BAB
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Matematika sebagai ilmu
dasar, dewasa ini telah berkembang amat pesat. Baik materi maupun kegunaannya,
sehingga dalam pembelajarannya di sekolah kita harus memperhatikan perkembangan
baik di masa lalu, masa sekarang, maupun kemungkinan-kemungkinan di masa yang
akan datang.
Peranan penguasaan
matematika dalam menunjang keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan sangat
sentral karena penguasaan terhadap materi matematika bagi anak didik baik di
sekolah dasar maupun di sekolah menengah adalah sangat penting karena
penguasaan tersebut akan menjadi sarana yang ampuh untuk mempelajari mata
pelajaran lain, baik pada jenjang pendidikan yang sama maupun pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Mengingat peranan matematika
yang demikian penting, sehingga penguasaan materi matematika secara baik
dituntut bagi setiap siswa pada masing-masing jenjang pendididkan, khususnya di
tingkat SLTP penguasaan materi cukup besar peranannya bagi siswa baik untuk
kelanjutan studinya maupun untuk pembentukan kemampuan. Kemampuan berpikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Operasi bentuk aljabar
merupakan konsep yang sangat penting untuk dikuasai, sebagai bekal untuk
mempelajari matematika berikutnya. Kenyataan di lapangan,
banyak diantara siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal
operasi bentuk aljabar khususnya yang berhubungan dengan penjumlahan dan
pengurangan bentuk aljabar. Hal itu lebih sering dirasakan oleh rekan-rekan
guru yang mengajar di SMA ataupun di SMK. Berdasarkan pengamatan, kesalahan
siswa dalam penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar terjadi karena kurangnya
pemahaman siswa tentang operasi bilangan bulat, siswa tidak paham tentang
suku-suku sejenis dan suku-suku tidak sejenis, siswa tidak paham bahwa hanya
suku-suku sejenis yang dapat dijumlahkan dan dikurangkan.
Salah
satu yang menjadi penyebab masalah tersebut karena para guru cenderung menggunakan cara mekanistik, yaitu
memberikan aturan secara langsung untuk di hafal, diingat dan diterapkan
sehingga siswa sulit untuk memahami konsep operasi bentuk aljabar.
Padahal dalam
pembelajaran matematika, para siswa sebaiknya dibiasakan untuk memperoleh pemahaman-pemahaman
melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki
dari sekumpulan objek yang abstrak sehingga sebagai guru, sangat diharapkan
mampu memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran yang cocok untuk satu bahan pelajaran. Penyampaian bahan ajar perlu beragam, bahkan mungkin tidak
harus terus menerus dilaksanakan dalam
kelas, tetapi sesekali kita melaksanakan pembelajaran materi di luar kelas
sehingga dalam hal ini kualitas pembelajaran matematika diharapkan memberikan
hasil yang memuaskan.
Pembelajaran yang
berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal menghasilkan peserta didik
yang aktif, kreatif dan inovatif, sehingga perlu ada pendekatan pembelajaran
yang lebih bermakna, yang penekanannya pada masalah-masalah aktual yang secara
langsung berkaitan dengan kehidupan nyata yang ada di masyarakat. Dan
pendekatan pembelajaran yang cocok sebagai solusi terhadap
masalah di atas adalah
pembelajaran kontekstual (CTL).
Pendekatan Kontekstual (CTL)
merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik
jika lingkungan diciptakan secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna
jika anak “bekerja” dan “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan
sekedar “mengetahuinya”. Pembelajaran tidak hanya sekedar mentransfer
pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi bagaimana siswa mampu memaknai apa
yang dipelajari itu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran lebih utama dari
sekedar hasil. Dalam hal ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa
manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka
menyadari bahwa apa yang dipelajari akan berguna bagi hidupnya kelak. Dengan
demikian, mereka akan belajar lebih semangat dan penuh kesadaran.
Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Hasanuddin (2007) yang menemukan bahwa “pendekatan pembelajaran CTL
merupakan satu cara pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.”
Dalam pembelajaran
kontekstual tugas guru adalah memfasilitasi siswa dalam menemukan sesuatu yang
baru (pengetahuan dan keterampilan) melalui pembelajaran secara sendiri
bukan apa kata guru. Siswa benar-benar
mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari sebagai hasil rekonstruksi
sendiri. Dengan demikian, siswa akan
lebih produktif dan inovatif.
Berdasarkan
uraian di atas, maka kami mencoba menyusun makalah yang ditiitikberatkan pada
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran operasi bentuk aljabar bagi siswa
melalui pembelajaran CTL yang berjudul “Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran Operasi Bentuk Aljabar”
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
di atas, maka dirumuskan masalah yang dibahas dalam makalah ini sebagai berikut
: “Bagaimana
Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) dalam Pembelajaran
Operasi Bentuk Aljabar”
C.
BATASAN ISTILAH
Yang dimaksud dengan
Kontekstual dalam makalah ini adalah sebuah strategi pembelajaran dengan
menggunakan atau memanfaatkan lingkungan yang dekat dengan kehidupan anak didik
agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.
Yang dibahas dalam makalah
ini adalah Penerapan Pembelajaran
kontekstual (CTL) dalam mengajarkan operasi bentuk aljabar. Operasi bentuk
aljabar yang akan dibahas dalam makalah ini adalah penjumlahan dan pengurangan suku-suku
sejenis atau menyederhanakan bentuk aljabar. Dalam mengajarkan ini guru
menggunakan bantuan model yaitu benda-benda atau gambar
benda yang ada di sekitar siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
CTL (Contextual
Teaching and learning) sebagai salah satu solusi atas permasalahan pembela,
suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, melakukan lebih daripada sekedar
menuntun para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan konteks
keadaan mereka sendiri. CTL
juga melibatkan para siswa dalam mencari makna “konteks” itu sendiri.
Pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL) adalah konsep belajar
yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang
terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai
bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
A. KOMPONEN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Kontekstual
hanya sebuah strategi pembelajaran, seperti halnya strategi pembelajaran yang
lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih
produktif dan bermakna, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
yaitu :
1.
Konstruktivisme (construtivisme)
Construtivisme
(konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit).
Dalam
proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Penerapan filsofis ini dalam
pembelajaran yaitu ketika merancang pembelajaran dalam bentuk siswa bekerja,
praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan,
mencipatakan ide dan sebagainya.
2.
Menemukan (inquiry)
Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siwa diharapkan bukan mengingat seperangkat
fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Penemuan (inquiry) merupakan suatu teknik
atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas (Roestiyah, 200:
75).
Menurut Roestiyah teknik penemuan memiliki keunggulan sebagai berikut:
Menurut Roestiyah teknik penemuan memiliki keunggulan sebagai berikut:
- Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
- Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
- Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, dan terbuka .
- Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
- Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
- Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
- Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
- Memberi kebebasan siswa untuk bekerja sendiri.
- Dapat menghindari siswa dari cara belajar yang tradisional.
- Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
3.
Bertanya (quenstioning)
Bertanya merupakan strategi
utama pembelajaran yang berbasis kontekstual.
Dalam
pembelajaran produktif, kegiatan
bertanya berguna
untuk :
1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis.
2)
Mengecek pemahaman siswa.
3)
Membangkitkan respon kepada siswa.
4)
Mengetahui sejauh mana keingintahuan
siswa.
5)
Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui
siswa.
6)
Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu
yang dikehendaki guru.
7)
Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa.
8)
Untuk menyegarkan kembali pengetahuan
siswa.
4.
Masyarakat belajar (Learning
community)
Konsep
learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dengan
kerjasama dengan orang lain. Metode
pembelajaran diperoleh dengan teknik masyarakat belajar sangat membantu proses
pembelajaran di kelas.
Prakteknya
dalam pembelajaran terwujud dalam :
1)
Pembentukan kelompok kecil.
2)
Pembentukan kelompok besar.
3)
Mendatangkan ahli kelas.
4)
Bekerja dengan kelas sederajat.
5) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya.
6)
Bekerja dengan masyarakat.
5.
Pemodelan (modelling)
Dalam sebuah pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertetu, ada model yang bisa ditiru. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa, model juga dapat dirancang dengan
mendatangkan model dari luar.
6.
Refleksi (reflection)
Refleksi
adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang
tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya, ketika pelajaran
berakhir, siswa merenung tentang apa yang baru saja dipelajarinya.
7.
Penilaian yang sebenarnya (authentic
assement)
Assesement
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa, yang perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan
bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang
dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan, maka guru
segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan
belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang
proses pembelajaran. Karakteristik authentic
assesement yaitu :
1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung
2)
Bisa digunakan untuk formatif maupun
sumatif
3)
Yang diukur keterampilan dan
performansi, bukan mengingat fakta
4)
Berkesinambungan
5)
Terintegrasi
6)
Dapat digunakan sebagai feed back.
Dalam mempraktekkan
pembelajaran kontekstual, maka ada lima elemen belajar yang konstruktivistik
yang perlu diperhatikan sebagaimana yang dinyatakan oleh
Zahorik (Nurhadi,2002) bahwa ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam
praktek pembelajaran konstektual yaitu :
a.
Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activating knowledge)
b.
Memperoleh pengetahuan baru (acquiring
knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian
memperhatikan detailnya
c.
Pemahaman pengetahuan (understanding
knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) konsep sementara (hipotesis), (2)
melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas
dasar tanggapan itu (3), konsep itu direvisi dan dikembangkan
d.
Mempraktekkan pengetahuan dan pemahaman tersebut (Applying knowledge)
e.
Melakukan refleksi (reflection
knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.
B. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
CTL
dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas
yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara
garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
1.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic.
Kegiatan inquiri dalam makalah ini
bagaimana siswa menemukan sendiri cara
menyederhanakan bentuk aljabar dengan menggunakan ubin aljabar.
3. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya
Pada
saat kerja kelompok, kelompok yang satu boleh bertanya ke kelompok lain.
4. Ciptakan masyarakat belajar
Siswa
dibagi beberapa kelompok
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
Model
yang dimaksud di sini adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi. Siswa
tersebut diminta mengerjakan soal penjumlahan bentuk aljabar dengan menggunakan
ubin aljabar sedang siswa yang lain memperhatikan bagaimana model tersebut.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
Setiap
kelompok mempersentasekan hasil kerja kelompoknya dan diminta untuk membuat
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan
berbagai cara
Penilain
di lakukan pada saat siswa kerja kelompok, mempersentasekan hasil kerja mereka
dan hasil karya mereka.
C. PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Untuk menerapkan pembelajaran
kontekstual, guru perlu memegang prinsip pembelajaran sebagai berikut:
a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran
perkembangan mental siswa. Artinya, Isi kurikulum dan metodologi yang digunakan
untuk mengajar harus didasarkan pada kondisi sosial, emosional, dan
perkembangan intelektual siswa. Jadi, usia siswa dan karakteristik individual
lainnya serta kondisi sosial dan lingkungan budaya siswa haruslah menjadi
perhatian di dalam merencanakan pembelajaran. Contohnya, apa yang dipelajari
dan dilakukan oleh siswa SMP tentunya akan berbeda dengan siswa SMA
(Kilmer,2001 dalam Nurhadi,dkk,2003).
b.
Membentuk kelompok belajar yang saling
tergantung (Independent Learning Groups). Artinya, siswa saling belajar dari
sesamanya di dalam kelompok-kelompok kecil dan belajar bekerja sama dalam tim
lebih besar (kelas).
c.
Menyediakan lingkungan yang mendorong
pembelajaran mandiri (self regulated learning).
d.
Mempertimbangkan keragaman siswa
(diversity of students). Artinya, di dalam kelas harus mengajar siswa dengan
berbagai keragamannya, misalnya latar belakang
suku bangsa, status sosial, ekonomi,
bahasa utama yang dipakai di rumah, dan berbagai kekurangan yang mungkin mereka
miliki.
e.
Memerhatikan multi intelegensia
(multiple intelligences) siswa. Artinya, dalam pembelajaran kontekstual guru
harus memerhatikan kebutuhan dan kecerdasan yang di miliki siswa yang meliputi:
(1). kecerdasan verbal linguistic adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata
secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan; (2) kecerdasan logis
matematis adalah kemampuan menggunakan angka secara efektif dan penalaran secara
baik; (3) kecerdasan fisual spasial adalah kemampuan untuk mempersepsi pola,
ruang, warna, garis, dan bentuk serta mewujudkan gagasan fisual dan keruangan
secara grafis; (4) kecerdasan kinestetik
adalah kemampuan menggerakkan badan untuk mengespresikan gagasan dan perasaan
serta menyelesaikan problem; (5) kecerdasan musik adalah kemampuan memahami
menyusun pola nada, irama, dan melodi; (6) kecerdasan Intra pribadi adalah
kemampuan memahami diri dan bertindak sesuai kemampuanya; (7) kecerdasan
antarpribadi adalah kemampuan memahami perasaan, maksud dan memotifasi orang
lain; (8) kecerdasan naturalis adalah kemampuan memahami dan mengklasifikasikan
tanaman, barang tambang, dan binatang.
D. BENTUK ALJABAR DAN OPERASI BENTUK
ALJABAR
Bentuk aljabar dalam
pembelajaran matematika SMP adalah ungkapan atau algebraic expression yaitu suatu
bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat huruf-huruf yang mewakili
sesuatu yang belum diketahui. Berikut ini adalah istilah-istilah dan hal-hal
yang terkait dengan bentuk aljabar dan operasi bentuk aljabar.
1.
Lambang Aljabar
Lambang
aljabar adalah suatu tempat bagi bilangan-bilangan atau lambang yang mewakili
bilangan-bilangan. Pada sebarang lambang aljabar dapat diberi nilai tertentu
sesuai persyaratan yang dikehendaki. Operasi atau relasi pada lambang-lambang
aljabar mengikuti aturan-aturan tertentu. Beberapa kesepakatan dasar penulisan
lambang aljabar sebagai berikut:
a.
Tanda operasi kali tidak ditulis
b.
Lambang yang ditulis berdekatan
diartikan sebagai perkalian
2.
Variabel
Salah
satu lambang aljabar adalah variabel aljabar lambang atau gabungan lambang yang
mewakili sebarang anggota dalam himpunan semestanya.
3.
Konstanta
Konstanta
aljabar adalah lambang aljabar yang menunjuk anggota tertentu (berupa bilangan)
dalam himpunan semestanya.
4.
Koefisien
Koefisien
adalah bilangan di depan variabel yang menyatakan banyaknya variabel.
5.
Suku
Suku
aljabar adalah seperangkat lambang aljabar yang memuat variabel atau konstanta.
Dua buah suku atau lebiah pada suatu bentuk alajabar biasanya dipisahkan oleh
opearator. Suku-suku ada yang sejenis ada juga yang tidak sejenis. Suku sejenis
adalah suku yang mempunyai variabel yang persis sama yaitu berpangkat sama dan
jika merupakan hasil perkalian dua variabel maka komponen pembentuknya persis
sama.
Suku-suku pada bentuk
aljabar dapat dioperasikan. Untuk operasi penjumlahan dan pengurangan hanya
dapat dilakukan pada suku-suku yang sejenis.
E. MENERAPKAN PEMBELAJARAN CTL DALAM MENGAJARKAN OPERASI BENTUK ALJABAR
Pada
awal pembelajaran, guru memberikan apersepsi dengan menanyakan jumlah siswa
putra dan jumlah siswa putri. Guru menanyakan jumlah dan selisih buku yang
dibawa siswa putra dan siswa putri jika masing-masing membawa dengan ketentuan
jumlah yang berbeda. Kemudian siswa diingatkan kembali tentang operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan serta bentuk dan unsur-unsur aljabar.
Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan yang telah direncanakan.
Tiap kelompok diberi tugas menyelesaikan Lembar Kerja yang telah disiapkan
guru. Sebelum mengerjakan, siswa diberi petunjuk cara menyelesaikan Lembar
Kerja dengan menggunakan benda-benda yang ada di sekitar maupun gambar yang
dianggap mewakili benda-benda tersebut.
Petunjuk
menyelesaikan operasi pada bentuk aljabar dengan menggunakan gambar benda atau
benda aslinya adalah sebagai berikut.
Misalkan benda tersebut adalah pasangan sendok dan
garpu, piring dan gelas, serta daun hijau dan daun kering. Adapun nilai
benda-benda tersebut adalah sebagai berikut:
Sendok dianggap bernilai 1 atau 1 berarti kelebihan
satu buah sendok, 2 berarti kelebihan dua buah sendok dan seterusnya. Adanya
garpu tanpa sendok berarti kekurangan sendok sehingga garpu dianggap bernilai
-1. Dengan demikian pasangan sendok dan garpu dianggap bernilai 0 sebab tidak
kelebihan ataupun kekurangan sendok.
Piring dianggap bernilai x, x berarti kelebihan satu
piring, 2x berarti kelebihan dua piring dan seterusnya. Sementara gelas
dianggap sebagai pasangan dari piring, jika ada gelas yang tidak mempunyai
pasangan berarti dianggap kekurangan piring atau bernilai –x untuk sebuah
gelas, -2x untuk dua gelas dan seterusnya. Dengan demikian pasangan piring dan
gelas adalah pasangan netral yang bernilai nol sebab tidak kelebihan ataupun
kekurangan piring.
Daun hijau dianggap bernilai x2, x2
berarti kelebihan selembar daun hijau, 2x2 berarti kelebihan dua
lembar daun hijau dan seterusnya. Daun kering dianggap sebagai pasangan dari
daun hijau, jika ada daun kering yang tidak mempunyai pasangan maka dianggap
kekurangan daun hijau atau bernilai –x2 untuk selembar daun kering,
-2x2 untuk dua lembar daun kering dan seterusnya.
Berikut ini adalah contoh gambar dan nilainya
Gambar
|
Nilai
|
arti
|
|||
|
|
|
3
|
1
|
Kelebihan satu sendok
|
|
|
|
-2
|
||
|
|
|
x
|
-2x
|
Kekurangan dua piring
|
|
|
|
-3x
|
||
|
|
|
2x2
|
x2
|
Kelebihan satu daun hijau
|
|
|
|
-x2
|
Benda-benda tersebut dapat diganti dengan yang lain.
Andaikan jenis suku lebih atau kurang dari yang dicontohkan maka pasangan
benda-benda dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan soal yang akan
diselesaikan.
Penjelasan cara penyelesaian operasi penjumlahan dan
pengurangan :
a. Penjumlahan
Untuk operasi penjumlahan
dilakukan dengan menggabungkan semua benda-benda yang mewakili soal dan
memasangkan sesuai dengan pasangan yang telah ditentukan. Benda-benda yang tidak
mempunyai pasangan itulah yang menjadi jawaban.
Contoh:
3x + (-2x)
berarti benda benilai 3x
digabung dengan yang bernilai -2x
Kemudian
dipasang-pasangkan dan diperoleh sisanya sebagai hasil operasi
Maka disimpulkan 3x +
(-2x) = x
b. Pengurangan
Untuk pengurangan akan
diberikan contoh hanya untuk suku-suku yang sejenis dan dibagi menjadi empat
bagian yaitu pengurangan suku positif dengan suku positif, positif dengan
negatif, negatif dengan positif, dan negatif dengan negatif.
a. Suku positif dikurangi dengan suku positif
Misal 3x2 - x2
berarti ada benda-benda bernilai 3x2
kemudian dikurangi sebanyak satu x2 sehingga
yang tersisa adalah
maka
disimpulkan bahwa 3x2 - x2 = 2x2
b. Suku positif dikurangi dengan suku negatif
Misal 3x- (-x)
Berarti sebelum operasi ada benda-benda yang
bernilai 3x
jika hendak dikuangi dengan suku negatif tak dapat
dilakukan sehingga harus ada benda negatif dari yang tersedia maka
ditambahkanlah benda negatif dengan ketentuan tetap senilai
Jika dikurangi –x (mengeluarkan benda bernilai -x)
maka yang tersisa adalah
Sehingga disimpulkan bahwa 3x – (-x) = 4x
c. Suku negatif dikurangi dengan suku positif
Misal -2 – 3
Karena benda-banda bernilai -2 di atas tidak ada
yang positif sehingga tidak dapat dikurangi dengan yang positif maka
ditambahkan benda-benda bernilai positif dengan ketentuan tetap bernilai -2
Kemudian dikurangi 3 (mengeluarkan benda bernilai 3)
dan tersisa
Disimpulkan bahwa -2 – 3 = -5
d. Suku negatif dikurangi dengan suku negatif
Misal -3x2 – (-x2)
Benda di atas dikurangi dengan yang senilai –x2
dan diperoleh
Disimpulkan bahwa -3x2 – (-x2)
= -2x2
Tahap Pemodelan
Sebelum kerja kelompok guru meminta salah satu siswa untuk
memodelkan suatu bentuk aljabar dengan menggunakan benda-benda yang telah
disediakan. Siswa tersebut meletakkan benda-benda di meja depan atau jika
merupakan gambar, gambar tersebut ditempelkan di papan tulis kemudian melakukan
operasi penjumlahan atau pengurangan sehingga diperoleh sisanya sebagai jawaban
sehingga dengan sendirinya siswa dapat mengerti operasi tersebut dan hasil apa
yang diperoleh
Tahap Konstruktivisme, Inquri,
Masyarakat belajar, Bertanya
Lembar Kerja
Siswa (LKS) dikerjakan secara berkelompok dengan harapan terjadi komunikasi
antar anggota kelompok. Pada saat diskusi bisa terjadi komunikasi antar
kelompok. LKS didesain sedemikian rupa supaya dalam penyelesaian terjadi
diskusi untuk mendapatkan hasil sampai pada kesimpulan dari generalisasi
pekerjaan dalam lembar kerja.
Guru meminta setiap kelompok memodelkan 2x+3+(-2x2)+(-1)+x2+(-x)
dengan benda-benda yang telah disediakan. Siswa tersebut memisahkan semua benda
yang mewakili bentuk aljabar di atas yaitu
Kemudian
menyederhanakan model tersebut dengan cara mengelompokkan model-model
sejenis. siswa mengelompokkan benda-benda
yang disepakati sebagai pasangan sehingga diperoleh model berikut
sisanya adalah
sisanya adalah
sisanya adalah
Sehingga akan diperoleh
benda-benda yang tidak memiliki pasangan yaitu
Kemudian guru meminta setiap kelompok menuliskan
bentuk aljabar dari model tersebut sehingga diperoleh bahwa
2x + 3 + (-2x2)
+ (-1) + x2 + (-x) = x + 2 + (-x2)
Tahap
Refleksi dan Penilaian Outentik
Beberapa
kelompok yang menurut penilaian guru melakukan langkah-langkah pembelajaran
yang bermakna (berdasarkan penilaian otentik), disuruh untuk presentasi di
depan kelas. Presentasi setiap operasi dilakukan oleh kelompok yang berbeda.
Kelompok yang tidak sedang mempresentasikan hasil diskusinya diarahkan untuk
menanggapinya sehingga diperoleh kesimpulan.
Kesimpulan
yang diperoleh dari diskusi pleno sebagai berikut.
1)
Dua suku atau lebih dapat ditambahkan
atau dikurangkan jika variabelnya sama.
2)
Sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan
pada bilangan bulat juga berlaku pada bentuk aljabar.
3)
Operasi perkalian dan pembagian antara
dua suku atau lebih pada bentuk aljabar dikerjakan dengan cara koefisien dikali
atau dibagi dengan koefisien, sedangkan variabel-variabel yang dapat
disederhanakan adalah variabel-variabel sejenis. Variabel yang tidak sejenis
tetap eksis.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Penerapan pendekatan CTL
dalam pembelajaran operasi bentuk
aljabar sebagai berikut:
1.
Membangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2.
Berusaha melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
Kegiatan inquiri dalam makalah ini
bagaimana siswa menemukan sendiri cara
menyederhanakan bentuk aljabar dengan menggunakan benda-benda ataupun
gambar benda yang ada dalam kehidupan sehari-hari para siswa.
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya
Pada
saat kerja kelompok, kelompok yang satu boleh bertanya ke kelompok lain.
4. Menciptakan masyarakat belajar
Siswa
dibagi beberapa kelompok
5. Menghadirkan model sebagai contoh
pembelajaran
Model
yang dimaksud di sini adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi. Siswa
tersebut diminta mengerjakan soal penjumlahan bentuk aljabar dengan menggunakan
benda-benda atau gambar benda sedang siswa yang lain memperhatikan bagaimana
model tersebut.
6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan
Setiap
kelompok mempersentasekan hasil kerja kelompoknya dan diminta untuk membuat
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari
7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan
berbagai cara
Penilain
di lakukan pada saat siswa kerja kelompok, mempersentasekan hasil kerja mereka
dan hasil karya mereka.
B. SARAN
Dengan
adanya pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) diharapkan guru
dapat menerapkannya dalam proses belajar mengajar di kelas sebagai salah satu alternatif
untuk meningkatkan pemahaman belajar matematika siswa khususnya dalam
mengajarkan operasi bentuk aljabar dengan menggunakan model berupa berupa
benda-benda atau gambar benda yang ada dalam kehidupan sehari-hari para siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar