BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Sesuai dengan tujuan
pendidikan Nasional dalasm UU. No. 20 Tahun 2003 pada pasal 3 yaitu “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangakan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.
Salah satu tujuan pembelajaran Matematika adalah
mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan
dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat
prediksi dan dugaan serta mencoba membuat penalaran secara logis, sehingga
matematika dapat dipahami sebagai suatu mata pelajaran yang mempuanyai
karakteristik tersusun atas hirarki dan abstrak
Oleh karena konsep
matematika yang abstrak transformasi pembelajaran matematika dalam proses
pembelajaran mengalami kesulitan baik dari segi pemahaman siswa maupun dari
segi kemampuan pendidik dalam memenej pembelajaran.
Jenning
dan Dunne (1999) mengatakan bahwa, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam
mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan riil. Kondisi ini
tentu saja jika diruntut ke belakang akan bersumber pada pembelajaran
matematika yang kurang bermakna. Pendidik dalam pembelajarannya di kelas
tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa juga
kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri
ide-ide matematika.
Operasi bentuk aljabar
merupakan konsep yang sangat penting untuk dikuasai, sebagai bekal untuk
mempelajari bahan matematika berikutnya. Kenyataan di lapangan,
banyak diantara siswa khususnya siswa SMP
Kelas VII yang sulit menerapkan operasi bentuk Aljabar, bahkan yang lebih
memperihatinkan adalah pada tingkat SMA masih ditemukan siswa yang salah dalam
menentukan hasil operasi Aljabar, terutama
dalam menyelesaikan soal-soal operasi bentuk aljabar khususnya yang berhubungan
dengan penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar.
Dari hasil observasi tersebut, kesalahan siswa
dalam penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar terjadi karena kurangnya
pemahaman siswa tentang operasi bilangan bulat, siswa tidak paham tentang
suku-suku sejenis dan suku-suku tidak sejenis, siswa tidak paham bahwa hanya
suku-suku sejenis yang dapat dijumlahkan dan dikurangkan. Para pendidik cenderung menggunakan cara mekanistik,
yaitu memberikan aturan secara langsung untuk dihafal, diingat dan diterapkan
sehingga siswa sulit untuk memahami konsep operasi bentuk aljabar.
Bertitik tolak dari hal tersebut penulis menggunakan media gambar dalam menyajikan
pembelajaran matematika sebagai solusi memahami operasi bentuk aljabar khusunya
operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa SMP kelas VII
semester I.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah: “Apakah media gambar dapat digunakan
sebagai solusi kesulitan memahami operasi bentuk aljabar?”.
C. Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan
dari tulisan ini adalah untuk mengetahui cara penggunaan media gambar sebagai solusi kesulitan memahami operasi
bentuk aljabar.
D. Manfaat
Manfaat yang
diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. dapat memberikan informasi kepada guru tentang penggunaan media gambar sebagai solusi kesulitan memahami operasi
bentuk aljabar.
2. Memudahkan peserta didik dalam memahami operasi bentuk aljabar
E. Pembatasan istilah
Makalah ini dibatasi pada pembelajaran Matematika
khususnya pada tingkat SMP
kelas VII semester I khususnya pada sub pokok bahasan penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat. Penggunaan alat peraga yang
dimaksud adalah penggunaan alat peraga berupa gambar bintang yang terdiri dari dua warna,
warnah merah melambangkan bilangan positif dan warnah biru melambangkan bilangan
negatif.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
MEDIA PEMBELAJARAN
Belajar adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang masa sebagaimana
hadits Rasulullah:
Artinya: Tuntutlah
ilmu dari buaian sampai ke liang lahad.
Proses pembelajaran
itu pada hakikatnya berorientasi pada terjadinya perubahan.
Untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran utamanya dalam mengajarkan matematika yang abstrak diperlukan
kompetensi padagogis pendidik dalam merancang, mendesain pembelajaran sehingga standar
kompetensi yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan kriteria standar
ketuntasan belajar.
Pemilihan sumber
belajar yang berupa segala informasi dalam bentuk ide, fakta dan data yang
disampaikan kepada anak didik dapat dituangkan kedalam bentuk media
pembelajaran.
Menurut Arsyad
(1997:3) “kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau
pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan”.
Media merupakan sesuatu yang
bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dan kemauan audien
(Anaswir & Basyiruddin 2002 : 11). Sedangkan menurut Susilana & Riyana
(2008 : 6) “media pembelajaran terdiri dua unsur penting yaitu unsur peralatan
(hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message software)”.
Dari berbagai pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan wadah penyampaian pesan
atau media pembelajaran yang ingin ditransformasikan kapada peserta didik sehingga
mampu memudahkan pemahaman, memotivasi dan menumbuhkan kreatifitas siswa
sehingga pembelajaran berjalan secara kreatif, interaktif, aktif dan
menyenangkan yang berorientasi pada pencapaian satandar kompetensi berdasarkan
ketuntasan kurikulum.
B. URGENSI PENGGUANAAN MEDIA
Pada hakikatnya
proses pembelajaran adalah proses komunikasi, kegiatan pembelajaran yang
merupakan penyampaian materi pembelajaran dari pendidik kepada anak didik dalam
bentuk penyampaian ide, konsep, teori dan gagasan. Dalam proses komunikasi
tersebut, sering timbul komunikasi yang kurang efektif dalam artian pesan-pesan
atau muatan pendidikan tidak dipahami. Hal ini disebabkan oleh adanya
verbalisme, kesalahan persepsi terhadap pemahaman konsep yang abstrak, kurangnya minat anak didik dan
kurangnya kompetensi dasar pendidik dalam menyajikan meteri.
Salah satu upaya
untuk mengatasi masalah tersebut adalah penggunaan media secara terintegrasi
dalam proses pembelajaran. Kreatifitas pendidik
dalam menerjemahkan kurikulum dengan penggunaan media pembelajaran sehingga penyajian materi lebih variatif
menuju pemahaman konsep secara integral.
Hal ini sejalan
dengan pendapat Asnawir & Basyiruddin (2002:13-14) bahwa “penggunaan media
pembelajaran mampu mempunyai nilai-nilai praktis sebagai barikut:
1.
mengatasi
keterbatasan pengalaman anak didik
2.
megatasi
keterbatasan ruang belajar
3.
menumbuhkan
interaksi langsung anak didik dengan lingkungan
4.
menghasilkan
keseragaman pengamatan
5.
menanamkan
konsep dasar yang benar
6.
menumbuhkan
minat belajar
7.
membangkitkan
motivasi merangsang
8.
memberikan
pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak”
C. KRITERIA PEMILIHAN MEDIA
Media pembelajaran
merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran. Sejalan dengan
perkembengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melahirkan karya
pariatif dari berbagai inovasi
pengembangan kreatifitas mediapembelajaran. Dewasa ini berbagai macam media
yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang
melibatkan anak didik memperoleh pengetahauan, keterampilan dan nilai positif.
Asnawir & Usman
(2002 : 15-16) mengungkapkan “ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
memilih media antara lain; tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
ketepatguaan, kondisi anak didik, ketersediaan perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software), mutu teknis dan biaya”.
Olehnya itu,
diperlukan criteria khusus dalam memilih media pembelajaran antara lain:
1.
media
yang dipilih hendaknya sesuai dengan standar kompetensi pada tiap mata
pelajaran
2.
selaras
dengan tujuan pembelajaran
3.
sesuai
tidak dengan materi pembelajaran
4.
telah
disahkan penggunaannya oleh pejabat yang berwenang
5.
sesuai
dengan gaya
belajar siswa
6.
kesesuaian
teori yang didasarkan dari penelitian dan riset yang telah teruji validitasnya
7.
sesuai
dengan kondisi anak didik dari segi usia, intelegensi, latar belakang
pendidikan, budaya dan lingkungan
8.
ketersediaan
bahan untuk membuat media
9.
media
harus dapat menjelaskan apa yang disampaikan anak didik secara tepat mencapai
tujuan pembelajaran
10.
biaya
yang dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang
dicapai
11.
mudah
dibuat dan dimengerti tatacara penggunaannya
12.
praktis
untuk digunakan dan dibawa kemana-mana
13.
tidak
dipengeruhi oleh kondisi media lain atau kondisi tak terduga seperti lampu
padam
14.
memperhatikan
aspek ekonomis dan kesederhanaan, sehingga
memungkinkan untuk dipergunakan di daerah yang terbatas dari segi saran
dan prasarana media pembelajaran.
Hal tersebut sejalan
dengan apa yang diungkapkan Susilana & Riyana (2008:72) bahwa “media
pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION yaitu
Acronium dari access yang berarti kemudahan akses, cost yaitu mempertimbangkan
aspek manfaat, Tekhnology apakah tersedia dan mudah penggunaannya,
Interactivity yaitu menyediakan komunikasi dalam pembelajaran efektif,
Organization yaitu apakah pimpinan sekolah atau yayasan mendukung dan Novelty
yaitu aktual dari media dari segi penemuan baru”.
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan apapun kriteria pemilihan media pembalajaran yang penting
dengan penggunaan media itu dapat
mencapai tujuan pembelajaran.
D.
KLASIFIKASI
MEDIA PEMBELAJARAN
Untuk memudahkan
mengenal berbagai media pambelajaran “aneka ragam media pembelajaran dapat
diklasifikasikan berdasarkan cirri-ciri tertentu antara lain:
1.
Berdasarkan
kemampuan indera yang terdiri dari:
a.
Media
yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar, misalnya: radio, tape recorder
rekaman dll
b.
Media
visual atau yang dapat dilihat, seperti filmstrip, transparansi, gambar,
grafik, layar rotary, dll
c.
Media
audio visual, yaitu media yang memadukan indera penglihatan dan pendengaran
seperti TV
2.
Berdasarkan
daya atau kemampuan liputannya, antaralain:
a.
Media
pembelajaran dengan daya atau kemampuan liputannya luas. Contohnya TV dan radio
b.
Media
pembelajaran dengan daya atau kemampuan liputannya terbatas. Contonya; papan
tulis, slide, dan OHP
3.
Berdasarkan
pengguna atau pemakai yang memanfaatkan media pembelajaran. Jenis media
pembelajaran terdiri atas:
a.
Media
pembelajaran yang digunakan secara massal. Contohnya belajar melalui Televisi
b.
Pengguna
media secara individual. Contoh belajar melalui modul
4.
Berdasarkan
kerumitan dan biayanya antaralain:
a.
Big
media, yaitu media yang kompleks (rumit), biayanya mahal serta penggunaannya
relative sulit dan membutuhkan tenaga terlatih. Contohnya: penggunaan media
berbasis Web
b.
Little
media, pembelajaran sederhana mudah menggunakannya dan ekonomis. Contohnya:
papan tulis, gambar
5.
Berdasarkan
penggunaan dan pemanfaatannya, terdiri atas:
a.
Media
by design semua media yang dirancang, dipersiapkan dan dibuat oleh pendidik
untuk digunakan dalam proses pebelajaran seperti layar rotary
b.
Media
by utilization, yaitu media pembelajaran yang tidak dibuat oleh pendidik
6.
Berdasarkan
dimensinya, terdiri atas:
a.
Media
dua dimensi, yaitu jenis media pembelajaran yang hanya mempunyai dua ukuran
yaitu panjang dan lebar. Contoh: poster, bagan, dan gambar
b.
Media
tiga dimensi, yaitu jenis media pembelajaran yang memiliki minimal tiga ukuran
yaitu panjang, lebar, dan isi/tinggi. Contoh: model (benda yang menyerupai
aslinya), realia (benda asli)
7.
Berdasarkan
proyaksinya antara lain:
a.
Media
proyeksi, yaitu media pembelajaran yang diproyeksikan atau dipancarkan dengan
menggunakan alat proyektor sehingga gambarnya nampak pada layar. Contoh: film,
film strip, slide, OHP in focus
b.
Media
tidak diproyeksikan. Contohnya papan planel dan buku” (Sumiati dan Asra 2008
:160-162).
Dari
pengklasifikasian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa ciri utama
media pembelajaran dapat dibagi tiga yaitu media audio atau yang dapat
didengar, media visual yang dapat dilihat, dan media yang dapat bergerak.
Sumber belajar telah banyak tersedia berupa media
pembelajaran yang telah dirancang dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Tugas pendidik adalah bagaimana memilih,
memilah, dan memanfaatkannya dalam mengimplementasikan kurikulum. Namun
demikian, sangat dibutuhkan upaya kreatif pendidik dalam merancang dan
menciptakan inovasi media pembelajaran yang mudah ekonomis dalam untuk
kepantingan pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar