BAB I
LATAR BELAKANG
Dalam dunia
pendidikan, kelangsungan dan keberhasilan proses belajar mengajar
bukan hanya dipengaruhi oleh faktor intelektual saja, melainkan juga oleh faktor-faktor
non intelektual lain yang tidak kalah penting dalam menentukan hasil belajar seseorang, salah
satunya adalah kemampuan seseorang siswa untuk memotivasi dirinya. Motivasi sangat penting artinya dalam kegiatan
belajar, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurang
adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan syarat
mutlak dalam belajar; seorang siswa yang belajar tanpa motivasi (atau kurang
motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal.Motivasi memegang peranan yang amat penting dalam
belajar, Maslow (1945) dengan teori kebutuhannya, menggambarkan hubungan
hirarkhis dan berbagai kebutuhan, di ranah kebutuhan pertama merupakan dasar
untuk timbul kebutuhan berikutnya. Jika kebutuhan pertama telah
terpuaskan, barulah manusia mulai ada keinginan
untuk memuaskan kebutuhan yang selanjutnya. Pada kondisi tertentuakan timbul
kebutuhan yang tumpang tindih, Dalam implikasinya pada dunia belajar, siswa
atau pelajar yang lapar tidak akan termotivasi secara penuh dalam belajar.
Setelah kebutuhan yang bersifat fisik terpenuhi, maka meningkat pada
kebutuhan tingkat berikutnya adalah rasa aman.Sebagai contoh adalah seorang
siswa yang merasa terancam atau dikucilkan baik oleh siswa lain mapun
gurunya, maka ia tidak akan termotivasi dengan baik dalam belajar.
Ada kebutuhan yang disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasadipentingkan dan dihargai. Seseorang siswa yang
telah terpenuhi kebutuhan hargadirinya, maka dia akan percaya diri, merasa
berharga, marasa kuat, merasamampu/bisa, merasa berguna dalam didupnya.
Kebutuhan yang paling utama atautertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara
individu terpenuhi maka akan merasa bebas untuk menampilkan seluruh
potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan
sendiri meliputi kebutuhan menjadi tahu, mengerti untuk memuaskan
aspek-aspek kognitif yang paling mendasar.
Guru sebagai seorang pendidik harus
tahu apa yang diinginkan oleh para sisiwanya.Seperti kebutuhan untuk
berprestasi, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang berbeda satu
sama lainnya. Tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, mereka cenderung takut gagal dan tidak
mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi. Meskipun
banyak juga siswa yang memiliki motivasi untuk berprestasi
yang tinggi. Siswa memiliki motivasi
berprestasi tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal daridalam
diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam diri sendiri maupun dalam bersaing
dengan siswa lain.Siswa yang datang ke
sekolah memiliki berbagai pemahaman tentang dirinya sendiri secara keseluruhan
dan pemahaman tentang kemampuan mereka sendiri khususnya. Mereka mempunyai
gambaran tertentu tentang dirinya sebagai manusiadan tentang kemampuan dalam
menghadapi lingkungan. Ini merupakan cap atau label yang dimiliki siswa tentang
dirinya dan kemungkinannya tidak dapat dilihat oleh guru namun sangat
mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Gambaran itu mulai terbentuk melalui
interaksi dengan orang lain, yaitu keluarga dan teman sebaya maupun orang
dewasa lainnya, dan hal ini mempengaruhi prestasi belajarnya
disekolah.Berdasarkan pandangan di atas dapat diambil pengertian bahwa siswa
datang kesekolah dengan gambaran tentang dirinya yang sudah terbentuk. Meskipun
demikian adanya, guru tetap dapat mempengaruhi maupun membentuk gambarang siswa
tentang dirinya itu, dengan tujuan agar tercapai gambarang tentang
masing-masing siswa yang lebih positif. Apabila seorang guru suka mengkritik,
mencela,atau bahkan merendahkan kemampuan siswa, maka siswa akn cenderung
menilaidiri mereka sebagai seorang yang tidak mampu berprestasi dalam belajar.
Hal ini berlaku terutama bagi anak-anak TK atau SD yang masih
sangat muda. Akibatnya minat belajar menjadi
turun. Sebaliknya jika guru memberikan penghargaan, bersikap
mendukung dalam menilai prestasi siswa, maka lebih besar kemungkinan siswa-siswa akan menilai dirinya sebagai orang
yang mampu berprestasi. Penghargaan untuk berprestasi merupakan dorongan untuk
memotivasi siswa untuk belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Motivasi
Salah satu aspek psikologis yang ada pada diri
seseorang adalah motivasi. Motivasi merupakan proses memberi semangat, arah,
dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang
penuh energi, terarah dan bertahan lama.
B. Jenis-jenis Motivasi
Seseorang termotivasi atau terdorong untuk melakukan
sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai. Tujuan atau
kebutuhan tersebut akan mengarahkan perilaku seseorang. Begitu pula perilaku
seseorang dalam kegiatan belajar mengajar juga memerlukan motivasi untuk
belajar. Menurut Sardiman (1987), motivasi belajar ada 2 yaitu:
1. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan
sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan).
Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan
dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk
mendapatkan nilai yang baik.
2. Motivasi Intrinsik
Motinasi intrinsik adalah motivasi
internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).
Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena senang pada mata
pelajaran yang diujikan itu.
C. Perspektif Tentang
Motivasi
Perspektif psikologis menjelaskan
motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula.
1.
Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral menekankan
imbalan dan hukum eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi
perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat
menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada
perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer
dkk, 2000). Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang baik
yang memberikan indikasi tentang kualitas pekerjaan murid dan tanda bintang
atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik.
2.
Perspektif Humanistis
Perspektif humanistis menekankan
pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih
nasib mereka dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang lain).
Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan
dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih
tinggi. Menurut Maslow, misalnya murid harus memuaskan kebutuhan makan sebelum
mereka dapat berprestasi.
3.
Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif,
pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar
pada motivasi menurut perspektif kognitif (Pintrich & Schunk, 2002). Minat
ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai
sesuatu, atribusi mereka dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol
lingkungan mereka secara efektif. Jadi, perspektif behavioris memandang
motivasi murid sebagai konsekuensi dari
insentif eksternal, sedangkan perspektif kognitif merekomendasikan agar
murid diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrol hasil
prestasi mereka sendiri.
4.
Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau
keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini
membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang
hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka
untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan
orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Murid
sekolah yang mempunyai hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya
memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah (Baker, 1999,
Stipek, 2002).
C.
Motivasi dan Kebutuhan
Suatu
kebutuhan adalah sebuah kenyataan atau kekurangan yang dirasakan dari sebuah
keinginan ( sesuatu yang dibutuhkan) atau di inginkan. Selain itu, kebutuhan
dapat menjadi sederhana dan nyata; seperti kebutuhan dalam makanan yang
disebabkan oleh kelaparan. Disini hasil sebuah kebutuhan berasal dari sesuatu yang diinginkan – kebutuhan mendadak.
Selain itu kebutuhan dapat menjadi kompleks dan abstrak, seperti kebutuhan
untuk meminta dan memahami; kebutuhan ini adalah salah satu landasan dari teori
kognitif dari sebuah motivasi.Dari hal ini, kebutuhan berasal dari sebuah
tuntunan nafsu untuk mengetahui atau menghilangkan kebebutuhan hidup yang mana,
pemikiran bukan suatu kebutuhan untuk berjuang.Dalam tahap ini kita menguji dua
pandangan dari kebutuhan sesorang.Paham humanism dan kognitif.Bermula dari
thiarakhi moslow.
Motivasi sebagai suatu heraki dari
kebutuhan, sisten kerja maslow. Abraham maslow (1968,1954/1970). Bapak dari
pergerakan humanism (kemanusian) menjelaskan kebutuhan sebagai suatu yang nyata
dalam dua kelompok, pertama : berdasarkan kebutuhan dasar seperti perjuangan
dan keamanan dan kedua : berdasarkan tuntunan nafsu untuk memenuhi kebutuhan
diri dan actual diri. System kerjanya menghasilkan sebuah heraki.
Impilikasi pekerjaan maslow untuk
para guru, pekerjaan maslow mempunyai implikasi penting untuk pendidikan.
Ketika anak anak yang datang kesekolah, lelah, lapar atau didalam kasus ekstrim
menyalahgunakan keinginan mereka untuk belajar pasi disusutkan sarapan yang
panas dan mebebskan program makan siang didalam sekolah adalah usaha untuk
keperluan deficit ini.Dan para guru kini sedang dilatih untuk mengidentifikasi
bukti penyalahgunaan sedemikian sehingga penasehat dapat menjawab seketika.
Teori maslow juga menyarankan bahwa
guru harus mencipatakna pengajaran lingkungan. Dimana siswa membebaskan diri
dari pisik dan ancama emosional. Siswa yang diancam oleh potensi kebingunan
atau bekerja dengan cara yang lain yang taka man dan dengan lingkunagn yang
simpan siur yang kekurang motivasi untuk belajar dan mereka mencapai kekurangan
dan situasi pembelajaran itu terselamatkan dan stabil ( blumenfe1986ld, 1992 ; brophy dan good, 1986 doyle )
a. Teori
kebutuhan dalam belajar
R. White (1959) dalam sebuah catatan
klasik, menjelaskan perilaku larry sebagai sebuah tanggapan kepada kebutuhan
akan kemampuan, dan dia membantah bahwa kemampuan motivasi adalah kawanan
kebutuhan dalam manusia yang memberi tenaga orang orang untuk menguasai tugas
keterampilan. Sebuah kebutuhan untuk kemampuan berhubungan dengan dasar
kebutuhan untuk pemahaman yang dijelaskan oleh beberapa teori tentang
motivasi.Dengan meningkatkan kemapuan seseorang individu lebih mampu untuk
mengatsi lingkungan.Dan menurut white, peningkatan kemapuan adalah sumber dari
kemapuan motivasi.Kemapuan motivasi berhubungan erat dengan konsep keseimbangan
yang dimiliki ‘piaget’.Sebagai rencana berkembang peningkatan kemampuan dan
keseimbangan yang muda dicapai dan di pelihara.
Seorang guru berperan besar pada
kemampuan motivasi, ketika dia menekankan lingkugan dan menyediakan para siswa
dengan mengusulkan umpan balik sedang mereka meningkatkan kterampilan mereka.Ini
merupakan suatu pengasahan kuat untuk suatu “pusat pelajaran” dalam kelas.
Kebutuhan akan terkendali dan
menetukan nasib sendiri. Menurut pada pandangan ini manusia mempunyai sebuah
kebutuhan untuk mengontrol lingkungannya, menjadi asal tentang nasib mereka
disbanding kehidupan luas ( decharms, 1968)
Kebutuhan akan terkendali adalah
format intrinsic yang evidence keduanya dalam pengaturan industry dan kelas (
lepper dan heddel 1989). Penekanan belajar pada pekerja mengungkapkan bahwa
pekerja mempunyai nikmat otoritas atau terkrndali, seperti perakitan bekerja,
mempengaruhi penekanan pada orang orang disbanding mereka yang mempunyai jauh
lebih otonomi dan tanggung jawab nyata. Para guru dapat menunjukan kebutuhan
ini untuk mengotrol dengan membiarkan siswa masuk dalam keputusan kelas,
seperti pengembangan aturan kelas.
b. Teori
attribution
Model Atribusi mengenai motivasi mempunyai beberapa
komponen, yang terpenting adalah hubungan antara atribusi, perasaan dan tingkah
laku. Menurut Weiner, urutan-urutan logis dari hubungan psikologi itu ialah
bahwa perasaan merupakan hasil dari atribusi atau kognisi. Perasaan tidak
menentukan kognisi, misalnya semula orang merasa bersyukur karena memperoleh
hasil positif dan kemudian memutuskan bahwa keberhasilan itu berkat bantuan
orang lain. Hal ini merupakan urutan yang tidak logis (weiner, 1982 hal 204).
Hubungan antara kepercayaan, pada
reaksi afektif dan tingkah laku. Penyebab keberhasilan dan kegagalan menurut
persepsi menyebabkan pengharapan untuk terjadinya tindakan yang akan datang dan
menimbulkan emositertentu. Tindakan yang menyusul dipengaruhi baik oleh
perasaan individu maupun hasil tindakan yang diharapkan terjadi.
Menurut teori atribusi, keberhasilan
atau kegagalan seseorang dapat dianalisis dalam tiga karakteristik, yakni :
- Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau eksternal. Artinya, kita mungkin berhasil atau gagal karena factor-faktor yang kami percaya memiliki asal usul mereka di dalam diri kita atau karena factor yang berasal di lingkungan kita.
- Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil atau tidak stabil. Maksudnya, jika kita percaya penyebab stabil maka hasilnya mungkin akan sama jika melakukan perilaku yang sama pada kesempatan lain.
- Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau tidak terkendali. Faktor terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami dapat mengubah diri kita sendiri jika kita ingin melakukannya.Adapun factor tak terkendali adalah salah satu yang kita tidak percaya kita dengan mudah dapat mengubahnya.
Merupakan factor internal yang dapat
dikontrol, yakni kita dapat mengendalikan usaha dengan mencoba lebih keras.
Demikian juga factor eksternal dapat dikontrol , misalnya seseorang gagal dalam
suatu lembaga pelatihan , namun dapat berhasil jika dapat mengambil pelatihan
yang lebih mudah. Atau dapat disebut sebagai factor tidak terkendali apabila
kalkulus dianggap sulit kareba bersifat abstrak, akan tetap abstrak, tidak akan
terpengaruh terhadap apa yang kita lakukan.
Secara umum, ini berarti bahwa
ketika peserta didik berhasil di tugas akademik, mereka cenderung ingin atribut
keberhasilan ini untuk usaha mereka sendiri, tetapi ketika mereka gagal, mereka
ingin atribut kegagalan mereka untukfactor-faktor dimana mereka tidak memiliki
kendali, sepeti mengajarkan hal buruk atau bernasib buruk.
Menurut Weiner, factor paling
penting yang mempengaruhi atribusi ada empat factor yakni antara lain :
1. Ability yakni kemampuan, adalah
factor internal dan relative stabil dimana peserta didik tidak banyak latihan
control langsung.
2. Task difficulty yakni kesulitan
tugas dan stabil merupakan factor eksternal yang sebgaian besar di luar
pembelajaran control.
3. Effort yakni upaya, adalah factor
internal dan tidak stabil dimana peserta didik dapat latihan banyak control.
4. Luck yakni factor eksternal dan
tidak stabil dimana peserta didik latihan control sangat kecil.
Untuk memahami seseorang dalam
kaitannya dengan suatu kejadian, Weiner menunjuk dua dimensi yaitu :
a. Dimensi internal-eksternal sebagai
sumber kausalitas
b. Dimensi stabil-tidak stabil
sebagai sifat kausalitas
D. Motivasi dan Keyakinan
a. Kepercayaan terhadap kemampuan
Teori attribution memandang kemapuan
sebagai kesatuan stabil. Temuan yang lain, bagaimanapun adanya anak kecil.
(Nicolas dan miller) dan beberapa oring dewasa meliahat kemapuan lebih kepada
skil dan dengan begitu incremental.Pandangan ini menyarankan bahwa kemapuan
adalah dapat diawasi dan dapat berubah.Incremental ini melihat kemampuan pada
kemapuan yang tebal dapat berkembang denagn usaha. Orang lain mempertahankan
pandangan bahwa kemapuan adalah sebuah kesatuan. Suatu pandangan kesatuan
kemapuan berarti kemapuan itu stabil tidak dapat dikendalikan.
Perbedaan pengembangan dalam
kepercayaan tentang kemapuan. Anak muda cenderung mempunyai sikap optimis,
terlihat dari kemampuan mereka , pegangan harapan tinggi untuk sukses, dan
sungguh berpegas agar tidak gagal. Juga melalui awal nilai dasar anak cenderung
memandang usaha dan kemampuan sama. ‘mereka mengamsumsikan bahwa orang orang
pandai berusaha keras dan berusaha keras menjadikan pintar, jika seseorang
sukses, kemudian dia harus berusaha keras dan dia harus menjadi pintar, jika
dia gagal dia tidak harus berusaha dan dia tidak harus pintar.
b. Kebutuhan untuk melindungi diri,
Covington (1992) menyatakan bahwa
kebutuhan untuk harga diri adalah sebuah kebutuhan dasar semua individu dan
dengan secara instraktif bekerja keras untuk melindungi harga diri mereka
ketika itu terancam, seperti kasus pada kegagalan public.Catatan Covington
bahwa, untuk para siswa mendekati masa remaja harga diri adalah sering
menentukan pada bagian tes oleh kemampuan akedemik mereka.
Peneliti telah menemukan hubungan
antara kebutuhan pelajar untuk melindungi harga diri mereka, kepercayaan mereka
tentang kemampuandan motivasi prestasi (Ames,1990; Covington, 1992; Covington
& Omelich, 1987). Hubungan ini penting dalam kelas terutam dengan siswa
yang lebih tua.Ketika siswa mendekati masa remaja, mereka terus meningkat
cenderung memperlihatkan kemampuan stabil (suatu kesatuan) dan lebih sedikit
berhubungan dengan usaha kemudian mereka melakukannya dengan cepat dan presepsi
tentang kemampuan yang tinggi meningkat dalam kepentingan (Anderman &
Maehr, 1994).Sebagai hasilnya meletakkan meja usaha dapat menjadi resiko karena
gagal setelah bekerja keras kemudian menyarankan bahwa orang itu “bisu’’.
Para siswa boleh melibatkan
perilaku menghalangi diri untuk melindungi harga diri mereka (Pinrich &
Schunk, 1996) – contohnya membuat penilaian dengan tika berusaha (oh yakin saya
akan mendapatkan nilai sebaik nilaimu jika saya belajar keras seperti yang kau
lakukan), menunda-nunda (“ saya kan melaksanakan yang lebih baik, tapi saya
tidak memeulai belajar sampai tengah malam semalam”), dan menyalahkan ketiadaan
capaian pada ketertarikan (Covington & Olemich, 1987; mantzicopoulos,
1989). Dari titik-titik pandang para siswa kegagalan tanpa usaha tidak
mencerminkan pada kemampuan mereka.Apa yang mereka capai adalah kegagalan
dengan penghormatan (Ames, 1990, p.413).
D. Kebutuhan,
Kepercayaan dan Harga Diri
Kebijakan Konvensional dan Riset
Dengan
banyaknya asepek-aspek mengenai pembelajaran dan perilaku, yang dimengerti
tentang motivasi, lebih kompleks kami menemukannya dan kami juga menemukan beberpap
kebijaksanaan konvensional yang memandu perilaku guru yang plin-plan dengan
hasil penelitian.Contoh kebijakn konvensional (di italia) berhubungan dengan
hasil yang diuraiakan sebagai berikut :
1. Para siswa yang kurang percaya diri pada kemampuan mereka
harus diberikan pekerjaan berat untuk sukses. Penelitian menandai bahwa sukses
sendiritidak perlu bantalan kepercayaan. Itu mengabaikan atribusi para siswa
dan presepsi tentang pengalaman mereka ( Dweck, 1985). Untuk kemanjuran diri
dapat ditingkatkan . para siswa harus merrasa tugas itu yang mereka gantikan
sebagai tantangan, penuh arti dan penting.
2. Menemukan suatu yang positif yang dikatakan sebuah pekerjaan
para siswa. Umpan balik positif yang diinginkan, tapi pujian untuk capaian test
yang mudah atau pujian yang tidak tergantung pada pemenuhan yang bisa
mengurangi motivasi, terutama sekali pada siswa yang lebih tua (Brophy, 1981;
Ford, 1992) . lagi kemajuan diri memerlukan kemajuan asli pada penuh arti dan
tugas menantang ( Clifford, 1990)
3. Penghargaan pada siswa untuk perilaku yang diinginkan. Jika
diterapkan dengan baik. Penguatan lebih efektifwalaupun mereka biasanya
diharapkan untuk memotivasi paling sedikit para siswa penuh perhatian atau itu
dilaksanakan kurang baik, bagaimanapun
mereka secara khas diterapkan untuk keseluruhan kelas atau keseluruhan
sekolah (Ames, 1990)
4. Beriak pilihan kepada siswa dan sebuah pengertian
pengendalian pribadi dalam kelas. Permasalahan disini adalah struktur banyak
kelas yang melibatkan kompetensi dan capaian perbandingan publik ( Anderman
& Maehr, 1994. Dalam kelas yang kompetitif , pilihan itu memastikan
kesuksesan dan perlindunagn kemampuan akan mengambil hak yang lebih tinggi atas
minat, tantangan dan penguasaan tugas ( Maehr, 1992; Nicholls, 1989)
5. Mendorong para siswa terhadap kegagalan atribut pada
ketiadaan usaha. Banyak siswa percaya bahwa mereka siap berusaha keras dan
menceritakan mereka untuk berusaha lebih keras dalam pengurangan kemanjuran
diri mereka. Benar-benar mengesankan pada siswa yang didukung usaha yang
maksimum yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan. Bisa dipimpin oleh perasaan
“ saya tidak mau bekerja keras lagi” (Ames, 1990, p.418), dan mereka akhirnya
ditakut-takuti. Dalam beberapa kelas, para siswa tidak percaya bahwa mereka
yang lebih sukses adalah mereka yang bekerja lebih keras, dan berusaha untuk
menyakinkan mereka cara lain mempunyai sedikit kepercayaan (Nicholss, 1989).
Untuk usahatimbal balik lebih efektif, itu harus lebih terpercaya kepada siswa.
E. Motivasi dan Gol
Gol secara
luas digunakan unruk memotivasi pekerja dan mengembangkan penampilan dalam
dunia bisnis. Mereka menambah motivasi dan kemanjuran diri paling sedikit 3
cara (Locke & Latham, 1990)
1. Mereka
memberikan pengujian standard yang mengukur perkembangan mereka, menggunakan
ini “pengukuran tongkat” hasilnya terukur dalam bukti pemelajaran
2. Mereka
menambah usaha dan ketekunan
3. Mereka
mendorong pengembangan strategi baru ketika orang-orang yang tua belum sukses
sepenuhnya.
Disamping keuntungan ini, riset menandai bahwa
banyak siswa termasuk diperguruan tinggi.Belajar tanpamembersihkan gol dalam
pikiran (Morgan, 1985). Para siswa menyiapkan waktu banyak dan meyusun kembali
catatan mereka, contohnya tapi mempertimbangan bagaimana tugas ini menyokong
untuk dipelajari. Mereka Nampak berpikir secara diam-diam bahwa persiapan waktu
yang sama dalam belajar. Setelah mereka diajar untuk gol yang efektif, prestasi
meningkat (Morgan, 1987)
Karakteristik Gol yang
Efektif
Efektif
gol mempunyai 3 karakteristik :
1. Khusus
(vs lebar dan umum)
2. Segera
atau dekat (vs jauh)
3. Sedang
sulit ( vs sangat gampang atau sangat susah) (Schubk, 1994)
Mempertimabangkan
karakteristik itu seperti anda menguji gol yang berikut :
1. Untuk
berusaha keras mengerjakan tugasku
2. Untuk
belajar Al-jabar
3. Untuk
memecahkan penyamaan dengan satu ketidak tahuan
Permasalahan dengan yang pertama adalah jauh dan
tidak spesifik. Itu tidak memerintahkan kepada siswa apa yang harus dilakukan
selanjutnya. Kebenaran yang sama pada yang kedua; itu juga umum dan jauh, itu
konytaks antara yang pelajran diorientasikan dan yang capaian diorientasikan
penting ( Ames& Archer, 1988; Dweck, 1985). Untuk menggambarkan
perbedaannya, dipertimbangakan dalam gol berikut ini :
1. Untuk
mendapatkan sedikitnya suatu B pada essaika
2. Untuk
mencetak prestasi didalam puncak keempat dalam kelas pada tes berikutnya
3. Untuk
mengidentifikasi contoh baru tiap-tiap judul topic didalam bagian berikutnya
pada bab ini
4. Untuk
menjelasakan bagaimana saya memecahkan setiap masalah pada tugas ini
Yang pertama dan kedua adalah capaian gol.Yang fokus
pada pertunjukan kemampuan yang tinggi dan menghindari kegagalan. Dalam sebuah
“ capaian” orientasi, pelajarn tidak terlihat sebagai sebuah goal, tapi
melainkan sebagai makna kearah akhir, seperti sebuah nilai test tinggi atau
nilai yang bagus. Capaian gol dapat membimbing untuk “lulus” atau bermain game
di banding kepahaman asli.
Capaian gol dapat pula membimbing untuk merasakan
ketertarikan tentang kesuksesan dan kegagalan, kehilangan harga diri setelah
gagal (Dweck & Leggett, 1988) dan sebuah orientasi ego, dimana siswa-siswa
tersadar kelihatan lebih pintar atau penampilan yang lebih baik disbanding yang
lain, disbanding dengan pembelajaran & pemahaman (Nicholls, 1984)
Ketiga dan keempat pada daftar, membandingkan
pembelajar gol atau gol yang focus pada tantangan dan penguasaan tugas
(Pintrich & Garcia, 1991). Pembelajaran gol membimbing untuk sebuah
orientasi tugas (Nichols, 1984), dimana siswa focus terhadap pemahaman dan
tidak khawatir tentang kegagalan atau perbandingan dengan yang lain. Sebuah
tugas orientasi bias membimbing untuk memilih walaupun lebih ke aktivitas yang
menentang (Aries, 1990), menggunakan “proses dalam” strategi –startegi seperti
pengertian monitoring dan pengembangan dan peningkatan kemanjuran diri. Capaian
gold an sebuah orientasi ego membimbing untuk sebuah penghindaran tentang
aktivitas, kekeranga usaha, dan permuakaan strategi seperti latiahn (Meece,
Blumenfeld & Hoyle, 1988)
Perbedaan antara pembelajran gold an capaian gol
adalah sulit dipisahkan tapi penting. Contohnya, focus pada gol keempat pada
daftar adalah menjelaskan bagaimana tiap masalah dapat dipecahkan atau
diselesaikan. Seringkali pemecahan suatu nomor masalah adalah bukan
pembelajaran gol karena itu tidak focus pada strategi dan sebuah pemahaman pada
masalah ini. Focus pada pemahaman penting keduanya untuk prestasi dan untuk
meningkatkan kemanjuran diri ( Schunk, 1994).
Walaupun membantu siswa mengatur gol efektif
bukanlah sebuah obat mejarab, itu bias mengurangi bnyak masalah termasuk dalam
kepercayaan tentang kemmapuan yang kami bahas dibagian sebelumnya. Riset
menandai bahwa siswa tang mengadopsi gol pelajaran tetap berlaku kesulitan pada
bagian depan.: sukses atribut ke internal, penyebab dapat berubah, menanggung
resiko dan menerima tantangn akademis; memusatkan pada penguasaan pribadi
(Broning at all, 1995). Guru dapat membantu siswa berkembang pada orientasi
inidengan menekankan penguasaan isi dan pemahaman, dengan De- Emphasizing
penilaian dan kompetensi, dengan memperagaan pencarian mereka sendiri untuk
pemahaman ketika mengajar
F. Motivasi dan
Pengaturan Pembelajarn Diri
Kebnaykan pandangan tentang pengaturan pembeljaran
diri menyarankan bahwa itu melibatkan 3 komponen :Metacognition, gunakan
startegi efektif dan pengendalian motivasi ( Braning et all, 1995). Liat bab 6
tentang pengaturan diri yang efektif termasuk pengaturan gol, observasi diri,
dan penilaian diri. Observasi diri dan penialian diri adalah proses
metacognitive. Pengaturan diri pelajar juga membuat sebuah usaha untuk
mmelihara perhatian mereka, meras informasi yang diteliti dan menyandi
informasi dengan kompak, bagan yang terintegrasi. Hubungan antara
metacognition, penggunaan startegi dan pengendalian motivasi adalah figure yang
digambarkan di 9.4
G. Pengendalian
Motivasi
Motivasi adalah sebuah bagian yang penting dari
peraturan diri.Pegaturan motivasi melibatkan indikasi untuk mengatur gol,
menimbulkan kepercayaan positif tentang keterampilan dan kemampuan orang dan
melakukan penyesuaian usaha sebagai pengembangan pembelajaran (Bruning et al,
1995).Sering, pengendalian motivasi terjadi melalui pembicaraan diri contohnya,
seorang siswa temui sebuah tugas pelajaran mungkin dikatakan sesuatu seperti
“hmmm, bisakah saya lakukan ini? Yeah saya fikir itu sama sama yang saya
kerjakan minggu lalu. Satu langakh pada waktu yang sama. “ pegendalian motivasi
dalam wujud pembicaraan diri membantu pelajar memelihara pengaturan diri selama
proses pembelajaran.
Sebagai siswa membuat kemajuan didalam pembelajar
gol, perasaan mereka pada kemajuan diri. Kita semua merasa baik ketika
menyelesaikan sesuatu perasaan kemanjuran diri kemudian timbal balik dan
memeprtinggi pembelajaran.Siswa merasa manjur dalam pembelajran memilih untuk
menggunakan tugas memilih strategis yang efektif, memeprluas usaha dan tetap
melakukannya ketika kesulitan bertemu pengembangan pengendalian motivasi
melalui monitoring diri tidak hanya mempertinggi pembelajaran tapi jiga
berkontribusi dalam pengaturn diri siswa. Apa yang dipembahasan ini katakana
kepadamu sebagai guru. Pertama sebgai pengajar kamu harus setuju tentang apa
tujuan kamu dan mengkomunikasikannya dnegan siswa. Kedua, membantu siswa
mempelajarai bagaimana membuat tujuan mereka sendiri dan membantu mengembnagkan
pembelajaran dibandingkan orientasi penampilan. Ketiga, membantu mereka
memeilih startegi untuk menghadapi tjuan ini dan mengajarkannya dalam
monitoring perkembangan mereka sebagai siswa
Hubungan Dalam Kelas
Mengaplikasikan
pemahaman motivasi dan
1. Memulai
kelas dengan melihat satu persatu siswa
-
Guru kelas 3 memulai
pelajaran tentang binatang dengan menggunakan bentuk binatang itu dengan
membawa seekor udang laut ke kelas. Dan meminta siswa untuk membandingkan cara
udang laut merasakan dan cara lengan tangan mereka sendiri dan kaki merasakan.
2. Menghadiri
ke peran defisit siswa
-
Guru kelas 7 meminta 2
gadis terpopuler didalam kelasnya untuk memperkenalkan gadis baru ke beberapa
siswa dan mengambil dibawahna sayap-sayap mereka sampai dia berkenalan
3. Kebutuhan
model pertumbuhan dengan sisw-siswa mu
-
Seoarang guru social
belajar membawakan surat kabar yang didalamnya terdapatbpendapat redaksi
politis dan menyakan ke siswa tentang pendapat mereka terhadap isu tersebut.
4. Mempermosikan
perasaan dengan mengontrol dan membiarkan para siswa bersuara dalam membuat
keputusan
-
Seorang guru sekolah
meminta para siswa untuk menyarankan peraturan dalam kelas. Dia membuatnya satu
bagian untuk mencakup beberapa dari merek pada daftarnya.
5. Para
siswa bantuan menujukan prestasi ke usaha
-
Guru kelas 2
berhati-hati mengontrol usaha siswa dalam pekerjaan. Ketika dia melihat tugas
yang kurang dia memberi komentar terhadap ndividu seperti pekerjaan mu.
Ekspektasi Guru
Motivasi dan kinerja guru mungkin di pengaruhi oleh
ekspektasi guru. Guru seringkali punya ekspektasi lebih positif untuk murid
berkemampuan tinggi ketimbang murid yang berkemampuan rendah. Ekspektasi ini mungkin akan mempengaruhi sikap dan
perilaku murid terhadap guru. Misalnya, guru menyuruh murid yang berkemampuan
tinggi untuk belajar lebih keras, mau
meluangkan waktu untuk lebih lama untuk menunggu jawaban dari mereka,merespons
mereka dengan lebih banyak informasi yang lebih mendalam ,tidak terlalu sering
menengur, lebih sering memuji mereka, lebih rama terhadap mereka, lebih sering
memanggil mereka, menempatkan mereka dengandi bangku yang lebih dekat dengan meja
guru, dan lebih mungkin member i tabahan nilai kepada mereka. Hal yang
sebaliknya terjadiuntuk kasus anak berkemampuan rendah (brophy,1985, 1998;
brophy dan good 1974). Salah satu strategi pengajaran yang penting adalah
memantau ekspektasi anda dan pastikan anda punya ekspektasi yang positif
terhadap semua murid termasuk murid yang berkemampuan rendah. Untungnya, para
periset telah menemukan bahwa dengan sedikit dukungan, guru dapat menaikkan
ekspektasi mereka terhadap muri berkemampuan rendah (Weinstein, medison, &
kulinski, 1995).
H. Motivasi, Hubungan Dan Konteks Sosiokultural
Motivasi mempunyai komponen social. Selain motif
untuk berprestasi, murid juga punya motif social, hubungan social, dan konteks
sosiokultural dari murid.
Motif
Sosial
Latar belakang social anak akan mempengaruhi
kehiduapan mereka di sekolah. Setiap hari murid membangun dan mempertahankan
hubungan social. Para periset telah menemukan bahwa murid yang menunjukkan
perilaku yang kompeten secar social
lebih unggul secara akademis ketimbang murid yang tidak kompeten (wentzel, 1996). Namun, secarb
keseluruhan, par periset tidak banyak memberi perhatian kepada bagaiman dunia
soaial muri berhubungan dengan motivasi mereka dalam kelas.
Motif sosial adalah
kebutuhan dan keinginan yang di kenal melalui pengalaman dengan dunia social.
Perhatian terhadap motif social muncul dari catalog kebutuhan (atau motif) yang
disusun Henry Murray (1938), yang mencakup Kebutuhan
akan Afiliasi atau keterhubungan, yakni
motif untuk merasa cukup terhubung dengan orang lain, yang telah kami
deskripsiakan di awal bab ini. Kebutuhan ini membutuhkan pembentukan,
pemeliharaan, dan pemulihan hubungan yang akrab, hangat dan personal. Kebutuhan
social murid di refleksiakn dalam keinginan mereka untuk popular dimata teman
sebaya dan kebutuhan punya satu kawan akrab atau lebih, dan keinginan untuk
menarik di mata orang yang mereka sukai. Meskipun setiap murid punya kebutuha
Afiliasi, beberapa murid punya kebutuhan yang lebih kuat ketimbang murid
lain(O’Conner & Rosenblood, 1996). Beberap murid suka di kelilingi banyak
kawan. Di SMP dan di SMA, beberapa murid
merasa ada yang hilang dalam kehidupan mereka jika mereka tidak punya pacar
untuk di ajak kencan pada malam minggu. Murid lainnya tidak punya kebutuhan
afiliasi sekuat itu. Mereka tidak peduli apakah mereka punya banyak kawan atau
tidak dan tidak cemas jika mereka tidak punya pacar.
Penerimaan guru dan teman adalah motiv sosial
penting bagi kebanyakan murid. Pada masa SD murid lebih termotivasi untuk
menyenangkan orang tuanya ketimbang menyenagnkan temannya (Berndt, 1979).
Menjelang akhir masa SD, penerimaan orang tua dan teman berada dalam posisi seimbang dalam system
motif anak.pada grade delapan atau
Sembilan (sekolah menengah), penerimaan
teman lebih penting ketimbang penerimaan orang tua. Pada grade 12, penerimaan teman kurang penting Karena murid sudah mulai
mandiri dan membuat keputusan sendiri .
Remaja dapat merupakan masa peralihan penting dalam
motivasi prestasi dan motivasi sosial (Henderson & Dweck 1990). Tekanan
akademik dan sosial memaksa remaja mengambil peran baruyang melibatkan tanggung
jawab yang lebih besar, setelah remaja mengalami tekanan yang lebih kuat untuk
berprestasi, kepentingan sosial mereka mungkin akan agak terabaikan karena
mereka lebih fokus pada persoalan akademik. Atau, ambisi di satu bidang dapat
melemahkan tujuan di bidang lain, seperti ketika tujuan mengejar prestasi
akademik menyebabkan hilangnya motif sosial. Pada masa remaja awal ini, murid menghadapi
piliahan antara mengejar tujuan sosial atau mengejar tujuan akademik. Hasil
dari keputusan ini akan berefek jangka
panjang dalam tujuan akademik dan karier mereka.
Hubungan Sosial
Hubungan murid dengan orang tua, teman sebaya,
kawan, guru, dan mentor, dan orang lain, dapat mempengaruhi prestasi dan
motivasi sosial mereka.
Orang tua. Telah dilakuakn
riset tentang hubungan antara parenting
dengan motivasi murid. Studi-studi tersebut mengkaji karakteristik demokrafis,
taktik pengasuhan anak, dan provisi pengalaman spesifik di rumah (Eccles,
wigfield, & Schiefele, 1998).
Karakteristik demografis. Orang
tua dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mungkin percaya bahwa
keterlibatan mereka dalam pendidikan anak
adalahpenting. Mereka lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam pendidikan anak
dan member stimuliintelektual di rumah (Schneider & coleman, 1993). Ketika
wktu dan energy orang tua lebih banyak di habiskan untuk orang lain atau untuk
sesuatu yang lain ketimbang untuk anaknya, motivasi anak mungkin akan menurun
tajam, prestasi murid dapat menurun apabila mereka tinggal dalam keluarga Singleparent, tinggal bersama orang tua yang waktunya dihabiskan untuk
bekerja, dan tinggal dalam keluarga besar.
Praktik pengasuhan anak. Walaupun
factor demografis dapat mempengaruhi motivasi murid, factor yang lebih penting
adalah praktik pengasuhan anak oleh orang tuanya (Eccles, 1993; Eccles,
wigfield, & schiefele,1998)
Berikut ini
adalah praktik penting positif yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi:
·
Mengenal betul anak dan
member I tantangan dan dukungan dalam kadar yang tepat.
·
Memberikan iklim
emosional yang positif yang memotivasi anak untuk mengamalkan nilai dan tujuan
orang tua.
·
Menjadi model prilaku
yang member motivasi: bekerja keras dan gigih menghadapi tantangan.
Provisi pengalaman spesifik di rumah. Selain
praktik pengasuhan umum, orang tua dapat memberikan pengalaman spesifik di
rumah untuk membantu murid lebih termotivasi. Membacakan buku untuk anak
prasekolah dan member materi bacaan di rumah akan memberi efek positif pada prestasi dan motivasi
membaca anak.
Teman sebaya (peer). Teman
sebaya dapat mempengaruhi motivasi anak melalui perbandingan sosial,kompetensi
dan motivasi sosial, belajar berasma, dan pengaruh kelompok teman sebaya.
Murid dapat membandingkan dirinya sendiri dengan
teman sebaya mereka secara akademik dan sosial. Di bandingkan anak kecil remaj
lebih mungkin melakukan perbandingan sosial, walaupun remaja lebih gampang
menyangkal bahwa mereka membandingkan dirinya dengan orang lain. Perbandingan
sosialyang positif biasanya menimbulkan penghargaan diri yang lebih tinggi,
sedangak perbandingan negative menurunkan penghargaan diri.
Teman sebaya dapat membantu satu
sama lain dalam mempelajari materi pelajaran melalui diskusi kelompok kecil.
Dan tutoring teman sebaya sering kali meningkatkan prestasi bagi tutor maupun
murid yang di beri tutorial.
Guru. Banyak anak yang tidak bagus
belajarnya di sekolah punya hubungan negatif dengan mereka (Stipek, 2002).
Mereka seringkali mengalami masalah karena, misalnya, tidak mengerjakan tugas,
tidak memperhatikan, atau karena bikin onar. dalam banyak kasus, mereka pantas
di tegur dan di hukum, akan tetapi seringkali situasi kelas menjadi sangat
tidak menyenagkan bagi mereka. Motivasi murid akan bertambah jika guru member
tugas yang menantang dalam lingkungan yang mendukung proses penguasaan materi.
Guru harus memberikan dukungan emosinal dan kognitif, member materi yang
berarti dan menarik untuk di pelajari dan dikuasai, dan member dukungan yang
cukup bagi terciptanya kemandirian dan inisiatif murid.
|
Guru yang
perhatian
|
Guru yang tidak perhatian
|
Perilaku mengajar
|
Berusaha membuat kelas jadi menarik; mengajar
dengan cara special.
|
Mengajar
dengan cara menjemukkan, banyak member tugas, tetap mengajar walau murid tdk
memperhatikan.
|
Gaya komunikasi
|
Bicara kepada saya, member i
\perhatian, mengajukan pertanyaan, mendengarkan
|
Beberteriak, marah-marah,rsikap tidak peduli,
seenaknya.
|
Perlakuan adil dan respek
|
Jujur dan adil, memenuhi janji, mempercayai saya,
member tahu kebenaran
|
Mempermalukan dan merendahkan
|
Perhatian terhadap individu
|
Berta nya jika ada sesuatu yang tdk beres, bicara
kepada saya mengenai problem saya, bersikap layaknya kawan, bertanya saat
saya butuh bantuan, mau meluangkan waktu untuk memahami saya, memanggil saya.
|
Lupa nama, tidak melakukan apa-apa saat saya
melakukan sesuatu atau menjawab pertanyaan, tidak berusaha membantu saya.
|
Salah satu aspek yang sulit dalam
mengajar adalah bagaimana membantu murid yang berprestasi rendah dan susah
didekati. Jere Brophy (1998) mendeskripsikan strategi untuk meningkatkan
motivasi dua jenis murid yang susah didekati dan berprestasi rendah ini:
1.
Murid
yang tidak semangat dan kurang percaya diri dan kurang termotivasi untuk
belajar.
2.
Murid
yang tidak tertarik atau terasing
1. Murid
yang Tidak Bersemangat
Murid jenis ini mencakup:
a.
Murid
berprestasi rendah dengan kemampuan rendah yang kesulitan untuk mengikuti
pelajaran dan punya ekspestasi prestasi yang rendah.
b.
Murid
dengan sindrom kegagalan.
c.
Murid
yang terobsesi untuk melindungi harga dirinya dengan menghindari kegagalan.
Murid
berprestasi rendah dengan ekspestasi kesuksesan yang rendah. Murid jenis ini perlu
terus menerus diyakinkan bahwa mereka bisa mencapai tujuan dan menghadapi
tantangan yang telah anda tentukan untuk mereka dan anda perlu membantu mereka
untuk mencapai sukses. Akan tetapi mereka perlu diingatkan bahwa anda akan
menerima kemajuan mereka hanya sepanjang mereka melakukan upaya nyata. Mereka
mungkin membutuhkan instruksi tersndiri atau aktivitas khusus untuk
meningkatkan level keahlian mereka. Bantu mereka untuk menentukan tujuan
pembelajaran dan beri dukungan untuk mecapai tujuan, suruh murid ini untuk
melakukan kerja keras dan membuat kemajuan, meskipun mungkin mereka tidak punya
kemampuan untuk melakukannya di level kelas secara keseluruhan.
Murid
dengan sindrom kegagalan.
Sindrom kegagalan adalah murid memiliki ekspestasi rendah untuk meraih
kesuksesan dan menyerah saat menghadapi kesulitan awal. Murid dengan sindrom
kegagalan berbeda dengan murid
berprestasi rendah yang selalu gagal meski sudah berusaha keras. Murid dengan
sindrom kegagalan tidak mau berusaha keras, sering kali menjalankan tugas
dengan setengah hati dan cepat menyerah saat pertama kali menghadapi kesulitan.
Murid dengan sindrom kegagalan sering punya rasa self-efficacy rendah atau punya masalah atribusi, dengan
menghubungkan kegagalan mereka dengan sebab-sebab aternal, stabil dan tak dapat
dikontrol, seperti kemampuan rendah.
Sejumlah strategi dapat dipakai
untuk meningkatkan motivasi murid yang mengalami sindrom kegagalan. Yang amat
bermanfaat adalah metode pelatihan ulang (retraining)
kognitif, seperti retraining kecakapan, retraining atribusi dan strategi
training yang dideskripsikan pada tabel di bawah ini:
Metode
Training
|
Penekanan
Utama
|
Tujuan
Utama
|
Training kecakapan
|
Meningkatkan persepsi kecakapan
diri murid
|
Mengajari murid menentukan dan
berjuang mencapai tujuan yang spesifik, menantang dan realistis. Memonitor
kemajuan murid dan memberi dukungan dengan mengatakan sesuatu “saya tahu kamu
bisa melakukannya” menggunakan modeling orang dewasa dan teman sebaya secara
efektif. Mengindividualisasikan intrupsi dan mengaitkannya dengan pengetahuan
dan kemampuan murid. Meminimalkan perbandingan sosial. Menjadi guru yang
cakap dan punya rasa percaya diri terhadap kemampuan anda. Memandang murid
pengidap sindrom kegagalan sebagai tantangan bukan sebagai pecundang.
|
Retraining atribusi dan orientasi
prestasi
|
Mengubah atribusi dan orientasi
prestasi murid
|
Mengajari murid untuk
menghubungkan kegagalan dengan faktor-faktor yang Dapat diubah, seperti
pengetahuan atau usaha yang kurang memadai dan strategi yang tak efektif.
Membantu murid untuk mengembangkan orientasi penguasaan ketimbang orientasi
kinerja belaka, dengan cara membantu mereka untuk fokus pada proses
pencapaian prestasi(pembelajaran tugas) ketimbang produk prestasi(kemenangan
atau kekalahan)
|
Training strategi
|
Meningkatkan strategi dan
keahlian tugas dan bidang pelajaran
|
Membantu murid menguasai dan
mengatur sendiri penggunaan pembelajaran yang efektif dan strategi pemecahan
problem. Ajari murid anda apa yang mesti dilakukan, bagaimana cara
melakukannya, dan kapan dan mengapa itu harus dilakukan.
|
Murid
yang termotivasi untuk melindungi harga dirinya dengan menghindari kegagalan. Beberapa murid sangat
ingin melindungi harga dirinya dan menghindari kegagalan sehingga mereka tidak
mau mengejar tujuan pembelajaran dan menjalankan strategi yang tidak efektif
( & Midgely, 2001). Berikut ini beberapa strategi mereka untuk
melindungi harga diri dan menghindari kegagalan mereka (covington & Teel,
1996):
Non
performance.Strategi
paling jelas untuk menghindari kegagalan adalah tidak mau mencoba. Taktik tidak
mau mencoba (Non performance) ini
antara lain tampak ingin menjawab pertanyaan dari guru tetapi berharap guru
memanggil murid lain, menunduk di bangku agar tidak terlihat oleh guru, dan
menghindari kontak mata. Ini mungkin tampak seperti penipuan kecil-kecilan,
tetapi bisa menjadi besar dan kronis seperti sering “cabut” dari kelas atau
banyak membolos.
Berpura-pura. Agar tidak dikritik
karena tidak mau mencoba, beberapa murid tampak berpartisipasi tetapi dia
melakukannya demi menghindari hukuman, bukan untuk mencari sukses. Tingkah
pura-pura yang lazim misalnya pura-pura bertanya meskipun sudah tau jawabannya,
menampakkan ekspresi pasif dan rasa ingin tahu, dan menghindari perhatian
selama diskusi kelas.
Menunda-nunda. Murid yang menunda
belajar sampai menjelang ujian dapat menghubungkan kegagalan mereka pada
manajemen waktu yang buruk dan karenanya orang lain tidak memerhatikan
kemungkinan bahwa dia sesungguhnya memang tidak pandai atau kompeten. Variasi
dari cara ini antara lain murid melakukan banyak aktivitas dan tanggung jawab
di mana mereka punya alasan untuk melakukannya secara tidak kompeten
Menentukan
tujuan yang tidak terjangkau. Dengan menetapkan tujuan setinggi-tingginya
sehingga kesuksesannya menjadi mustahil, seorang murid dapat terhindar dari
kesan bahwa mereka tidak kompeten, karena tampaknya semua murid tidak bisa
mencapai tujuan yang amat tinggi ini.
Kaki
kayu akademik.
Dalam cara ini, murid mengakui kelemahan personal kecil agar kelemahannya yang
lebih besar tidak diketahui. Misalnya, murid mungkin mengaitkan hasil buruk
ujian dengan kecemasan yang dialaminya. Gagal karena cemas tampaknya tak
seburuk jika gagal karena tak mampu.
Martin covington dan
rekan-rekannya (Covington,1992,1998; Covington & Teel,1996; Covington, Teel
dan Parecki, 1994) mengusulkan sejumlah starategi untuk membantu murid mengurangi kesibukannya melindungi harga
dirinya dan menghindari kegagalan:
·
Beri
murid tugas yang menarik dan memicu rasa ingin tahu mereka. Tugas itu harus
menantang tetapi tidak melampaui kemampuan mereka. Beri mereka pilihan
aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan. Setelah keahlian mereka meningkat,
naikkan tingkat kesulitan tugasnya.
·
Buat
sistem imbalan/hadiah sehingga murid-bukan hanya murid yang cerdas dan
berprestasi saja- dapat memperoleh
hadiah itu jika mereka mau bekerja keras. Pastikan hadiah itu akan
memperkuat kemauan murid untuk menentukan tujuan yang bermakna. Juga cobalah
tindakan pembelajaran itu sebagai tujuan yang diharapkan murid.
·
Bantu
murid menentukan tujuan yang menantang namun realistis, dan beri mereka
dukungan akademik dan emosional dalam rangka mencapai tujuan ini.
·
Perkuat
asosiasi antara usaha dan harga diri. Usahakan murid berbangga atas usaha yang
mereka lakukan dan minimalkan perbandingan sosial.
·
Dorong
murid untuk memegang keyakinan positif terhadap kemampuan mereka sendiri.
·
Tingkatkan
hubungan guru-murid dengan menekankan peran anda sebagai sumber daya manusia
yang akan membimbing dan mendukung usaha pembelajaran murid, bukan berperan
sebagai figur otoriter yang mengontrol prilaku murid.
2. Murid
yang tidak tertarik atau teralienasi (terasing)
Brophy(1998) percaya bahwa
problem motivasi paling sulit adalah murid yang apatis, tidak tertarik belajar,
atau teralienasi atau menjauhkan diri dari pembelajaran sekolah. Berprestasi di
sekolah bagi mereka adalah hal yang tidak penting. Untuk mendekati murid yang
apatis ini dibutuhkan usaha yang terus menerus untuk mensosialisasikan kembali
sikap mereka terhadap prestasi sekolah (Murdock, 1999)
Berikut ini beberapa cara untuk
mendekati Murid yang tidak tertarik
atau teralienasi (Brophy,1998) :
·
Kembangkan hubungan
positif dengan murid.
Jika murid yang tidak tertarik itu tidak menyukai anda, maka akan sulit untuk
mengajaknya mencapai tujuan pembelajaran. Tunjukkan kesabaran, tetapi terus
bantu murid dan dorong untuk terus maju walaupun kadang ada kemunduran atau
penolakan.
·
Buat suasana di
sekolah menjadi menarik.
Agar sekolah menjadi menarik bagi murid jenis ini. Cari tahu apa yang menarik
bagi murid tersebut dan jika memungkinkan masukkan minat murid itu dalam tugas
untuk mereka.
·
Ajari mereka strategi
untuk membuat belajar jadi menyenangkan. Bantu mereka memahami bahwa
mereka sendirilah yang menyebabkan masalah, dan cari jalan untuk membimbing
mereka agar bangga dengan hasil kerja keras mereka sendiri.
·
Pertimbangkan
penggunaan mentor.
Pikirkan tentang kemungkinan bantuan mentor dari komunitas atau dari murid yang
lebih tua yang anda percaya akan dihormati oleh murid yang tak tertarik atau
teralienasi itu.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Motivasi
adalah dorongan. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh
konsumen. Kebutuhan muncul karena adanya rasa ketidaknyamanan yang dirasakan
oleh konsumen. Kebutuhan tersebut mendorong seseorang untuk melakukan tindakan
memenuhi kebutuhan tersebut dan inilah yang disebut motivasi. Motivasi
sesungguhnya berawal dari suatu stimulus atau rangsangan yang akan menyebabkan
pengenalan kebutuhan. Rangsangan bisa berasal dari dalam diri sendiri.
Pengenalan kebutuhan menyebabkan tekanan sehingga adanya dorongan untuk
melakukan tindakan yang bertujuan. Tindakan yang dilakukan bisa berbagai macam
: konsumen akan mencari informasi mengenai produk tersebut, merk atau toko,
tokoh akan berbicara, dan konsumen mungkin memperoleh produk atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Kebutuhan
yang dirasakan konsumen bisa dimunculkan oleh faktor diri konsumen
sendiri(lapar, haus) dan faktor luar konsumen(aroma makanan yang berasal dari
restoran sehingga konsumen terangsang untuk makan). Iklan dan komunikasi
pemasaran juga bisa membangkitkan kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen.
Kebutuhan yang datang dari diri sendiri disebut kebutuhan fisiologis atau
biologis atau sering disebut sebagai kebutuhan primer. Produk tersebut
dimanfaatkan untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan yang diciptakan sebagai
reaksi konsumen terhadap lingkungan dan budayanya disebut kebutuhan sekunder.
Kebutuhan tersebut biasanya bersifat psikologi dan mempertahankan hidupnya.
Perilaku
mendorong konsumen untuk memenuhi kebutuhannya seiring dan dipandnag sebagai
cara unuk memenuhi kebutuhan. Teori kebutuhan Maslow menyatakan bahwa manusia
berusaha memenuhi kebutuhan tingkat rendahnya terlebih dahulu. Model hirarki
Maslow kebutuhan yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan sosial, kebutuhan ego, dan kebutuhan aktualisasi diri. Semakin
sejahtera seseorang maka semakin kecil persentase pendapatannya untuk membeli
makan.
Ada 3 kebutuhan dasar yang
memotivasi seorang individu untuk berperilaku, yaitu kebutuhan untuk sukses,
kebutuhan untuk afiliasi, dan kebutuhan kekuasaan. Dua aplikasi penting
dari teori motivasi adalah segmentasi dan positioning. Segmentasi dapat
diperlihatkan oleh suatu produk melalui pesan yang dibuat pada iklan tersebut
atau target konsumen produk tersebut. Positioning adalah citra produk atau jasa
yang ingin dilihat oleh konsumen terhadap produk atau jasa. Kunci dari
positioning adalah persepsi konsumen terhadap produk atau jasa. Motivasi
konsumen dan kebutuhan dapat diukur dengan kuesioner, dimana sejumlah
pertanyaan diajukan kepada konsumen dan konsumen melaporkan motivasi dan
kebutuhan sebagaimana ditanyakan kepadanya. Metode ini dikenal sebagai
pelaporan diri atau self-report.
B. Saran
Setelah selesainya makalah ini mungkin banyak
kekeliruan yang didapat didalamnya, oleh karena itu saran dan kritik yang
sigatnya membangun sangat diperlukan untuk pembuatan makalah kami selanjutnya.
isi makalahnya mudah dipahami tetapi harusnya memakai daftar pustaka agar lebih jelas referensinya
BalasHapus