Rabu, 27 Januari 2016

makalah : teknik penguasaan perkalian bilangan dasar dalam mengatasi kesulitan belajar


     BAB   I
P E N D A H U L U A N

A.      Latar   Belakang  Masalah
      
Dengan melihat perkembangan dewasa ini, nyatanya semakin besar tuntutan  akan  penguasaan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi,  yang senantiasa  membutuhkan  partisipasi dikalangan  kita  semua, terutama pada generasi  muda  yang  merupakan tunas  harapan  bangsa  dimasa  yang  akan  datang, senantiasa harus berusaha  dan mempersiapkan  diri  sedini  mungkin  dalam  rangka  menjawab  segala  tuntutan  zaman. Untuk  mengatasi  hal  ini  tentunya  tidak  terlepas dari  fungsi  dan  peranan  pendidikan , baik  pendidikan  formal,  ataupun  pendidikan non formal,  yang  merupakan  tempat  pencetakan  kader-kader  bangsa  yang  berkualitas yang  senantiasa  diharapkan.
              Adapun  proses  pelaksanaan  pendidikan  ke arah  tercapainya  tujuan  pendidikan harus  melibatkan  berbagai  pihak,  baik  dari  pihak  pemerintah,  masyarakat, dan terlebih  lagi  dari  pihak  guru itu  sendiri  yang  sangat  berperan  dalam  pencapaian  tujuan  pendidikan  umumnya  dan  tujuan  pengajaran  khususnya. Demikian  pula  suatu  hal  yang  tidak  kalah  pentingnya  dalam  pencapaian  tujuan  pendidikan  dan  pengajaran  adalah dukungan  dari  berbagai  faktor  yang  terkait  dalam   pendidikan. Dan  adapun  tujuan  pendidikan sebagaimana  yang tercantum  dalam  GBHN  dijelaskan  bahwa :

“Pendidikan  nasional  bertujuan  untuk  meningkatkan kualitas  manusia  indonesia, yang  beriman  dan  bertakwa  terhadap  Tuhan Yang  Maha  Esah, berbudi  pekerti  luhur,  berkepribadian, mandiri, tangguh,  cerdas,  kreatif, terampil,  berdisiplin,  beretos kerja, profesional,  bertanggung jawab, dan  produktif  serta  sehat  jasmani  dan  rohani”.

Dari  rumusan  tujuan  pendidikan  di atas  maka  misi  pendidikan  tidak  hanya  memajukan  ilmu  pengetahuan, melainkan  mengembangkan intelektual  secara  optimal,  memberikan  kemampuan  pada  siswa  untuk  menyesuaikan  diri  dengan  situasi  sekarang  dan  yang akan  datang.
               Matematika  bila  dikaitkan    dengan  perkembangan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  dewasa ini,  nyatanya  semakin  nampak  betapa  pentingnya ilmu  pengetahuan  matematika,  dimana  pengetahuan  matematika   mengantar  manusia  ke arah  berpikir  logis, kritis  dan  sistimatis  yang sangat  menunjang 

perkembangan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi. Hal  ini dapat  dilihat  dari  beberapa hasil  penelitian  yang  mengemukakan  pentingnya  pengetahuan  matematika,  diantaranya  dikatakan bahwa : “dengan  menguasai  matematika maka  itu  merupakan  senjata yang  ampuh  dalam  menguasai  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi”. Bilamana pandangan  ini dikaitkan    dengan  kenyataan  yang ada, maka nampaknya  anggapan  itu  benar, dimana  matematika  sangat  berkaitan  erat  dengan  ilmu  pengetahuan  exact  lainnya  seperti fisika, kimia, biologi  ataupun pengetahuan  non-exact  seperti  ekonomi, geografi, akuntansi  dan  lain-lain. Dan  bahkan  penulis berpendapat bahwa  segala  aspek  dalam  kehidupan  kita  ini  tidak akan perna  bisa terlepas dari ilmu  pengetahuan  matematika.
Mengingat  begitu  pentingnya  ilmu  pengetahuan  matematika  maka  wajarlah   matematika  harus  mendapat   perhatian  khusus  dikalangan  kita  semua terutama  dikalangan  kita  yang  bergelut  dibidang  pendidikan  matematika, yang  tidak jarang  kita   temui  di lapangan   berbagai  macam  kendalah   dalam  pengajaran  ilmu   pengetahuan  matematika   baik  dari  segi  siswa itu  sendiri,  guru,  materi  pelajaran ataupun dari  segi  penggunaan  metode  mengajar  yang  kurang  tepat. Dan  bagi  penulis  sendiri  yang  berprofesi  sebagai  seorang  guru  matematika di  SMK   Muhammadiyah  Tello  Baru  Makassar sangat  banyak  menemui  kendalah  dalam  pengajaran  matematika, diantaranya penulis seringkali  menemui  siswa  SMK yang  belum  menguasai perkalian  bilangan  dasar  ( perkalian   bilangan   1 s/d  9  ) , padahal semestinya  sejak  kelas  III  SD siswa suda  bisa  menguasai  perkalian bilangan  dasar  tersebut,  karena  sejak  saat  itulah  konsep  perkalian  dasar ini  mulai  ditanamkan. Namun  harapan  itu  tidaklah  sesuai  dengan  kenyataan  yang  ada.
Olehnya  itu  penulis  sebagai  seorang  guru  matematika  tentunya  tidak  bisa  tinggal  diam  dan  membiarkan  ketidak  tahuan  siswa ini dengan  hanya menyalahkan  guru-guru matematika yang mengajar  pada tingkatan  sebelumnya  seperti pada tingkatan SD dan SLTP akan  tetapi  penulis harus  mencari jalan keluarnya  karena  hal  ini  merupakan  hal  yang sangat fundamental  dalam pembelajaran  matematika  siswa selanjutnya. Dengan  demikian  penulis    harus  mencari berbagai  macam cara  agar  siswa  dapat  menguasai  perkalian  bilangan  dasar  tersebut dengan  berbagai  macam  metode, tanpa harus terfokus pada salah satu metode tertentu  saja karna kita ketahui  bahwa  didalam  suatu  kelas pasti  terdapat  kemampuan  dan karakter  siswa  yang  berbeda-beda yang  memungkinkan  bahwa  suatu metode  atau teknik  tertentu  cocok  pada  siswa  tertentu  tetapi  belum tentu   cocok  untuk  siswa  yang  lainya.
Olehnya  itu  sebagai  seorang  guru, kita tidak  boleh hanya  menguasai satu  metode saja  akan  tetapi  kita  harus memperkaya  diri  dengan  berbagai  macam  metode. Dengan  demikian kita tidak  terkesan memamaksa         siswa  pada 

metode  tertentu  seperti mengharuskan  siswa untuk menuliskan dan  menghafalkan daftar  perkalian  dasar , karna  tidak  semua  siswa  bisa  menghafal.

A.             Rumusan  Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah yang diangkat dalam      makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“bagaimana teknik – teknik menguasai  perkalian  bilangan dasar  dalam  mengatasi  kesulitan belajar siswa pada operasi bilangan real siswa  kelas X  SMK”.
B.             Tujuan  Dan  Manfaat

Adapun  tujuan  dari  makalah  ini   sebagaimana  yang  terdapat  pada  latar belakang  dan rumusan  masalah  maka  penulis  ingin  mengetahui  teknik – teknik menguasai  perkalian  bilangan dasar  dalam  mengatasi kesulitan  belajar  siswa  pada  operasi  bilangan  real  siswa  kelas  X  SMK.

Sedangkan  kegunaan  yang  diharapkan  dalam  makalah  ini  adalah :

1.Bagi  para  tenaga  pengajar  matematika  khususnya di sekolah  diharapkan  makalah  ini dapat  dijadikan  acuan dalam  pencapaian  hasil  belajar  siswa.

2.Bagi  para  siswa  khususnya  yang  memiliki  kesulitan  dalam  penguasaan  perkalian  bilangan  dasar diharapkan  dengan  adanya  makala  ini  kesulitan siswa  tersebut  dapat  teratasi, dan  semoga  tidak  didapatkan  lagi siswa khususnya  pada  sekolah  lanjutan  pertama ataupun  menengah  yang  tidak  menguasai  perkalian  bilangan  dasar.

3.Dan  bagi  penulis  sendiri diharapkan    makalah  ini  dapat  memberikan  nilai tambah pengetahuan, sikap  dan  keterampilan.





BAB  II
K  A J  I  A  N     T E O R I

Suatu  hal  yang tak  kalah  pentingnya dalam  pencapaian  tujuan  pembelajaran  adalah  ketepatan  memilih  metode  yang  digunakan. Untuk memilih suatu metode  yang  tepat  seorang  guru  harus  mengetahui tahap-tahap  berpikir anak sehingga  dalam pengajaran  matematika tersebut  kita dapat  menyesuaikan  dengan    tingkat  kesiapan  siswa, serta  tingkat  kemampuan dan pengalaman  siswa . Piaget ( dalam  Herman  hudoyo: 1990)  berpendapat  bahwa :

“Proses  berpikir manusia sebagai  suatu perkembangan yang bertahap dari  berpikir intelektual  konkrit ke  abstrak  melalui  empat  tahap”

Urutan  tahap  tersebut tetap  bagi  setiap orang, namun setiap  orang  dalam memasuki tahap  berpikir yang  lebih  tinggi  berbeda-beda  tergantung dari masing-masing  indifidu. Dan adapun tahap  yang  dikemukakan  Piaget  tersebut  adalah :

1.    Tahap  Sensori Motor
    Tahap  ini  dicapai  anak  sampai  usia  2 tahun, karakteristiknya  merupakan gerakan- gerakan  sebagai akibat  langsung, anak  belum mempunyai  kesadaran adanya  konsep obyek  yang tetap, bila  obyek  itu  disembunyikan  anak  tidak  akan mencarinya.
2.    Tahap  praoperasional

     Tahap  ini  dicapai  oleh  anak yang  berumur  2 s/d 7  tahun, pada  tahap  ini anak  berpikir tidak  didasarkan  pada  keputusan  yang  logis  melainkan didasarkan  pada  keputusan  yang  dapat  dilihat seketika, misalnya jika kita  memperlihatkan  segumpal  lilin  lunak  yang  berbentuk  bola,  kemudian  kita  ubah  menjadi  bentuk  pipih  sehingga  nampak  lebih  lebar, selanjutnya  kita  tanyakan  mana  yang  lebih  banyak, anak pada  tahap  ini  akan  menjawab  lilin  lunak  yang berbentuk  pipih, karna anak pada  tahap  ini  belum  memahami  konsep  kekekalan  materi, demikian  pula  ia  belum  memahami volume, panjang  dan  luas.

3.    Tahap  Operasi  Konkrit

     Tahap  ini  dicapai  anak  sekitar  usia 7  s/d 12  tahun. Tahap ini disebut  operasi  konkrit  sebab tahap  berpikir  logis  anak  didasarkan atas  manipulasi  fisik dari  obyek-obyek. Pengerjaan logis  dapat  dilakukan  dengan  berorientasi ke  obyek-obyek atau  peristiwa-peristiwa  langsung  yang  dialami
4.    Tahap  Operasi  Formal
     Pada  tahap  ini  prinsip  konservasi  atau  prinsip  tentang  panjang, luas,  volume  sudah dicapai  sepenuhnya  oleh  anak. Dan  pada  tahap  ini, anak  sudah  mempunyai  kemampuan  untuk  menggunakan  hubungan-hubungan  diantara obyek–obyek. Berfikir  pada  tahap  formal  ini  ditandai  oleh  pembentukan  hipotesis  yang  kemudian  diikuti  hubungan-hubungan  abstrak  dan  proposisi  logis  formal  termasuk aksioma-aksioma dan  defenisi  atau  tahap  ini  disebut  juga tahap operasi  hipotesis deduktif.
    Sejalan  dengan  tahap-tahap  perkembangan tersebut  Russefendi (Pengajaran Matematika Moderen : 1997) menjelaskan  pula  bahwa  taraf  berpikir anak  dapat  dibedakan   atas  4  tahap  yaitu :
1.    Berfikir  pada  tingkat  konkrik
    Dalam  mengajarkan  sesuatu  pada  anak  dalam  taraf  ini, hendaknya  menunjukkan  benda-benda real,  misalnya  dalam  memperkenalkan  angka  2,  kita  harus  memperlihatkan  benda-benda  sebanyak 2.

2.    Berfikir  pada  tingkat  semi  kongkrit.
      Pada  tahap  ini  anak  suda  bisa  mengerti  angka-angka  seperti 2,3,4,5 ... bila  dibantu  dengan  memperlihatkan benda  aslinya.

3.    Berpikir  pada  tingkat  semi abstrak
     Pada  tahap  ini, anak  suda  bisa  mengerti  arti  bilangan  tertentu  tanpa  memperlihatkan  gambar  ataupun benda  aslinya.

4.    Berpikir  pada  tingkat  abstrak.
     Pada  tahap  ini  anak  suda  dapat  mengerti  bilangan  dan  suda  bisa  mengadakan  operasi  hitung  seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian  dan  opersi  hitung yang  lainnya  tanpa menggunakan gambar  ataupun  benda  aslinya.
Dengan  memperhatikan  tahap – tahap  perkembangan  di atas  dan  menghubungkannya  dengan  beberapa  metode penguasaan  perkalian bilangan  dasar yang  terdiri  dari :  metode penggunaan  tabel perkalian, metode penggunaan  gabungan dari himpunan  lepas, metode kerja  praktik, metode  permainan, metode jari metika ,metode Trachtenberg  maka dalam makala ini, penulis  akan menitiberatkan pembahasan pada metode  penguasaan perkalian bilangan  dasar dengan  menggunakan : metode penggunaan  tabel perkalian, metode  jari metika  dan  metode Trachtenberg ,  mengingat  yang menjadi  obyek  dalam  makala  ini adalah  siswa   SMK   kelas  X   yang  telah   berada  pada  tahap   berpikir  pada  tingkat  abstrak.
Penulis mengangkat  permasalahan  penguasaan  perkalian bilangan dasar dalam meningkatkan hasil  belajar  siswa  pada  operasi  bilangan  real  siswa  kelas  X  SMK ,  karna  penulis  berangkat dari pengalaman yakni  penulis  sangat  banyak  menemui  siswa  SMK  yang  belum  menguasai  perkalian  dasar yang  sangat  tidak  memungkinkan  penulis  untuk  bisa  melanjutkan  materi  pelajaran  matematika  yang  ada  di  SMK , sebagaimana  yang  dikemukakan  oleh  Prof.Drs.Herman Hudoyo; M.Ed   (Strategi mengajar  belajar  matematika: 1990) mengatakan  bahwa :

“Memahami  konsep B yang  mendasarkan  pada  konsep  A seseorang  perlu  dulu  memahami  konsep  A  tanpa  memahami  konsep  A  tidak  mungkin  orang  itu memahami  konsep  B. Ini  berarti mempelajari  matematika  harus  bertahap  dan  berurutan  serta  mendasarkan  pada  pengalaman  baru
Sejalan  dengan  itu Russefendi (pengajaran  matematika  moderen: 1997) mengemukakan  bahwa :
“Nampaknya  hafalan  kali-kalian  dari  bilangan  yang  kurang  dari  sepuluh  itu  sebagai  prasyarat  untuk  terampil  berhitung untuk  persoalan-persoalan  berikutnya , misalnya  untuk mencari  hasil  kali 46 X 95 , 8 X 756 , 275 X 813 anak tidak  akan  memperoleh  hasil  kali  itu  dengan  cepat  bila  ia  belum  dapat  menjawab  dengan  cepat  berapa 4 X 3, 4 X 5, 6 X 9, 6 X 5 dan seterusnya “.
Olehnya  itu  setiap  memasuki  tahun ajaran  baru,  sebelum  memulai  pengajaran  matematika pada  siswa  baru  di kelas  X  SMK. penulis    terlebih  dahulu mengecek   kemampuan  dasar  matematika  siswa baru  tersebut  seperti  kemampuan menjumlah,  mengurang, mengali  dan  membagi bilangan  dasar.Dan  kenyataan  yang paling  banyak  penulis  temukan  tiap  tahunnya  adalah  : kurangnya  penguasaan  siswa  terhadap  perkalian bilangan  dasar  dan juga juga kelemahan pada  operasi  bilangan  bulat.
Dan  adapun  pelaksanaan  tindak  lanjutnya,  terkadang  penulis  menggunakan  pada  pertemuan  pertama  pelajaran matematika  dan  mengefaluasinya  pada  pertemuan  ke dua,  setelah  penulis  melihat  dan  meyakini  bahwa  siswa  suda  bisa dan  suda mahir  menggunakan metode-metode    perkalian  bilangan  dasar  tersebut  dengan  berbagai macam metode  yang  diberikan  maka  barulah penulis  memulai  memberikan  materi  pertama pelajaran matematika   di  kelas  X  tersebut yakni  materi operasi  bilangan  Real.
BAB  III
P E M B A H A S A N
A.            Perkalian  Dan  Sifat-sifatnya

Untuk  memahami perkalian  secara  mendalam  berikut  ini  akan dikemukakan  beberapa  defenisi  perkalian  dari  berbagai macam  pendapat, namun mempunyai maksud  dan  tujuan  yang  sama. Pendapat – pendapat  tersebut diantaranya  yang  dikemukakan oleh : Roy  dan Mary Edwar  ( Membantu anak memahami Matematik: 1993)  menyatakan bahwa  :

“Perkalian  sesungguhnya adalah  penjumlahan  segugus  bilangan misalnya 3 + 3 + 3 + 3 = 4 x 3  maksudnya  4 himpunan  beranggotakan  3 “

Sedangkan  Murray .R.Spiegel,PH.D ( Matematika Dasar: 1986 ) mengatakan  bahwa :
“Perkalian  adalah    hasil  kali  dua  bilangan  a  dan  b  adalah  bilangan  c  sehingga  a  x  b  =  c  operasi  perkalian  ditunjukkan  dengan  tanda  silang,  titik  atau  kurung. Jadi 5  x  3  =  5  .  3  =  5 ( 3 ) =  15  dimana  faktor-faktornya  5  dan  3  dan  hasil  kalinya  adalah  15”.

Dan  adapun  pengertian kali  yang  dikemukakan  oleh  Hollads  Roy, (kamus matematika: 1984 ) dikatakan  bahwa :
“Kali ( Times )  adalah  bagaimana  seringnya  pertambahan  dilakukan. 4  kali  5  adalah 5  +  5  +  5  +  5  yaitu  20. “ kali” sering  dipakai  secara  tidak  benar  untuk  perkalian. 3  kali  4  adalah  4  +  4 +  4  tetapi  3  dikalikan  4  adalah   3  +  3  +  3  +  3. Tanda kali  digantikan  dengan  kata “dikalikan  dengan”  dan  bukan  kali “.
Sejalan  dengan  pendapatnya    mengenai  pengertian  kali  tersebut  beliau  juga  mengemukakan  pengertian  perkalian  bahwa :
“Perkalian (multiplikation)  adalah  peristiwa  pengulangan  dari  pertambahan. 3  +  3  +  3  +  3  =  3  x  4  =  12. Dalam  kata-kata  dari  matematika moderen  perkalian adalah  suatu  opersi  duaan ( suatu operasi  pada  dua unsur ) dalam  contoh  di atas  3  dan  4  adalah   unsur-unsur

Berdasarkan pengertian  dan  defenisi  yang  telah  diungkapkan di  atas  maka  penulis  dapat  menyimpulkan  bahwa perkalian  adalah peristiwa pengulangan  bilangan-bilangan  yang  sama  yang hasilnya  dapat  diperoleh  dengan menjumlahkan  bilangan-bilangan tersebu  yang  dapat  disajikan  dengan menggunakan tanda silang (x), titik (.)  ataupun  tanda  kurung (  ).
Dan adapun  sifat-sifat  perkalian dan  sifat-sifat  operasi  bilangan  yang  lainnya  sangat  ditentukan  oleh  sistem  bilangan  itu  sendiri yang  secara  garis  besarnya  terdiri  dari  sistem bilangan  nyata dan  sistem bilangan  tidak  nyata  atau  sering  diistilahkan  dengan  bilangan real  dan  bilangan  khayal,  Namun  dalam  makala ini  penulis  akan menfokuskan  pembicaraan  pada  sistem Operasi  bilangan  real  sebagaimana penulis  ungkapkan dalam rumusan  masalah, yang  terdiri  dari  beberapa macam bilangan,  namun  secara  garis  besarnya  dibedakan  atas  dua  kelompok yaitu    bilangan rasional  dan  irrasional.

1.      Bilangan  Rasional

Bilangan  rasional  terdiri  dari  beberapa macam  bilangan Yaitu :  bilangan bulat; yang  meliputi  bilangan  bulat  positif, bilangan  bulat  negatif  dan  nol.bilangan  bulat  positf  dan nol  dinamakan  bilangan  cacah.  Sedangkan bilangan bulat  positif dinamakan  juga  bilangan  asli. Selain  itu  bilangan  Rasional meliputi  pula bilangan  pecahan. Dari penjelasan  tersebut, kita  bisa  menarik kesimpulan  bahwa  Bilangan  Rasional   adalah :  bilangan  yang  dapat  dinyatakan  dalam  bentuk   dimana  a,  b  bilangan  bulat  dan b   0.   

v  Bilangan  Asli

Bilangan Asli  adalah  bilangan  yang  dimulai  dari  angka  1, 2, 3, ... yang  sering di  beri  simbol  A,  yang  memiliki  sifat-sifat  sebagai  berikut :

o   Sifat tertutup  terhadap penjumlahan dan perkalian, artinya  bilamana  kita  menjumlahkan  atau  mengalikan dua bua bilangan  asli maka  hasilnya  akan  tetap  bilangan  asli.
o   Sifat  dasar  komutatif  terhadap  penjumlahan  dan  perkalian. Untuk  setiap 
X € A, y € A maka x + y = y + x dan x. y = y. x
o   Sifat  dasar assosiatif , Untuk  setiap   maka  berlaku 
x + (y + z) = (x + y) + z
x . (y . z) = (x. y) . z
o    Sifat  dasar  identitas  terhadap  perkalian
Untuk  maka  x . 1 = 1 . x = x
o    Sifat  Trikhotomi,  maksudnya  untuk setiap  dua  bilangan  asli   berlaku  tetap satu  dari hubungan berikut :
o    Sifat  Transitif
Sifat  transitif  yang  dimiliki  bilangan  Asli yakni  bilamana  :
a <b,               b < c,               maka a < c
a = b,              b = c,               maka a = c
a > b,              b > c,               maka a > c


v  Bilangan Cacah
Bilangan  cacah  adalah  bilangan  yang  dimulai dari  angka  0, 1, 2, ...  yang  diberi  simbol dengan huruf  C  dan  bilamana dihubungkan dengan  bilangan Asli  di atas maka  bilangan  asli  merupakan  himpunan  bagian dari  bilangan cacah, olehnya  itu setiap  sifat-sifat  yang  dimiliki  oleh  bilangan  asli  merupakan pula  sifat  yang  dimiliki  oleh  bilangan  cacah  akan  tetapi ada  sifat  yang  dimiliki  oleh bilangan  cacah yang  tidak  dimiliki  oleh  bilangan  asli  yakni sifat  identitas  terhadap  penjumlahan. Untuk  semua

v  Bilangan  Bulat
Bilangan  Bulat  adalah : himpunan  semua  bilangan  Asli  dan  bilangan  cacah,  yang  sering  di beri  simbol  dengan  huruf  B. Karna  bilangan  Cacah dan  bilangan  Asli  merupakan  himpunan  bagian  dari bilangan bulat  maka otomatis semua  sifat  yang  dimiliki  oleh  bilangan  cacah   juga  dimiliki  oleh bilangan  Bulat. Namun  masih  ada sifat  yang  dimiliki  oleh  bilangan  bulat  yang  tidak  dimiliki  oleh  bilangan cacah dan bilangan  Asli  yaitu : sifat  tertutup  terhadap  pengurangan  dan  sifat berlawanan maksudnya  untuk  setiap   X  bilangan  bulat  maka  terdapat  Y  anggota  bilangan  bulat yang  merupakan  lawan  dari  X.

2.    Bilangan  Irrasional
Bilangan  irrasional  adalah  lawan dari  bilangan  rasional, dengan  demikian  bilangan  irrasional  adalah  bilangan  yang  tidak  dapat  dinyatakan  dalam  bentuk    , denga a, b  B  dan  b  seperti   ...
Setelah  kita  mengetahui  dengan  jelas  sistem bilangan  real  dengan  segalah  sifat-sifatnya  maka penulis  dapat  menyimpulkan   bahwa  perkalian  pada  operasi  bilangan  real   memiliki  sifat sebagai  berikut  :
Ø  Sifat  komutatif  perkalian
Yakni a x b = b x a, dimana a,b  R    
Ø  Sifat  Assosiasi  Perkalian
Yakni a x (b x c) = (a x b) x c , dimna a, b, c € R       
Ø  Sifat  Distributif  perkalian  terhadap penjumlahan  dan  pengurangan
Sifat  ini  dapat  dituliskan  dam bentuk :
·         a x ( b + c) = (a x b) + (a x c)
·         (a + b) x c = (a x c) + (b x c)
·         a x (b – c) = (a x b) – (a x c)
·         (a – b) x c = (a x c) – (b – c)
B.  Teknik – Teknik  Perkalian  Bilangan Dasar
Sebagaimana  penulis telah  tegaskan pada  pembahasan  terdahulu  bahwa  dari  beberapa  macam  metode  penguasaan  perkalian  dasar  yang   ada,  penulis  akan memfokuskan pembahasan pada metode :penggunaan daftar  perkalian, metode  penggunaan  jari  tangan (jarimetika) dan  metode Trachtenberg  karna  menurut  penulis  setelah pemperhatikan  teori  perkembangan  anak  dalam pembahasan  sebelumnya  maka  metode  inilah  yang  sesuai  dengan  siswa  SMK  kelas  X  yang  merupakan  obyek  dari makala ini.

1.      Metode  penggunaan  tabel  perkalian
 Selain  cara  tradisional yakni  menulis  dan menghafalkan  daftar  perkalian , terdapat pula cara  yang  lebih  mudah  mengingat  adanya  sifat  komutatif yang  dimiliki  oleh  perkalian  bilangan  real. Dan  cara  tersebut  adalah  dengan  membuat  tabel  perkalian  dalam  bentuk  bujur sangkar  yang  terdiri  dari  bilangan  pertama  dan  bilangan ke-dua . Bilangan pertama disusun  dalam  bentuk  fertikal  dan  bilangan  ke-dua disusun dalam  bentuk horisontal . Mengingat penguasaan  perkalian bilangan dasar  yang  penulis maksudkan dalam makala  ini adalah perkalian bilangan 1 s/d 9 maka kita  cukup  menggunakan  kesembilan   angka  dasar  tersebut  sebagai bilangan  pertama  dan  ke-dua, Sejalan  dengan   pendapat  Russefenddi  yang  ada  pada  pembahasan  sebelumnya.Dan untuk  lebih  jelasnya  tabel  perkalian  tersebut  dapat  disajikan  dalam  bentuk  :
                                                              B   I   L   A   N   G   A   N      II
B
I
L
A
N
G
A
N

I
X
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2
2
4
6
8
10
12
14
16
18
3
3
6
9
12
15
18
21
24
27
4
4
8
12
16
20
24
28
32
36
5
5
10
15
20
25
30
35
40
45
6
6
12
18
24
30
36
42
48
54
7
7
14
21
28
35
42
49
56
63
8
8
16
24
32
40
48
56
64
72
9
9
18
27
36
45
54
63
72
81



Adapun  cara menggunakan  tabel  perkalian  tersebut  adalah  dengan  cara  mempertemukan    baris  dan  kolom  pada  tabel tersebut .Misalkan  kita  akan  mencari hasil  kali  dari  7  X  9   maka  kita  melihat  pertemuan antara baris  7 dan  kolom  9 maka disitu akan  terlihat  angka   64  jadi  hasil  dari  7  X  9  adalah  64. Kelebihan  dari   penggunaan  tabel  perkalia ini  adalah :

Ø   Adanya  sifat  komutatif  perkalian  yang  membuat  anak  dapat  mengisi  dua  kolom  sekaligus  misalnya  dalam    mengisi  kolom 8 X 3  dengan  kolom 3  X  8   yang  secara  tidak  langsung  membuat  anak  lebih  mahir  dalam  memahami  sifat  komutatif  perkalian  bilangan  real.
Ø  Hasil  perkalian  perkalian  tersebar  secara  simetris  terhadap diagonal utama  yakni   bilangan–bilangan  yang  berada  di  atas  dan  di  bawah  diagonal  utama  adalah  sama.
Ø  Tabel ini  mempermuda  anak  dalam  menentukan   faktor-faktor  suatu  bilangan.
Ø  Tabel  ini  sangat  memudahkan  siswa  dalam  menentukan  bilangan-bilangan  kuadarat  dengan  memperhatikan   semua  bilangan  yang  terdapat  pada   diagonal  utama  tabel  ini.
                                                
2.     Metode  penggunaan  jari  tangan  ( Jarimetika )

Metode  ini,  khusus  digunakan  untuk  perkalian  6  s/d  10 . Olehnya  itu metode  ini  sangat  berguna  bagi  anak yang sukar menghafal    perkalian  6  ke  atas  akan  tetapi  suda  menguasai  perkalian  5  ke bawa,  dengan  memanfaatkan jari- jari  tangan  yang  merupakan  karunia  Allah Subehana  wataalah.
Adapun  cara penggunaan  jari  tangan  tersebut  adalah  dengan  melakukan  langka-langkah sebagai  berikut :

A.     Beri  nomor setiap  jari-jari  tangan  kanan  ataupun  tangan  kiri  dengan  ketentuan :
Ø  Nomor  6  pada  ibu  jari
Ø   Nomor  7  pada  jari  telunjuk
Ø  Nomor  8  pada  jari  tengah
Ø  Nomor  9  pada  jari  manis
Ø  Nomor  10 pada jari kelingking.
B.     Bilangan  pertama ditunjukkan  dengan  menggunakan jari-jari  tangan  kiri  dan  bilangan  ke-dua  ditunjukkan dengan  menggunakan  jari-jari  tangan  kanan.
C.     Kedua  telapak  tangan  di  buka, dengan  posisi saling  berhadapan.
D.     Pertemukan  jari  tangan kanan dan  jari  tangan  kiri  tersebut  sesuai  perkalian  yang  diinginkan.
E.      Jumlah jari  tangan  yang  berada  di atas  jari-jari  yang dipertemukan   menunjukkan  angka  puluhan. Dan jari-jari  yang  berada di bawah  jari-jari  yang  dipertemukan tadi  diperkalikan, dan  hasilnya  dijumlahkan  dengan  angka  puluhan tadi , dan  hasil  penjumlahan  itulah  yang  merupakan  hasil  kali  dari  bilangan  yang  dicari.

3.    Metode  Trachtenberg

Metode  Trachtenberg  sering  pula  disebut dengan  stenografi  matematika  yang  ditemukan  oleh  Joko  Trachtenberg. Kalau  metode- metode  sebelumnya   siswa masih  dituntut  untuk  bisa  menghafalkan  perkalian  bilangan  dasar  yang  terkadang  masih  dianggap  susah  bagi  siswa yang hafalannya  tidak  kuat. Untuk  mengatasi  masalah  tersebut maka penulis  berpendapat bahwa  metode  inilah  yang  sangat  cocok digunakan karna  metode  ini  tidak  dituntut  lagi  adanya hafalan kali-kalian dan  hanya  memerlukan  kemampuan  berhitung sampai  belasan berdasarkan  kaida-kaida  tersendiri yang  sangat  sederhana, namun memerlukan banyak  latihan  untuk membiasakan  kaida-kaiada  tersebut.
Sebelum  penulis  membahas  bagaimana  cara  penggunaan  metode  ini  maka penulis  terlebih  dahulu  harus  menjelaskan  istila-istila  yang  digunakan  dalam  metode  Trachtenberg  ini  sebagai  berikut :
v  Angka  tetangga adalah  angka  yang  berada  di  samping  kanan  angka  tersebut.
v  Setengah  maksudnya  setengan dalam artian  bukan  arti  sebenarnya  melainkkan  setengah  yang  disederhanakan, misalnya  setengah  dari   7  buka 3 1/2  melainkan  Cuma  3  jadi  angka  pecahannya  dibuang.
v  Melipat  duakan  maksudnya dikalikan  dengan  dua.
v  Titik  yang ditulis  di  depan  angka  jawaban   menunjukkan   angka  puluhan  yang disimpang.
v  Dikurangkan dari  sepuluh  maksudnya  sepuluh  dikurang  angka  tersebut.
v  Bilangan  ganjil adalah  bilangan – bilangan  seperti  1, 3, 5, ...
Dalam  metode ini   sebenarnya bisa  digunakan untuk semua  perkalian  dengan bilangan dasar bahkan  bisa  lebih  dari  itu  namun pada  pembahasan makala ini penulis  cuma menfokuskan  pada perkalian dengan bilangan dasar 5, 6, 7, 8,dan 9.

1.      Perkalian  dengan  5 dan 6

Untuk  mengalikan  bilangan denga  5 ataupun 6  dalam metode  ini  siswa  tidak  perlu  menghafal  kali-kalian  lima atau enam  melainkan  siswa  Cuma  mengikuti  kaida  yang  ditetapkan  yaitu  :
Ø  Kaida perkalian  dengan 5 Yakni :
“Gunakan  setengah  tetangga  dan  ditambah  lima  jika angkanya  ganjil”
Ø  Kaida  perkalian denga  6
“Untuk  setiap  angka  yang  dikalikan  ditambahkan  dengan  setengah  dari  tetangganya  dan  jika  angkanya  ganjil  maka  ditambahkan  pula  dengan  lima”.

Contoh  :  6582  X  6
Langka-langka  penyelesaiannya  soal  tersebu sebagai  berikut :
Langkah I :    berikan  angka 0  di depan  angka  yang dikalikan  yaitu :  06582  X  6
Langkah II:   operasikan  angka  2    yaitu                              0 6 5 8  2  X  6
                                                                                                                      2
Langkah III: Operasikan  bilangan  8  yaitu                            0 6 5 8 2  X  6
                       8  +  ½ ( 2) = 9                                                                 9 2
Langkah IV: 0perasikan  bilangan  5  yaitu                            0 6 5 8 2  X  6
            5 + ½ (8) + 5                                                                      .4 9 2
Langkah V : Operasikan  angka  6  yaitu                                0 6 5 8 2  X  6
         6 + ½ (5) + 1 = 9                                                                    9.4 9 2
Langkah VI : Operasikan  anka  0  yaitu                                 0 6 5 8 2  X  6
      0 + ½ (6) = 3                                                                             9.4 9 2

Jadi  hasil  kali dari  6582  X  6  =  39492

2.      Perkalian  dengan  7

                  Adapun  kaida  perkalian  dengan  7  adalah hampir  sama  dengan  kaida  yang terdapat  pada perkalian 6 namun  sedikit  ada  perbedaan Yaitu  :

“Setiap  angkanya  dikalikan dengan dua  kemudian  ditambahakan setengah  tetangganya, dan  jika angkanya  ganjil  maka  ditambahkan lagi  dengan  lima”.
Untuk  lebih  jelasnya  mari  kita  melihat  contoh   :   768  X  7 , dengan mengikuti kaida  di  atas  maka  perkalian ini  dapat   dilakukan  dengan  langkah-langkah  sebagai  berikut :
o      Langkah    I  :   Berikan  angka  0 didepan  angka  yang  dikalikan  yaitu  :
                           0  7 6 8   X  7

o      Langkah  II  :    mulai operasikan  angka  8  yaitu  8  X  2   = 16       0 7 6 8   X  7
                                                                                                               .6
o       Langkah III  :    Opersika  angka  6  yaitu  6(2) + ½ (8) + 1               0 7 6 8   X  7
                                      = 12 + 4 + 1  =  17                                                            .7.6
o      Langkah IV  :  Operasikan  angka  7  yaitu  :7 (2) + ½ (6) + + 1
                                   14 + 3 + 5 + 1  =  23                                                       0 7 6 8   X  7
                                                                                                                              ..3.7.6 
o     Langkah V    :   Operasikan  angaka  0  yaitu : 0 + ½ (7) + 2                           0   7 6 8  X  7
                                    =  0  +  3  +  2  = 5                                                         5...3.7.6  
Jadi  hasil  kali  dari  7 6 8  X  7  =  5376

3.        Perkalian dengan  8

Perkalian  dengan  8  memiliki  kaidah yang  sedikit  berbeda  dengan  kaida  sebelumnya   yaitu :

§  Untuk angka  paling  kanan kurangkan  dari  10  dan kalikan  2
§  Untuk  angka-angka  di tengah kurangkan  dari  9 dan  hasilnya kalikan  dengan  2 kemudian tambahkan dengan tetangganya.
§  Untuk operasi  terahir  kurangkan  dua  dari  tetangganya.

Untuk lebih jelasnya  penulis memberi contoh    7 8 9  X  8   yang  dapat  dikerjakan  dengan  langkah-langkah sebagai berikut :

·   Langka  I     :   Opersikan    angka 9   yaitu  (10 – 9) X 2  =2               0 7 8 9  X  8     
                                                                                                     2
·   Langka II    :   Operasikan  angka  8 yaitu                                             0 7 8 9  X   8
                  ( 9 – 8 ) X 2 + 9  = 2 + 9  =  11                                              .1 2

·   Langkah III:   Operasikan  angka  7  yaitu                                             0 7 8 9   X  8
                             ( 9 – 7 ) X 2  + 8 + 1  = 4 + 8 + 1 = 13                               .3.1 2

·      Langkah IV:  Operasikan  angka  0 yaitu  ( 7 – 2 ) + 1                       0 7 8 9   X  8
                          =   5  + 1  =  6                                                                 6.3.1.2                                                        

Jadi  hasil  kali  dari  7 8 6  X  8  = 6312
4.    Perkalian dengan  9

Adapun  kaidah  perkalian  denga  9  itu lebih  sederhana bila dibandingkan perkalian dengan  8, dan  kaida-kaidanya adalah  sebagai  berikut :


Ø  Kurangkan angka  paling  kanan  dari  10
Ø  Untuk  angka-angka  tengah  kurangkan  dari  9 dan  tambahkan   tetangganya
Ø  Untuk operasi terakhir  kurangkan  satu  dari  tetangganya .

Karna  kaida  perkalian dengan 9 hampir  sama  dengan kaida perkalian  dengan 8 maka  penulis  yakin  bahwa  bila  kita  telah  memahami  perkalian dengan 8 maka pasti kita suda  bisa menentukan hasil  perkalian  dengan 9.
Misalnya dalam menentuka  hasil  kali  dari     7 6 9  X  9  kita  suda  bisa  langsung  mengikuti  kaidanya  dan menuliskan    0 7 6 9  X  9       jadi  hasilnya  adalah  6921
                                                                      6 9.2 1





BAB  IV
P  E  N  U  T  U  P

A.Kesimpulan                                                                                                                                       
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1.      Penguasaan  perkalian  bilangan  dasar  merupakan  hal  yang  sangat  penting  bagi setiap  siswa mulai  dari  tingkat  SD sampai  ke tingkat  selanjutnya karna  hal  ini  merupakan  suatu  hal  yang  fundamental  dalam  pebelajaran matematika.

2.      Didalam memilih  suatu metode dalam  pembelajaran  seorang  guru harus senantiasa menyesuaikan dengan  tahap-tahap  perkembangan  dan  kesiapan  siswa sehingga  dalam  menyajikan  suatu materi  pelajaran  terhadap  siswa  tidak  terkesan memaksa  karna apabila siswa  secara prematur diperhadapkan pada suatu materi  pelajaran sedangkan  siswa  tersebut belum  siap maka siswa tersebut tidak hanya  akan gagal dalam  belajar,  tetapi  lebih  dari  itu siswa akan membenci, merasa takut  dan menghindar  dari  mata pelajaran  tersebut.

3.      Metode  penggunaan  tabel  perkalian merupakan  metode yang bisa memudahkan dan menyenangkan  siswa   dalam  menguasai  perkalian  bilangan  dasar karena adanya sifat  komutatif  dalam  perkalian bilangan  real,siswa  dapat  lebih  muda  menentukan faktor  suatu  bilangan dan  mudah  menentukan  bilangan-bilangan  kuadrat dan  akar  sutu  bilangan.

4.      Metode Penggunaan  jari  tangan (jarimetika)  sangat  cocok  digunakan  bagi siswa  yang memiliki kesukaran  dalam  menguasai  perkalian 6 s/d 10 dan  tidak memiliki  masalah  dalam  kali-kalian  5 ke  bawah.

5.      Metode  Trachenberg  sangat  cocok digunakan  bagi siswa  yang  memilki  daya  hafal  yang  lemah  karna  metode  ini  tidak membutuhkan  hafalan  kali-kalian  dan  memiliki  kaida-kaida  yang  sangat  sederha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar