Selasa, 02 Februari 2016

Makalah : Meningkatkan minat belajar siswa untuk materi pecahan melalui media pembelajaran domino matematika



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan saat ini hendaknya didasarkan pada tingkat kualitas dan kemampuan para guru dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran yang ada untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Guru sebagai pendidik juga harus mempersiapkan pembelajaran yang dapat menumbuhkan cara berfikir siswa agar menjadi lebih kritis dan kreatif.
Matematika adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan formal. Mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, sampai Sekolah Menengah Atas, siswa diajarkan bagaimana konsep, cara menyelesaikan dan penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika dapat menjadikan siswa menjadi manusia yang dapat berfikir secara logis, kritis, rasional dan percaya diri. Tetapi fakta menunjukkan  matematika sering dianggap oleh siswa sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami baik teori maupun konsep-konsepnya sehingga menyebabkan prestasi belajar matematika belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari daftar nilai ulangan harian, nilai tugas, nilai tes semester dan nilai ujian akhir nasional yang belum sesuai dengan harapan. Beberapa kasus menunjukkan bahwa ada siswa yang cepat memahami suatu konsep matematika pada awal materi pelajaran diberikan tapi kemudian menjadi malas dan bosan untuk mengikuti pelajaran lebih lanjut akibatnya prestasi belajar mereka juga tidak sesuai dengan harapan.
Salah satu penyebab sulitnya siswa mempelajari matematika adalah karena objek yang dipelajari dalam matematika bersifat abstrak. Pada tingkat pertama di sekolah menengah pertama, tahap berpikir siswa berada pada tahap transisi dari tahap operasional
 konkrit menuju tahap operasional formal. Pada tahap ini umumnya siswa lebih mudah memahami konsep matematika jika didasarkan pada benda-benda nyata. Penggunaan metode mengajar konvensional seperti ceramah dirasakan tidak efektif karena pembelajaran hanya berpusat pada guru, guru hanya berdiri didepan kelas, menjelaskan materi, kemudian memberikan tugas tanpa memperhatikan kesiapan intelektual siswa. Sehingga suasana kelas menjadi membosankan dan siswa merasa seperti menghayal dalam mempelajari matematika.
Pada materi pecahan senilai kesalahan yang paling sering terjadi adalah siswa menganggap bahwa  tidak sama nilainya dengan  atau ., untuk m sembarang bilangan asli. Misalkan mereka menganggap bahwa  Terlihat bahwa siswa hanya membandingkan antara besar bilangan pembilang dan penyebut pada kedua pecahan tersebut.
Alat peraga berupa kartu domino matematika merupakan salah satu solusi yang dapat membantu siswa mempelajari pecahan senilai. Kartu domino matematika dimainkan sama halnya dengan kartu domino biasa yang sudah sering dilihat oleh siswa. Disini siswa diajak untuk bermain sambil belajar sehingga tercipta suasana gembira didalam kelas. Pelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bervariasi dari metode belajar konvensional. Penggunaan kartu domino matematika juga diharapkan mampu menjalin komunikasi dan interaksi yang baik antara guru dan siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang pecahan senilai

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka ruang masalah pada makalah ini adalah “Bagaimana penggunaan alat peraga kartu domino matematika untuk materi pecahan senilai pada siswa SMP Kelas I?”
C.    .MANFAAT
1.         Sebagai motivasi bagi guru untuk menerapkan berbagai metode mengajar dan  alat peraga dalam kegiatan proses belajar mengajar matematika.
2.         Sebagai masukan bagi guru atau calon guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar matematika.
3.         Bagi siswa, dengan penggunaan kartu domino matematika mampu memahami pecahan senilai.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    HAKEKAT BELAJAR DAN MATEMATIKA SEKOLAH
Setiap aktivitas kita selalu diikuti dengan proses belajar karena pada saat kita beraktivitas, kita selalu dituntun untuk memperoleh hal yang baru yang lebih baik dari yang kita cari sebelumnya. Tuntutan belajar yang belangsung secara sengaja akan memberikan pengaruh terbentuknya pengetahuan, kecakapan, penguasaan atau aspek lain yang mengalami perkembangan.
Terdapat banyak pendapat tentang apa itu belajar matematika, dari berbagai pendapat disimpulkan bahwa belajar matematika pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan mental yang tinggi dalam memahami konsep dan struktur matematika untuk mendapatkan suatu pengertian dan pernyataan baru sehingga terjadi penambahan pengetahuan dan keterampilan. Menurut Bruner (Hudoyo,1988:56) bahwa “belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan strutur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antar konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Pemahaman terhadap pelajaran akan lebih mudah diingat dan bertahan lebih lama bila materi yang dipelajari mempunyai pola yang terstruktur.”
Matematika sebagai ilmu dan matematika sekolah mempunyai perbedaan dalam hal penyajian, pola pikir, keterbatasan semesta dan tingkat keabstrakan yang menitikberatkan pada penyesuaian dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. Adapun fungsi mata pelajaran matematika yang dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan (Suherman,2001:56):
1.         Matematika sebagai alat
Matematika sebagai alat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam dunia kerja. Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan-persamaan atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita.
2.         Matematika sebagai pola pikir
Matematika sebagai pola pikir yaitu pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran hubungan diantara pengertian-pengertian itu.
3.         Matematika sebagai ilmu atau pengetahuan
Matematika sebaggai ilmu atau pengetahuan, dalam hal ini seorang guru harus mampu menunjukkan bahwa matematika itu selalu mencari kebenaran dan bersedia memperbaiki kebenaran yang semantara diterima, bila ditemukan kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sebelumnya selama mengikuti pola pikir yang sah.

B.     TEORI BELAJAR JEAN PIAGET
Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Jean Piaget membagi perkembangan kognitif anak dalam empat tahap yaitu:
1.         Tahap sensorimotor (sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama Piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
2.         Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.
3.         Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
4.         Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Dengan menguasai teori belajar dari Piaget, siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik bahkan guru dapat memotivasi siswa sehingga siswa berminat belajar matematika.
C.    KARTU DOMINO MATEMATIKA
Kartu domino disini bukanlah suatu kartu yang digunakan oleh orang untuk berjudi, melainkan suatu alat peraga yang bentuknya dibuat seperti kartu domino biasa. Kartu domino merupakan suatu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran matematika Darhim(2001:314).  
Dalam pembelajaran matematika dengan mengunakan alat peraga kartu domino dirasakan akan lebih efektif dan berhasil daripada menggunakan metode ceramah/informasi terutama bagi siswa yang daya ingatnya kurang dalam belajar karena banyaknya materi yang harus diterima di sekolah, selain itu dengan menggunakan kartu domino matematika ada keasyikan tersendiri dalam belajar sehingga siswa akan tertarik dan mudah untuk menerima, mengerti dan memahami pelajaran yang dipelajari.
D.    PEMBUATAN KARTU DOMINO MATEMATIKA
Kartu domino matematika di buat dari kertas marga/manila dengan ukuran 5 cm x 8 cm.
Cara pembuatan kartu domino matematika untuk kompetensi dasar “Memahami pecahan-pecahan senilai”:
Jika satu set kartu jumlahnya harus 28 lembar maka kita perlu membuat tabel yang terdiri dari 8 baris dan 7 kolom berarti ada 56 kotak ( nilai )


Setelah 56 kotak (nilai) terisi semua baru kita beri tanda huruf-huruf dengan cara:
a.       Tulislah A, B, C sampai dengan G pada baris 1
b.      Tulislah A, B, C sampai dengan G pada kolom 1, mulai baris ke 2.
c.       Setelah huruf G, adalah huruh H, jadi tulislah H, I, J, sampai dengan M pada baris 2 mulai kolom ke 2.
d.      Lalu tulislah H, I, J, sampai dengan M pada kolom 2 mulai baris 3.
e.       Demuikian seterusnya.
Kemudian baru kita masukkan kedalam kartu-kartu kosong sesuai dengan huruf dalam kotak.
Perhatikan contoh berikut :



Sehingga setiap set kartu terdapat 28 lembar.

A.    CARA PENGGUNAAN KARTU DOMINO MATEMATIKA
-                 Pada awal pertemuan guru menjelaskan tentang pecahan senilai
-                 Setelah para siswa dianggap mengerti tentang materi pecahan senilai maka alat peraga ini dapat dimainkan
-                 Untuk menggunakan kartu domino matematika siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 2, 3, 4, atau 6 orang
-                 Bagikan kartu domimo yang khusus dibuat untuk permainan ini, sampai habis terbagi untuk masing-masing pemain
-                 Pemain pertama meletakkan sebuah kartu di meja (undilah siapa yang jadi pemain pertama)
-                 Dengan urutan sesuai arah jarum jam para pemain menjatuhkan satu kartu pada setiap gilirannya
-                 Nilai kartu yang dipasangkan ( dijatuhkan  ) disesuaikan dengan nilai kartu yang ada ( yang dijatuhkan ) sampai pemain tidak memiliki kartu lagi.
-                 Jika pemain tidak bisa “jalan” maka ia kehilangan satu giliran
-                 Pemenangnya ialah yang pertama-tama dapat menghabiskan kartunya.



F.    CONTOH DESAIN PEMBELAJARAN
a.         Kegiatan Awal (± 10 menit)
-          Guru menyampaikan Tujuan Pembelajaran
-          Guru memberikan motivasi kepada siswa terkait dengan materi pecahan senilai
b.         Kegiatan Inti (± 65 menit)
-          Guru menjelaskan pengertian pecahan senilai
-          Guru menjelaskan tentang kartu domino matematika dan aturan permainannya
-          Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan membagikan kartu
-          Setiap kelompok memainkan kartu domino matematika untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pecahan senilai
c.         Kegiatan Akhir (± 5 menit)
-          Guru mengarahkan siswa membuat rangkuman

G.     PECAHAN SENILAI
     
Pecahan senilai dapat diartikan sebagai pecahan yang diperoleh dengan mengalikan atau membagi pembilang dan penyebut dari suatu pecahan dengan bilangan yang sama.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Alat peraga kartu domino matematika merupakan suatu cara alternatif yang dapat digunakan dalam mengajarkan matematika Kartu ini digunakan untuk materi pecahan senilai pada siswa SMP kelas I karena dinggap sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Kartu domino matematika dimainkan sama halnya dengan kartu domino biasa. Penggunaan kartu domino matematika diharapkan mampu menjalin komunikasi dan interaksi yang baik antara guru dan siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang pecahan senilai

1 komentar:

  1. PokerAyam adalah Sebuah Situs Permainan Poker Online Uang Asli Dimana Anda akan diberikan fasilitas menikmati 7 game dalam 1 akun. Semua permainan yang tersedia menggunakan uang asli yang bisa dilipat menjadi berlipat ganda. Proggressive jackpot hingga ratusan juta rupiah setiap harinya.

    Poker Deposit Pulsa 2019 | IDN Poker Deposit Pulsa | Deposit Via Pulsa | QQ Deposit Pulsa

    Untuk Minimal Deposit :: Rp 10.000,-
    Untuk Minimal Withdraw :: Rp 25.000,-

    Bonus menarik untuk member setianya :
    > Bonus New Member 10%
    > Bonus Deposit Harian 5%
    > Bonus Rake Back Mingguan

    Hubungi Kami
    http://165.22.51.220
    Livechat : PokerAyam
    WA : 081222221680
    LINE : POKERAYAM

    BalasHapus