korek api, kemudian hipunan lainnya yang terdiri atas 5 keping. Kemudian letakkan keduanya bersama-sama dan hitunglah hasilnya. Selanjutnya mungkin kita menanbah (menggunakan bantuan jari tangan) dengan cara membilang dari ‘tujuh’ kemudian lima kata lagi yaitu ’delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas’. Membilang (yang digaris bawahi tersebut diatas) mengimplikasikan bahwa himpunan yang terdiri atas 5 dihitung bersama dengan himpunan dari 7. Sekarang diperlukan beberapa alat perlengkapan seperti jari tangan untuk mendapatkan 5 kata dan  himpunan yang kedua. Kata terakhir yang kita ucapkan itu sekarang menjadi bilangan untuk hinpunan gabungan, bukan untuk himpunan kedua.
            Disini kita tidak dapat menganalisis konsep aritmetika sebagaimana yang dilakukan dalam membilang, karena semua tahap di atas akan berubah menjadi beberapa aturan-aturan. Kita boleh yakin dari contoh-contoh tentang ketergantungan aritmetika pada membilang, dan mungkin menganalisis beberapa aktifitas aritmetika dasar yang berkaitan dengan konsep-konsep himpunan, korespondensi satu-satu, dan membilang, seperti perkalian dan pembagian. Sebelumnya kita lihat hubungan antara membilang dan bilangan sebagaiana yang dihadapi anak–anak pada saat ini.

KONSEP MEMBILANG DAN BILANGAN YANG DIMILIKI ANAK–ANAK
            Biasanya sebelum anak-anak masuk sekolah, mereka belajar mengucapkan nama-nama bilangan secara berurutan dari satu sampai sepuluh. Mereka dapat memasangkan kata-kata bilangan tersebut dengan obyek–obyek pada beberapa himpunan tanpa banyak kesalahan. Jadi walaupun mereka masih sangat kecil tetapi mereka sering dapat melakukan dengan benar tentang bilangan-bilangan dan berbagai macan himpunan kecil (anggotanya sedikit). Hal ini tidak jauh berbeda dengan membilang, kecuali untuk hal yang mendetail mereka tidak perlu mempunyai konsep tentang bilangan.
            Piaget telah membuktikan ha ini  dengan bermacam-macam eksperimen yang kesimpulannya sebagai berikut. Dua himpunan yang disatukan yaitu enam telur yang dimasukkan dalam enam gelas. Seorang anak ditanya apakah  banyaknya telur sama dengan banyaknya gelas? Dia mengatakan ”ya”. Kemudian telur-telur itu dikeluarkan dari dalam gelas dan dikunpulkan, sehingga gelas-gelas itu kosong. Kemudian anak itu ditanya lagi ”apakah banyaknya telur itu cukup bila dimasukkan dalam gelas-gelas itu atau tidak? Anak-anak yang berumur lima tahun itu menjawab ”tidak” . Padahal ketika disuruh membilang telur-telur dan gelas-gelas itu, dia dapat melakukan dengan benar. Sekali lagi, hal itu ditanyakan kepada anak tadi, “apakah banyaknya telur dan gelas-gelas itu sama atau tidak?  Dia tetap menjawab “tidak” , Dia belum  mengetahai (mengerti) dua sifat penting bilangan, yaitu elemen-elemen dua himpunan itu berpasangan dan pasangan itu tidak terpengaruh oleh perubahan posisinya.
Hal tersebut menarik sekali bila dibandingkan dengan sikap anak-anak berumur 3 1/2 tahun yang meletakkan beberapa kereta-keretaan pada relnya sambil berkata ”satu untukku, satu untukmu dan satu untuk ibu” . Anak ini walaupun tidak mampu membilang, secara mental dia memasangkan dua himpunan, bagaimanapun juga posisi obyek-obyek tersebut (ibunya ada di luar ruang itu). Jadi dari dua anak tersebut, manakah yang lebih menguasai konsep bilangan?
            Mengunpulkan obyek-obyek menjadi himpunan-himpunan pada sifat dasar (semua obyek merah, semua obyek yang berwarna biru, ..., atau semua obyek adalah mobil-mobilan, semua obyek adalah orang, . . . ) merupakan salah satu aktivitas yang belum berhubungan dengan matematika. Sedangkan mengurutkan (dengan bermacam-macam kriteria) merupakan perbandingan lain terhadap dua himpunan untuk mengetahui apakah kedua himpunan tersebut cocok atau tidak, hal yang terakhir ini merupakan aktivitas matematika.
            Idealnya, anak-anak lebih baik mempunyai banyak pengalaman tentang hal tersebut sebelum mereka belajar membilang. Membilang merupakan bagian terbanyak dari kehidupan mereka sehingga umumnya anak-anak belajar mengucapkan nama-nama bilangan setelah mereka belajar berbicara.
Anak-anak meniru dari orang dewasa dan anak-anak lainnya tentang banyak kata dan frase yang artinya dapat mereka ketahui setelah itu. Tidak menjadi masalah jika anak-anak belajar membilang sebelum mereke memiliki konsep bilangan yang namanya mereka ucapkan. Hal ini  menyatakan bahwa konsep bilangan itu dipelajari dan diberikan kemudian. Bahayanya adalah peralihan ke bentuk tulisan mungkin didasarkan pada membilang tanpa kontribusi konsep yang sangat penting. Dalam hal ini matematika untuk seorang anak harus dimulai dari dasar-dasar yang paling mudah.
            Dengan memberikan kesempatan-kesempatan yang sesuai maka membilang dapat memberikan formasi konsep-konsep bilangan dalam dua cara. Pertama, pemberian warna dapat membantu dalam proses pembentukan konsep baru. Membilang dan menghitung kembali obyek-obyek setelah beberapa penyusunan ulang menyebabkan adanya kecurigaan adanya beberapa sifat yang terus ada melalui perubahan-perubahan ini.
            Membilang merupakan suatu proses pemasangan dan cara yang baik untuk menguji pasangan dua himpunan. ”Apakah kita mempunyai sebuah cangkir untuk setiap orang?” Jawabannya sangat cepat ditemukan dengan cara membilang/ menghitung cangkir-cangkir dan orang-orang yaitu menggunakan sifat transitif dari korespondensi satu-satu.
Cara yang paling baik untuk memberikan banyak pengalaman kepada anak-anak yang mengarah pada konsep yang relevan, secara berangsur-angsur akan terbentuk dan secara berangsur-angsur pula menyambung menjadi sebuah skema. Perkembangan yang terlalu kaku tampaknya tidak penting, tetapi yang paling penting adalah keseringan pebentukan konsep, aktivitas eksperimental, dan aktivltas penggunaan, tentu saja harus dilakukan sebelum mengerjakan tes.



RANGKUMAN
Pada bab ini sebagaian besar ide sehari-hari telah digunakan diuji dan dibentuk konsep-konsep dasar dalam matematika. Berikut ini merupakan ide-ide utama  yang perlu diingat.
Himpunan adalah kumpulan obyek-obyek yang didefinisikan (ditetapkan) dengan tepat yang dapat berupa obyek-obyek fisik maupun ide-ide.
Elemen yaitu salah satu obyek yang termasuk dalam  suatu himpunan.
Sifat karakteristik suatu himpunan adalah suatu sifat obyek yang termasuk dalam suatu himpunan, jika dan hanya jika obyek itu mempunyai sifat karakteristik dari himpunan tersebut.
Korespondensi satu-satu : dua himpunan dikatakan berkorespondensi satu-situ jika dan hanya jika masing-masing elemen dari suatu himpunan dipasangkan dengan satu          dan hanya satu elemen dari himpunan yang lainnya.
Suatu bilangan merupakan sifat karakteristik suatu himpunan dan himpunan-himpunan yang berpasangan.
Himpunan standar adalah himpunan contoh dari himpunan-himpunan yang cocok digunakan untuk perbandingan dengan suatu himpunan lain untuk mengetahui apakah suatu himpunan itu tergolong pada himpunan contoh dari himpunan-himpunan yang cocok tersebut atau tidak.
Membilang adalah suatu cara untuk menemukan bilangan dua himpunan dengan cara menggunakan nama-nama bilangan yang berurutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar