Minggu, 07 Februari 2016

makalah Analisis transaksional


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada dasarnya Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan kepada siswa, bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah. Guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sbagai pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep – konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
Sebagai individu, siswa memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan. Kenyataan yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari potensi yang dimiliki untuk kemudian memahami dan mengembangkannya. Disisi lain sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari masalah. Menyadari hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya.
Transaksional Analisis merupakan salah satu pendekatan psikoterapi dalam konseling yang mana dalam pendekatan transaksional analisis ini lebih mengutamakan interaksi antara individu yang satu dengan yang lainnya baik verbal maupun non verbal. Pendekatan ini dapat diberikan baik dalam konseling individual maupun kelompok, tapi akan lebih mudah diamati bila dilakukan dalam kelompok karena konselor secara langsung bisa melihat interaksi dan komunikasi antara semua anggota kelompok (games people play ).
Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh konseli, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh konseli. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan konseli untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian analisis transaksional ?
2.      Bagaimana hakikat manusia menurut pendekatan analisis transaksional ?
3.      Bagaimana konsep dasar analisis transaksional ?
4.      Apa tujuan analisis transaksional ?
5.      Bagaimana proses konseling analisis transaksional ?
6.      Bagaiman teknik dan prosedural dalam analisis transaksional ?
7.      Apa kelemahan dan kelebihan dalam pendekatan analisis transaksional?

C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian analisis transaksional
2.      Untuk mengetahui hakikat manusia menurut pendekatan analisis transaksional
3.      Untuk mengetahui konsep dasar analisis transaksional
4.      Untuk mengetahui tujuan analisis transaksional
5.      Untuk mengetahui proses konseling analisis transaksional
6.      Untuk mengetahui teknik dan prosedural dalam analisis transaksional
7.      Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam pendekatan analisis transaksional?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian analisis transaksional
          Kata transaksi selalu mengacu pd proses pertukaran dlm suatu hubungan. Dlm komunikasi antar pribadi juga dikenal transaksi  yg dipertukarkan adalah pesan-pesan, baik verbal maupun non verbal. Analisis transaksional adalah suatu model analisis komunikasi dimana seseorang menempatkan dirinya menurut posisi psikologi yg berbeda (Eric Berne’s, Stuart Sundeen, 1995).
           transaksional (TA) adalah merupakan teori kepribadian dan sistem yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis premis masa lalu yang pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan hidup kita tetapi yang mungkin tidak lagi berlaku. TA menekankan aspek kognitif dan perilaku dari proses terapeutik. Dalam TA ada tiga sekolah diakui klasik, Schiffian (atau reparenting), dan redecisionaland dua sekolah tidak resmi diidentifikasi sebagai reparenting diri dan korektif orangtua. Redecisional sekolah yang telah diperoleh dalam menonjol dan merupakan fokus dari bab ini.
             TA adalah terpisah dari pendekatan terapeutik paling lain dalam kontrak itu dan putusan. Kontrak, yang dikembangkan oleh klien, dengan jelas menyatakan tujuan dan arah dari proses terapeutik. Klien dalam membangun TA dan arah tujuan mereka dan menjelaskan bagaimana mereka akan berbeda saat mereka menyelesaikan kontrak mereka. Kontraktual aspek dari proses terapi cenderung menyamakan kekuatan terapis dan klien. Ini adalah tanggung jawab klien untuk memutuskan apa yang mereka akan berubah. Untuk mengubah keinginan mereka menjadi kenyataan, klien diperlukan untuk secara aktif mengubah perilaku mereka.
              Tujuan dari analisis transaksional adalah otonomi, yang didefinisikan sebagai kesadaran, spontanitas, dan kapasitas untuk keintiman. Dalam mencapai otonomi orang mempunyai kapasitas untuk membuat keputusan baru (redecide), sehingga memberdayakan diri mereka sendiri dan mengubah arah hidup mereka. Sebagai bagian dari proses terapi TA, klien belajar bagaimana mengenali tiga status ego Parent, Dewasa, dan Anak di mana mereka berfungsi. Klien juga belajar bagaimana perilaku mereka saat ini sedang dipengaruhi oleh aturan-aturan yang mereka terima dan dimasukkan sebagai anak-anak dan bagaimana mereka dapat mengidentifikasi “lifescript” yang menentukan tindakan mereka. Pendekatan ini berfokus pada keputusan awal bahwa setiap orang telah dibuat, dan menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusan-keputusan baru untuk mengubah aspek kehidupan mereka yang tidak lagi bekerja.
B.     Hakikat manusia
          Menurut pandangan Analisis Transaksional yang diambil dari filsafat antideterministik mengatakan bahwa manusia mempunyai kapasitas masing-masing untuk meningkatkan kebiasaan dan memilih tujuan dan tingkah laku baru. Pendekatan Analisis Transaksional (AT) melihat bahwa individu dipengaruhi okspektasi dan tuntutan dari orang-orang yang signifikan baginya terutama dalam masalah pengambilan keputusan pada masa-masa dimana individu masih bergantung pada orang lain. Namun keputusan yang telah dibuat pada zaman dahulu tentang masalah kehidupan, masih dapat ditinjau kembali dan didobrak apabila tidak sesuai lagi dengan harapan manusia, dan membuat keputusan baru.
Seperti yang dikatakan oleh Berne (1970) sebagai berikut :
        “ Man is born free, but one of the first things he learns is to do as he is told, and he spends the rest of his life doing that. Thus he first enslavement is to his parents. He follow their intructions forever more, retaining only in some cases the right to choose his own methods and consoling him self with an illusion of autonomy”
          Manusia menurut pandangan Harris, manusia memiliki pilihan-pilihan kehidupan yang tidak dibelenggu oleh masa lalu. Menurutnya, meskipun pengalaman-pengalaman dini yang berkulminasi pada suatu posisi tidak bisa dihapuskan, namun posisi-posisi tersebut dapat dirubah. Apa yang suatu ketika sudah ditetapkan, bisa jadi tidak ditetapkan.
         Dalam agama Islam sendiri diakui bahwa manusia sebagai makhluk yang bebas memilih kehidupannya sendiri sesuai dengan kehendaknya, namun agama memberikan batasan-batasan dalam melakukan kebebasan yang dipilihnya. Manusia diberikan petunjuk berupa kitab Al Qur’an dan Sunah Rasul Allah untuk menjadi manusia yang sesungguhnya dalam menjalankan kehidupan dunia akhirat sesuai dengan kodratnya. Sehingga kemajuan dan kemunduran manusia tergantung dari manusia itu sendiri. 
C.     Konsep Dasar
            Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan dalam tingkat kesadaran tertentu individu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.
          Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola perasaan dan pengalaman yang tetap, keadaan ego seseorang tidak tergantung pada umur. Oleh karena itu apapun pekerjaan/jabatan seseorang, ia tetap memiliki 3 jenis status ego.
      Menurut Watkins Ego State terbentuk karena tiga hal. 
  1. Pertama melalui normal differentiation yaitu anak belajar membedakan satu hal dengan yang lainnya, misalnya makanan yang ia suka dan tidak suka, orang yang baik dan tidak baik terhadap dirinya.
  2. Kedua adalah introjection of significant others yaitu anak menyerap energi positif atau negatif dari orang “penting” di sekitar anak, misalnya orang tua, guru, teman, atau siapa saja yang dianggap penting oleh anak, dan energi ini termanifestasi dalam diri anak dalam bentuk “Bagian Diri” yang dinamakan Introject. Dengan kata lain introject adalah manifestasi/perwujudan suatu figur yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan seseorang yang diadopsi/tersimpan dan “hidup” di dalam ingatan/mental/pikiran bawah sadar orang tersebut. Contoh introject antara lain sosok atau figur dari ayah, ibu, suami, istri, saudara, anak, tokoh agama, guru spiritual, dan lain-lain.
  3. Ketiga, Part atau bagian diri yang terbentuk akibat pengalaman traumatik. Saat anak mengalami suatu pengalaman traumatik dan tidak ada Ego State dalam dirinya yang mampu menangani trauma ini maka akan muncul atau tercipta Ego State baru yang khusus berfungsi menangani trauma ini.
      Sedangkan menurut teori perkembangan otak, Ego State terbentuk sebagai akibat dari pengalaman atau kejadian yang dialami anak yang bersifat berkesinambungan atau berulang. Misalnya pada masa kecil seorang anak dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan mendukungnya maka akan muncul Ego State yang mempunyai sifat kasih sayang. Ego.
                  Analisis transaksional sebagai suatu sistem terapi yang didasarkan pada suatu teori kepribadian yang memusatkan perhatiannya pada tiga pola perilaku yang berbeda sesuai status egonya :
      -          Status ego orang tua ( SEO )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan sifat-sifat orang tua. Orang tua dalam pandangan kita selalu akan memperlihatkan sebagai nurturing parent (orang tua yang mengasuh) dan critical parent (orang tua yangkritis).
            -       Status ego dewasa ( SED )
            Adalah bagian dari kepribadian yang menunjuk pada berbagai gambaran sebagai bagian objektif dari kepribadian. Status egonya memperlihatkan kestabilan, tidak emosional, rasional, bekerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah.
            -          Status ego anak ( SEA )
       Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan ketidakstabilan, masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu. Status egonya berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan yang spontan.
              Ada dua perilaku atau sikap anak, yang pertama adalah natural child yaitu yang ditunjukkan dalam sikap impulsive, riang gembira tak social, dan ekspresi secara emosional. Yang kedua adapted child yaitu bagian dari status ego anak yang telah disosialisasikan orang tua dan yang mengatur serta mendorong perilaku natural child.
        Berdasarkan teori dasar status ego, maka Harris mengidentifikasi dan menggambarkan empat posisi utama dalam interaksi individu dengan yang lainnya, menunjukkan sifat-sifat dan karakteristik kepribadiannya.
              Secara teoritik posisi itu dikonseptualisasikan sebagai berikut :
    a.       I’m OK – You’re OK
             Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang yang sangat positif karena secara transaksional apayang dia pikirkan juga mendapat dukungan orang lain. Keputusan yang diambilnya didasarkan pada keyakinan yang lebih kuat, karena baik dirinya maupun orang lain sama-sama menyetujui.
Individu yang memiliki posisi ini akan merasa aman dalam keberadaannya sebagai manusia dan keberadaan orang lain disekitarnya.
b.      I’m OK – You’re not OK
                 Posisi ini digunakan individu yang merendahkan orang lain atau mencurigai motif-motif orang lain. Haris disini mengatakan bahwa posisi ini berkembang dari suatu reaksi yang berlebihan terhadap perlakuan not OK. Contoh dari ini adalah perilaku kriminal yang marak, hal ini terjadi akibat dari pengambilan posisi I’m OK – You’re not OK.
Individu yang memiliki posisi ini, mereka adalah individu-individu yang selalu merasa benar dan orang lain salah.
     c.      I’m not OK – You’re OK
     Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang sebagai individu yang memerlukan kasih sayang, bantuan, mengharapsesuatu, membutuhkan penghargaan, karena orang itu merasa inferior ( bahwa anak sering mengatakan dirinya tidak mampu dan lemah atau not OK ) dari yang lain.
     Seorang individu yang memilih posisi ini akan patuh dan selalu mengikuti perintah orang lain. Posisi ini memang dapat mengarahkan pada kehidupan yang produktif tetapi tidak memuaskan. Dan pada posisi ini sering kali akan menyebabkan anak melakukan pengunduran diri, depresi, dan tindakan bunuh diri karena anak menganggap dirinya itu not OK.
    d.      I’m not OK – You’re not OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang dimana orang tersebut berada dalam keadaan pesimis, putus asa, tidak dapat mengatasi dirinya, juga orang lain tidak dapat membantu, frutasi karena dari transaksi yang ada, baik dirinya sendiri maupun orang lain tidak ada yang OK.
Contoh : karena pengaruh orang tua yang yang mengetahui anaknya telah cukup umur. Maka orang tua akan mulai menjauh diri dari anaknya karena orang tua berfikir bahwa anaknya sudah cukup umur dan bisa memelihara dirinya.
       Posisi ini yang dipilih oleh individu, maka dalam kehidupannya individu tersebut akan hanya melewati hari-hari dan kehidupannya tanpa arti. Dan akan berdampak pada tindakan anak atau perilaku seperti bumuh diri atau pembunuhan.
 D.    Tujuan Terapi Analisis Transaksional
                         Tujuan utama dari terapi analisis transaksional adalah :
o   Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau       mengubah tingkah laku dalam kehidupannya.
o   Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara  serta keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat deterministic.
o   Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat       dipilih untuk memantapkan dan mematangkan status egonya.
E.     Proses Konseling
Dalam proses konseling, konselor dan klien bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam kerjasama tersebut, konselor dan klien melaksanakan tanggung jawab masing-masing sebagaimana telah ditetapkan. Dan dalam analisis transaksional ini, konselor dan klien sama-sama aktif berupaya untuk mencapai tujuan konseling.
Menurut Harris peranan terapis dalam analisis transaksional lebih bersifat sebagai guru, trainer ataupun sebagai manusia sumber informasi. Sifat utama hubungan di sini diatur dalam perjanjian bersama antara klien dan konselor. Klien menyepakati suatu tujuan bersama konselor.
Selanjutnya dalam hubungan ini klien akan mulai mencoba mengubah perilakunya berdasarkan tujuan yang telah disepakati bersama, dan klien akan mulai mengembangkan rasa tanggung jawabnya.
Dalam proses konseling analisis transaksional berfungsi untuk memelihara arah konseling agar tetap terpusat pada tujuan yang ingin dicapai, memberikan arah baik bagi konselor maupun klien, mengukur kemajuan proses konseling, dan memperjelas hubungan konselor dan klien.
F.      Teknik dan Prosedur Terapi
Untuk melakukan terapi dengan pendekatan AT menurut Haris dalam Corey (1988) treatment individu-individu dalam kelompok adalah memilih analisis-analisis transaksional, menurutnya fase permualaan AT sebagai suatu proses mengajar dan belajar serta meletakan pada peran didaktik terapis kelompok. Konsep-konsep AT beserta tekniknya sangat relevan diterapkan pada situasi kelompok, meskipun demikian penerapan pada individu juga dianggap boleh dilakukan. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh, bila digunakan dengan pendekatan kelompok. Pertama, berbagai ego Orang Tua mewujudkan dirinya dalam transaksi-transaksi bisa diamati. Kedua, karakteristik-karakteristik ego anak pada masing-masing individu di kelompok bisa dialami. Ketiga, individu dapat mengalami dalam suatu lingkungan yang bersifat alamiah, yang ditandai oleh keterlibatan orang lain. Keempat, konfrontasi permainan yang timbal-balik dapat muncul secara wajar. Kelima, para klien bergerak dan membaik lebih cepat dalam treatment kelompok.
Prosedur pada AT dikombinasikan dengan terapi Gestalt, seperti yang dikemukakan oleh James dan Jongeward (1971) dalam Corey (1988) dia menggabungkan konsep dan prosedur AT dengan eksperimen Gestalt, dengan kombinasi tersebut hasil yang diperoleh dapat lebih efektif untuk mencapai kesadaran diri dan otonom. Sedangkan teknik-teknik yang dapat dipilih dan diterapkan dalam AT, yaitu;
·         Analisis struktural, para klien akan belajar bagaimana mengenali ketiga perwakilan ego-nya, ini dapat membantu klien untuk mengubah pola-pola yang dirasakan dapat menghambat dan membantu klien untuk menemukan perwakilan ego yang dianggap sebagai landasan tingkah lakunya, sehingga dapat melihat pilihan-pilihan.
·         Analisis transaksional, adalah penjabaran dari yang dilakukan orang-orang terhadap satu sama lain, sesuatu yang terjadi diantara orang-orang melibatkan suatu transaksi diantara perwakilan ego mereka, dimana saat pesan disampaikan diharapkan ada respon. Ada tiga tipe transaksi yaitu; komplementer, menyilang, dan terselubung.
A.    Transaksi komplementer
Jenis transaksi terbaik dalam komunikasi antar pribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yg lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda.
Transaksi terjadi antara 2 sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak.
Transaksi imbang (komplementer)
o   Terjadi jika penerima pesan memberi respon  sesuai dengan ego state yang diharapkan oleh pengirim pesan.
o   Contoh: Klien berperilaku sebagai anak, Perawat diharapkan berperan sebagai orang tua.
Dialog:
 Stimulus: silakan tunggu, saya akan hubungi dokter untuk keluhan Anda ini.
Respon: terima kasih, saya memang butuh perhatian saat ini






Stimulus: dimana yang terasa nyeri?
Respon: di pergelangan tangan kiri saya.
B.    Transaksi Silang
Terjadi jika penerima pesan memberikan respon di luar ego state yang diharapkan oleh pengirim pesan.
Akibatnya: kesenjangan/terputusnya komunikasi
Contoh: 
Istri: mengapa pulang lambat?
Suami : kalau orang baru pulang jangan ditanya macam-macam. Ambilkan minum!
Contoh lain:

Stimulus: Dimana yang nyeri?
Respon: jika anda tidak keberatan, saya ingin bicara dengan dokter tentang hal ini.

A.    Transaksi selubung/tersembunyi
Transaksi yang terjadi dimana pengirim pesan menyampaikan pesan dari ego state tertentu tetapi dibalik pesan itu ia menyampaikan pesan dari ego state yg lain.
Dalam berkomunikasi kita sering  (sebetulnya) mengirim sekaligus 2 pesan yang diucapkan terang-terangan & yg tersembunyi.
Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang paling penting yang ingin mendapat respon, baik yang tersembunyi di balik kata-kata (verbal atau non verbal), tetapi ditanggapi lain oleh si penerima.
Contoh:
Pada suatu petang Dudung berkunjung ke rumah Nunung. Mereka asyik sekali ngobrol karena ada bahan percakapan yang sangat menarik. Ayah Nunung melihat ke arah jam dinding & berkata, “Hm, sdh pukul 11 mlm.”
Pernyataan tentang fakta yang disampaikan terang-terangan. Pesan terselubungnya: “bukankah sdh waktunya kau pulang, Nak?
T. selubung
o   Tidak semuanya sesederhana itu tujuannya
o   Seperti pepatah: “ada udang di balik batu”
o   Kita harus peka terhadap transaksi selubung
o   Ego state yang baik adalah yang mengalir sehingga dapat digunakan pada kondisi yang cocok, misal dalam menghadapi suatu masalah maka ego state yang cocok adalah ego state dewasa, bukan ego state anak atau orang tua.
·         Analisis Permainan
o   Erat kaitannya dengan transaksi selubung
o   Analisis dari motivasi terselubung pada bagaimana seseorang berperilaku.
o   Contoh: seorang anak yang merasa tidak diperhatikan ayah-ibunya, melempar bola ke kaca jendela, sedangkan ia tahu orang tuanya akan marah.
o   Yang nampak: anak bermain bola secara tidak wajar.
o   Yang terselubung: anak bermain sebagai anak yang kurang perhatian maka ia menarik perhatian orang tuanya dengan pelanggaran tersebut.

·         Analisis Naskah
Analisis dari drama kehidupan yang spesifik di mana seseorang tersebut terlibat. Naskahnya tidak tertulis di atas kertas, tetapi manusia bertingkah laku menurut naskah yang dipelajarinya sejak kanak-kanak. Naskah dipelajari dari: orang tua, saudara, pembantu, teman, budaya bangsa, dsb. Naskah individu & kelompok mempengaruhi pergaulan & komunikasi dengan pihak lain. Contoh: cara memberi hormat orang Jepang & orang Jawa.

A.    Kelebihan dan Kelemahan Dalam Pendekatan Analisis Transaksional
v  Kelebihan Menurut Gerald Corey :
1.      Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya.
2.      Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.
3.      Integrasi antara konsep dan praktek analisis transaksional dengan konsep   tertentu dari terapi gestalt amat berguna karena konselor bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain. Bab ini menyoroti perluasan pendekatan Berne oleh Mary dan almarhum Robert Goulding (1979), pemimpin dari sekolah redecisional TA. The Gouldings berbeda dari pendekatan Bernian klasik dalam beberapa cara. Mereka telah digabungkan TA dengan prinsip-prinsip dan teknik-teknik terapi Gestalt, terapi keluarga, psikodrama, dan terapi perilaku. Pendekatan yang redecisional pengalaman anggota kelompok membantu kebuntuan mereka, atau titik di mana mereka merasa terjebak. Mereka menghidupkan kembali konteks di mana mereka membuat keputusan sebelumnya, beberapa di antaranya tidak fungsional, dan mereka membuat keputusan baru yang fungsional. Redecisional terapi ini bertujuan untuk membantu orang menantang diri mereka untuk menemukan cara-cara di mana mereka menganggap diri mereka dalam peran dan victimlike untuk memimpin hidup mereka dengan memutuskan untuk diri mereka sendiri bagaimana mereka akan berubah.
4.      Memberikan sumbangan pada konseling multikultural karena konseling      diawali dengan larangan mengaitkan permasalahan pribadi dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri
v    Kelemahan Gerald Corey, 1982: 398)
1.      Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis  transaksional cukup membingungkan.
2.       Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek yang       meresahkan.
3.      Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat     di uji keilmiahannya
4.      Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
        Adapun kesimpulan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Kata transaksi selalu mengacu pd proses pertukaran dlm suatu hubungan. Dlm komunikasi antar pribadi juga dikenal transaksi  yg dipertukarkan adalah pesan-pesan, baik verbal maupun non verbal. Analisis transaksional adalah suatu model analisis komunikasi dimana seseorang menempatkan dirinya menurut posisi psikologi yg berbeda.
2.      Menurut pandangan Analisis Transaksional yang diambil dari filsafat antideterministik mengatakan bahwa manusia mempunyai kapasitas masing-masing untuk meningkatkan kebiasaan dan memilih tujuan dan tingkah laku baru.
3.      Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil.
4.      Tujuan utama dari terapi analisis transaksional adalah :
o   Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau mengubah tingkah laku dalam kehidupannya.
o   Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara  serta keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat deterministic.
o   Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat       dipilih untuk memantapkan dan mematangkan status egonya.
5.       Dalam proses konseling, konselor dan klien bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam kerjasama tersebut, konselor dan klien melaksanakan tanggung jawab masing-masing sebagaimana telah ditetapkan. Dan dalam analisis transaksional ini, konselor dan klien sama-sama aktif berupaya untuk mencapai tujuan konseling.Menurut Harris peranan terapis dalam analisis transaksional lebih bersifat sebagai guru, trainer ataupun sebagai manusia sumber informasi. Sifat utama hubungan di sini diatur dalam perjanjian bersama antara klien dan konselor. Klien menyepakati suatu tujuan bersama konselor.Selanjutnya dalam hubungan ini klien akan mulai mencoba mengubah perilakunya berdasarkan tujuan yang telah disepakati bersama, dan klien akan mulai mengembangkan rasa tanggung jawabnya. Dalam proses konseling analisis transaksional berfungsi untuk memelihara arah konseling agar tetap terpusat pada tujuan yang ingin dicapai, memberikan arah baik bagi konselor maupun klien, mengukur kemajuan proses konseling, dan memperjelas hubungan konselor dan klien.
6.      Prosedur pada AT dikombinasikan dengan terapi Gestalt, seperti yang dikemukakan oleh James dan Jongeward (1971) dalam Corey (1988) dia menggabungkan konsep dan prosedur AT dengan eksperimen Gestalt, dengan kombinasi tersebut hasil yang diperoleh dapat lebih efektif untuk mencapai kesadaran diri dan otonom. Sedangkan teknik-teknik yang dapat dipilih dan diterapkan dalam AT, yaitu; analisis struktural, analisis transaksional, analisis permainan, dan analisis naskah.
7.      Kelebihan pendekatan analisis transaksional adalah Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya sedangkan kelemahannya adalah
Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis  transaksional cukup membingungkan.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar