Selasa, 02 Februari 2016

Model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam Belajar matematika


A.     PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah

Di era milenium ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, sehingga semua orang dituntut untuk selalu memperbaharui informasi yang dimilikinya dengan cara mengolah informasi yang berada di sekelilingnya untuk kemudian dikonstruksi di dalam otaknya sehingga menjadi wawasan yang baru dan luas.
Pembelajaran yang diperkaya dengan metode dan teknik dimana siswa dapat mengakses informasi yang mereka butuhkan sendiri dan berpusat pada siswa mulai disorot. Hal ini pun nampak dengan adanya berbagai penelitian pengembangan menyangkut metode dan teknik yang efektif bagi siswa dalam belajar guna meningkatkan kreatifitasnya.
Salah satu perkembangan yang nampak adalah munculnya kurikulum KTSP yang dalam pembelajarannya peserta didik dituntut untuk berpikir secara kreatif dan inovatif. Sedangkan dalam pembelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan output pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifestasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk matematika. Dalam standar isi untuk pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 tentang standar isi) telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama sudah lama menjadi sasaran pendidikan matematika di kelas. Namun pada kenyataannya, hal ini jarang atau tidak pernah dikembangkan. Padahal kemampuan itu yang sangat diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Masalah lain yang juga sering muncul dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya hasil belajar peserta didik. Hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang lebih didominasi oleh guru dan pemberian konsep matematika secara instan, pada pembelajaran seperti ini kelas cenderung teacher centered, peserta didik hanya menerima materi sehingga menjadi pasif dan kurang kreatif dalam memecahkan masalah-masalah matematika. Akibat dari model pembelajaran tersebut muncul berbagai masalah dalam kehidupan yang menuntut peserta didik mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi, peserta didik tidak dapat menyelesaikannya karena peserta didik hanya menghafal.
Dengan demikian, dipandang perlu adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik yang menuntut untuk berpikir tingkat tinggi dan menguasai konsep dasar sebelum ke konsep tingkat lanjut.
Untuk itu diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah model pembelajaran berbasis proyek (PBP). Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam kreatifitas secara nyata. PBP dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan pelajar dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Pada hakikatnya kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan keterampilan tersebut berlangsung diantara peserta didik.

2.      Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu:
a.       Kurangnya kreatifitas siswa dalam belajar matematika
b.      Rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika 

3.      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a.       Bagaimana konsep tentang model pembelajaran berbasis proyek?
b.      Bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis proyek dalam matematika?
c.       Bagaimana meningkatkan kreatifitas siswa dalam belajar matematika melalui model pembelajaran berbasis proyek?

B.     KAJIAN TEORI

1.      Pembelajaran Berbasis Proyek

Kementrian Pendidikan Turki dalam International Online Journal of Educational Sciences (IOJES, 2013 : 1) mengemukakan bahwa:
Projects are studies which are carried out in groups or individually with the guidance of the teacher to make inferences, to produce original ideas, to access new information, to produce an idea and to analyze, search and interpret a subject that the student wants to study.

Proyek adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok maupun perorangan dengan bimbingan guru untuk memperoleh sebuah kesimpulan, yang kemudian menghasilkan ide-ide pokok, untuk mengakses informasi baru, untuk menghasilkan ide dan menganalisa, mencari dan menafsirkan materi yang akan dipelajari siswa.

Pelajaran berbasis proyek adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang melibatkan situasi kehidupan nyata serta penerapannya (Demirel dalam IOJES, 2013).
The description of project-based learning (PBL) consisting projects that integrate science, technology, society, history, mathematics, politics and even arts that serves productive discussion opportunity for students and gives them the excitement of learning should be seen as an answer to the search of such a teaching strategy. Within that context students have the chance of investigating rich and challenging topics of real-world issues, share their study with others and the portrait of the classroom consists students discussing on various topics in groups, searching knowledge from varied sources, take decisions and presenting their products. The context described above that students conducting their works and performing projects gives idea about how project-based learning (PBL) is not a simple teaching strategy (Turgut, 2008 : 62).

Dari pendapat di atas dipahami bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) terdiri dari proyek yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan, teknologi, masyarakat, sejarah, matematika, politik dan bahkan seni yang berfungsi menjadi peluang diskusi yang produktif bagi siswa dan memberi mereka kegembiraan dalam belajar. Dalam konteks tersebut, siswa memiliki kesempatan untuk menyelidiki topik yang kaya dan menantang mengenai isu-isu yang terjadi, menyampaikan hasil studi mereka kepada orang lain melalui diskusi tentang berbagai topik dalam kelompok, mencari pengetahuan dari berbagai sumber, mengambil keputusan dan penyajian produk atau hasil temuan mereka. Berdasarkan konteks yang dijelaskan tersebut, memberikan gambaran bahwa pembelajaran berbasis proyek (PBP) bukanlah strategi pengajaran yang sederhana.
Thomas  dalam Utari (2000:2) menyatakan bahwa model Project Based Learning adalah model pembelajaran inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan–kegiatan kompleks.
Buck Institute for Education (BIE) (2012) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang berfokus pada konsep–konsep utama disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam suatu kegiatan pemecahan masalah dan tugas–tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistic.
Blumenfeld, dkk., (dalam Thomas, 2000 : 1) mendefinisikan, “Pembelajaran berbasis proyek sebagai suatu pendekatan komperehensif untuk pengajaran dan pembelajaran yang dirancang agar siswa melakukan riset terhadap permasalahan nyata yang prosesnya berjangka waktu”.
Berdasarkan beberapa defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa: Pembelajaran Berbasis Proyek adalah salah satu model pembelajaran yang berfokus pada konsep dan prinsip inti sebuah disiplin ilmu, memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi, pemecahan masalah, dan tugas-tugas bermakna lainnya yang berpusat pada siswa, menghasilkan produk nyata, dan prosesnya relatif berjangka waktu.

2.      Penerapan model pembelajaran berbasis proyek

Sebelum membahas langkah-langkah penerapan PBP, perlu dipahami terlebih dahulu prinsip-prinsip PBP. Adapun prinsip-prinsip PBP adalah sebagai berikut:
a.       Keterpusatan (centrality).
PBP tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran dimana proyek sebagai pusat..
b.      Berfokus pada pertanyaan/ masalah (driving question)
Proyek berfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong siswa menjalani (dengan kerja keras) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.
c.       Penyelidikan konstruktif/ (constructivisme investigation)
Proyek melibatkan siswa dalam investigasi konstruktif. Investigasi mungkin berupa proses desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, diskoveri, atau proses pembangunan model.
d.      Otonomi (autonomy)
Siswa lebih diberikan kesempatan untuk mengerjakan proyek sesuai sesuai dengan minat dan kemampuan.
e.       Realistik (realism)
Proyek adalah realistik. Karakteristik proyek memberikan keontentikan pada siswa.

Tahap-tahap dalam pembelajaran berbasis proyek :
a.       Tahap presepsi/ pendahuluan
b.      Untuk menarik minat siswa dalam proses pembelajaran guru memberikan motivasi kepada siswa, motivasi dapat diberikan dalam bentuk menyampaikan tujuan.
c.       Tahap perencanaan proyek
Pada tahap perencanaan proyek langkah yang dilakukan siswa adalah mendesain perencanaan proyek (design a plan for project) dan membuat jadwal pelaksanaan proyek (creates a schedule).
d.      Tahap pelaksanaan dan penyelesaian proyek
Pada tahap ini siswa melaksanakan proyek sesuai perencanaan yang dibuat sekaligus menyelesaikan proyek di bawah monitor guru (monitor students and the progress of the project).
e.       Tahap penilaian
Pada tahap ini, guru menilai keseluruhan hasil/ produk (assess the outcome), siswa mempresentasikan hasil kinerja proyek didepan kelas, kemudian guru menilai kinerja proyek siswa.
f.       Evaluasi
Pada tahap ini, guru menilai keseluruhan hasil/ produk (assess the outcome), siswa mempresentasikan hasil kinerja proyek didepan kelas, kemudian guru menilai kinerja proyek siswa.

3.      Peningkatan Kemampuan Berfikir Kreatif Dengan Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Model pembelajaran berbasis proyek mengikuti lima langkah utama, dari lima langkah tersebut memberikan kontribusi pada kemampuan berpikir kreatif dan kinerja ilmiah siswa. Berikut diuraikan kembali langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek.
a.       Menetapkan tema proyek. Tema proyek hendaknya memenuhi indikatorindikator berikut: (1) memuat gagasan umum dan orisinil, (2) penting dan menarik, (3) mendeskripsikan masalah kompleks, (4) mencerminkann hubungan berbagai gagasan. Pada langkah pertama ini, yang lebih berperan adalah guru sebagai fasilitator untuk menetapkan tema yang akan dipelajari siswa selama proses pembelajaran.
b.      Menetapkan konteks belajar. Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: (1) pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata, (2) mengutamakan otonomi siswa, (3) melakukan inquiry dalam konteks masyarakat, (4) siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien, (5) siswa belajar penuh dengan kontrol diri, (6) mensimulasikan kerja secara profesional. Tahap kedua ini siswa ditekankan untuk mampu mengeksploarsi kemampuannya dalam mengelola waktu dan bekerja secara kolaboratif.
c.       Merencanakan aktivitas-aktivitas. Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah sebagai berikut: (1) membaca, (2) meneliti, (3) observasi, (4) interviu, (5) merekam, (6) mengunjungi obyek yang berkaitan dengan proyek, (7) akses internet. Untuk tahap ketiga ini, sudah memberikan kontribusi pada kemampuan berpikir kreatif siswa, khusunya pada keluesan dan kelancaran. Siswa yang telah diberikan tema akan memiliki kesempatan untuk mencari sumber untuk mendisain proyek yang akan mereka kerjakan. Penelitian ini menekankan pada proyek berupa portofolio atau rangkuman hasil penelitian.
d.      Memroses aktivitas-aktivitas. Indikator-indikator memroses aktivitas meliputi antara lain: (1) membuat sketsa, (2) melukiskan analisa, (3) menghitung, (4) mengembangkan prototipe. Langkah ini memberikan kontribusi terhadap kinerja ilmiah siswa, sebab dalam langkah ini indicator pertama kinerja ilmiah yaitu merencanakan dan merancang dapat terlaksana dalam tahapan ini. Perencanaan yang dilakukan siswa sejalan pada tahap ketiga, hanya saja pada tahapan ini perencanaan lebih dibuat mengkhusus, seperti pembuatan langkah-langkah praktikum. Untuk tahap merancang, dilakukan pada saat praktikum yaitu pada saat merangkai alat pada saat praktikum. Disini juga diperlukan adanya kemampuan berpikir kreatif pada indikator elaborasi.
e.       Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah yang dilakukan, adalah: (1) mencoba mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, (2) menguji langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh, (3) mengevaluasi hasil yang telah diperoleh, (4) merevisi hasil yang telah diperoleh, (5) melakukan daur ulang proyek yang lain, (6) mengklasifikasi hasil terbaik. Langkah kelima juga masih memberikan kontribusi pada kinerja ilmiah, yaitu menggunakan peralatan, pelaksanaan pengukuran, observasi dan pencatatan data, interpretasi dan tanggungjawab. Selain itu kemampuan berpikir kreatif sangat diperlukan dalam langkah ini, sebab siswa dapat memberikan variasi-variasi pada pengukuran, sehingga hasil penelitian dapat berbeda dengan kelompk siswa yang lain, dengan kata lain disini komponen kebaruan atau originality, keluesan dan elaborasi dapat dilihat jika siswa dengan sungguh-sungguh melaksanakan tiap langkahlangkah penelitian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar