Senin, 15 Februari 2016

proposal analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas v sdn



I.        PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Seiring dengan adanya harapan akan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pemerintah selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan nasional melalui perbaikan sistem pendidikan nasional dengan segala komponen yang terkait di dalamnya. Upaya-upaya ke arah mutu pendidikan yang sedang dilaksanakan selalu dikembangkan, jangkauannya semakin diperluas mencakup sasaran yang lebih mendasar khususnya untuk bidang pendidikan matematika, seperti peningkatan keterampilan matematis, perbaikan cara belajar matematika, dan lain-lain.
Matematika merupakan sarana berfikir yang logis dan merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri namun banyak terkait dengan ilmu pengetahuan lainnya. Tidak dapat dipungkiri, bahwa kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan masalah-masalah yang pemecahannya dilakukan dengan teknik matematika. Mulai dari kehidupan manusia yang primitive sampai dengan kehidupan manusia yang bertaraf budaya tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan matematika sejalan dengan arus perkembangan kehidupan manusia.
Agar tujuan pendidikan matematika dapat tercapai melalui pembelajaran matematika maka seyogianya pembelajaran matematika tidak hanya mengutamakan penguasaan materi saja. Karena itu dalam proses mengajar siswa harus benar-benar dilatih berfikir secara mandiri.
Menyadari pentingnya peranan matematika, maka peneliti mengambil salah satu cabang matematika yang berperan dalam melatih kecermatan, mengurangi kesulitan dan ketetapan kerja, yang salah satu pokok bahasan didalamnya adalah operasi hitung bilangan bulat.
Berdasarkan survei yang dilakukan Sekolah Dasar Negeri 117 Sabbang, Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara pada Kelas V dengan jumlah siswa sebanyak 23 orang, diperoleh informasi dari para pengajar bahwa prestasi belajar pada materi matematika umumnya dan operasi hitung khususnya belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari prestasi yang dicapai siswa. Seorang siswa dapat dikatakan berprestasi pada pelajaran matematika, apabila ia mampu menguasai materi pelajaran matematika yang diberikan. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai test. Tinggi rendahnya nilai test tersebut menandakan sedikit banyaknya materi yang dikuasai.
Mengingat:
1.      Sekolah dasar adalah lembaga pendidikan formal yang merupakan basis yang sangat menentukan dalam pembentukan sikap, kecerdasan dan pribadi siswa.
2.      Matematika sekolah dasar menjadi dasar untuk belajar matematika di tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
3.      Materi dalam buku-buku sekolah dasar, banyak topik tentang pengoperasian bilangan bulat positif dan negatif.
4.      Berdasarkan pengalaman sehari-hari sering terdengar keluhan dari guru tentang rendahnya tingkat kemampuan siswa sekolah dasar dalam mengerjakan soal-soal operasi hitung bilangan bulat.
Menurut pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa terdapat anak-anak yang menyenangi matematika hanya pada permulaan, mereka berkenalan dengan matematika yang sederhana, semakin tinggi sekolahnya semakin “sukar” matematika yang dipelajari makin kurang minatnya belajar matematika sehingga dianggap matematika itu sebagai ilmu yang sukar, dan rumit.
Berdasarkan uraian di atas, dengan menitik beratkan pada tingkat kesulitan siswa untuk menyelesaikan operasi hitung bilangan bulat pada sekolah dasar, peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang “Analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung bilangan bulat pada Siswa Kelas V SDN N0.117 Sabbang Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara”.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana tingkat kesulitan siswa Sekolah Dasar Negeri 117 Sabbang Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung bilangan bulat dalam soal sederhana. Adapun jenis kesulitannya yang dianalisis adalah kesulitan konsep (k), kesulitan prinsip (p), dan kesulitan skill (s).

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Seberapa besar tingkat kesulitan konsep dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung bilangan bulat yang dialami siswa kelas V SDN No.117 Sabbang, Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara.
2.      Seberapa besar tingkat kesulitan prinsip dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung bilangan bulat yang dialami siswa kelas V SDN No.117 Sabbang, Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara.
3.      Seberapa besar tingkat kesulitan skill dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung bilangan bulat yang dialami siswa siswa kelas V SDN No.117 Sabbang, Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara.

C.    Tujuan Penelitian
Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah untuk mencari jawaban terhadap masalah yang dirumuskan. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah untuk:
1.      Mengetahui besarnya tingkat kesulitan konsep dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung bilangan bulat yang dialami siswa kelas V SDN No.117 Sabbang, Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara.
2.      Mengetahui besarnya tingkat kesulitan prinsip dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung bilangan bulat yang dialami siswa kelas V SDN No.117 Sabbang, Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara.
3.      Mengetahui besarnya tingkat kesulitan skill dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung bilangan bulat yang dialami siswa siswa kelas V SDN No.117 Sabbang, Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara.

D.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberi masukan yang berguna bagi dunia pendidikan matematika. Beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah:
1.      Dengan mengetahui penyebab kesulitan siswa dalam mengoperasikan bilangan bulat, maka dapat diupayakan secara bertahap untuk dapat mengatasinya.
2.      Sebagai bahan masukan bagi guru-guru khususnya guru matematika sekolah dasar untuk mencari alternatif yang berkaitan dengan operasi hitung bilangan bulat sehingga pengoperasian bilangan bulat dapat tertanam kuat dalam diri siswa.
3.      Sebagai informasi awal bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang upaya meningkatkan pengajaran konsep matematika umumnya dan operasi bilangan bulat khususnya sehingga lebih menarik bagi siswa.
  II.   TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

A.    Tinjauan Pustaka
1.        Hakekat Belajar Matematika
Keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar banyak diartikan dan didefinisikan oleh para ahli dengan rumusan dan redaksi kalimat yang berbeda, pada hakekatnya prinsip dan tujuannya sama. Menurut Slameto (2003: 2) bahwa: “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dan interaksi dengan lingkungannya”.
Menurut Hamalik (2001: 28) memberikan pengertian belajar sebagai berikut: “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya”.
Witherington (Ngalim, 1990: 84) bahwa “belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”.
Morgan (Ngalim, 1990: 84) bahwa “belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan pengalaman”.
Dari beberapa batasan yang dikemukakan oleh para ahli tentang definisi belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses dan usaha yang sadar yang dilakukan oleh setiap individu yang menyebabkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik sehingga tanggapan terakhir respon sebagai akibat interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Menurut Jerome Bruner (Hudoyo, 1990: 48) menjelaskan bahwa “belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur dari matematika”.
Jadi belajar matematika pada hakekatnya adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dalam hubungan-hubungan dan symbol-simbol kemudian menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan ke situasi nyata.
2.        Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar terdiri dari dua kata, yaitu: “kesulitan” dan “belajar”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995: 971) dinyatakan bahwa “kesulitan adalah keadaan yang sulit, dalam kesulitan, dalam kesusahan”. Hal ini berarti kesulitan mengandung makna sulit berbuat sesuatu yang berartisuatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam kegiatan untuk mencapai suatu kegiatan, dimana kesulitan yang dimasud dalam kajian ini adalah kesulitan belajar yang berarti kesulitan tersebut mengarah kepada aktivitas belajar.
Kesulitan belajar menurut Abdurrahman (1996:6) merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris “learning disabilyti”. Terjemahan tersebut sesungguhnya dipandang kurang tepat karena “learning” artinya belajar dan “disability” artinya ketidakmampuan, sehingga terjemahan yang seharusnya adalah ketidakmampuan belajar. Namun istilah kesulitan belajar digunakan karena lebih optimistik.
Kesulitan belajar menurut hammil (Abdurrahman, 1997:7-8) adalah:
“Menunjuk pada sekelompok kesulitan belajar yang memanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi tertentu”.

Menurut Abdullah (1992:63), kesulitan belajar adalah “suatu keadaan tertentu yang ditandai adanya kesukaran dalam mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih keras lagi untuk mengatasinya”.
Batasan-batasan tentang kesulitan belajar di atas memberikan pemahaman bahwa kesulitan belajar adalah kesulitan mencapai tujuan yang sekaligus merupakan gejala kegagalan. Kondisi yang terjadi dalam kesulitan belajar terpisah dari kondisi lainnya karena memiliki gejala-gejala tersendiri. Apabila dikaitkan dengan pengertian belajar secara umum maka dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar merupakan adanya kondisi penghambat untuk mengadakan perubahan tingkah laku karena terjadi kesulitan dalam merespon setiap kondisi yang terjadi dalam lingkungannya. Kaitannya dengan pengajaran di sekolah, maka kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami hambatan untuk mengetahui atau memahami suatu materi atau pelajaran.
Secara sederhana, kesulitan belajar siswa di sekolah senantiasa diukur dengan melihat tingkat pencapaian rata-rata prestasi belajarnya setelah melalui proses evaluasi atau mengerjakan soal-soal. Apabila siswa memperoleh nilai prestasi belajar rendah, maka dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan belajar. Sebaliknya, apabila siswa rata-rataa memiliki prestasi belajar tinggi, maka siswa secara umum dapat pula dinyatakan tidak mengalami kesulitan dalam belajarnya atau mampu mengerjakan soal-soal dengan baik. Dengan demikian, siswa yang mengalami kesulitan belajar di sekolah tidak hanya ditandai dengan prestasi belajar rendah. Akan tetapi juga dapat dilihat dari perubahan dari hal pengetahuan, pengalaman, sikap dan keterampilan yang disebabkan karena beberapa hambatan tertentu. Selain itu, gejala kesulitan belajar dapat pula diketahui karena tidak terpenuhinya harapan guru dan orang tua terhadap hasil yang dicapai siswa setelah melalui tes, baik terhadap semua pokok bahasan atau hanya pokok bahasan tertentu.
Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar siswa seperti yang disebutkan Muhkal (Rizal, 1999: 12-13) antara lain:
a.       Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok atau potensi yang dimilikinya.
b.      Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
c.       Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, dan yang bersangkutan selalu tertinggal dengan kawan-kawannya.
d.      Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti: membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, menggangu di dalam dan di luar kelas, tidak mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan serta tidak mau bekerja sama.
e.       Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti:
Pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira, dan menghadapi nilai rendah, menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal dan sebagainya.
3.        Pengertian Kesulitan Belajar Matematika
Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti atau dipelajari siswa di sekolah. Mata pelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berhitung, berpikir, atau berkaitan dengan aspek kuantitatif.
Johnson (Abdurrahman, 1999: 252) mengemukakan matematika adalah “bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Sedangkan fungsi teoritis adalah untuk memudahkan berpikir seseorang”.
Pernyataan yang sama dikemukakan oleh Lerner (Abdurrahman, 1999: 252) bahwa “matematika adalah bahasa simbolis sekaligus bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas”.
Berdasarkan kedua pendapat diatas, jelas bahwa matematika juga merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang kuantitas atau berhitung.
Berbagai alasan sehingga mata pelajaran matematika diajarkan di sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini sesuai pendapat Cornelius (Abdurrahman, 1999: 253) bahwa ada lima alasan sehingga matematika diajarkan di sekolah yaitu:
a.       Sarana berpikir yang jelas dan logis.
b.      Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
c.       Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman.
d.      Sarana untuk mengembangkan kreativitas.
e.       Sarana peningkatan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Cockroft (Abdurrahman, 1999: 253) memberikan enam alasan sehingga matematika diajarkan di sekolah yaitu:
a.    Selalu digunakan dalam segi kehidupan.
b.    Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai.
c.    Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas.
d.   Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara.
e.    Meningkatkan kemampuan dalam berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, serta
f.     Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
 Berdasarkan pendapat diatas, maka matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi memang merupakan salah satu mata pelajaran yang teramat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara kualitatif.
Matematika suatu bidang ilmu, berbeda dengan  ilmu-ilmu lainnya, baik dari segi obyek maupun pencarian kebenarannya. Matematika adalah ilmu yang bersifat deduktif. Semua hasil penalaran deduktif berupa generalisasi adalah akibat logis dari alasan-alasan yang bersifat umum menjadi khusus. Karena itu, dalam matematika tidak dapat menerima generalisasi yang diperoleh melalui penalaran deduktif sehingga mempelajari materi matematika tidak cukup hanya dengan membacanya tetapi perlu pemahaman.
Secara umum kesulitan belajar matematika yang dialami siswa disebabkan karena kurangnya pemahaman bahas dan simbol-simbol, tidak dapat menerapkan rumus-rumus serta kurang memahami arti dan ide yang disimbolkan. Padahal membahas matematika adalah simbol yang padat, ketat, akurat, abstrak, dan penuh arti.
Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji kesulitan-kesulitan belajar matematika yang dibagi atas tiga kategori yaitu: kesulitan konsep, kesulitan prinsip, dan kesulitan skill (keterampilan).
a.    Kesulitan konsep
Mempelajari konsep merupakan hal yang utama dalam pendidikan. Menurut Dahar (Sunarti, 1998: 15): “konsep-konsep merupakan batu bangunan (building blocks). Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi untuk memecahkan masalah. Seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan itu didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya”.
Menurut Rosser (Sunarti, 1998 : 10) bahwa “konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu objek-objek, kejadian-kejadian, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama”. Sedangkan Hudoyo (1990: 3) mengatakan bahwa “konsep adalah suatu ide gagasan yang diberikan dengan memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan contoh yang cocok”.
Konsep pada hakikatnya menunjuk pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan  benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.
Contoh:
1)      Anak mengenal konsep segitiga sebagai suatu bidang yang dikelilingi oleh tiga garis lurus. Pemahaman anak tentang konsep segitiga dapat dilihat pada saat anak mampu membedakan berbagai bentuk geometri lain dari segitiga.
2)      Ketika anak menghitung perkalian 2 x 10 = 20, 3 x 10 = 30 dan 4 x 10 = 40, anak memahami konsep perkalian 10.
Siswa dikatakan mengalami kesulitan konsep, jika siswa tersebut tidak dapat menemukan rumus-rumus dan menggunakannya dalam situasi tertentu.
b.    Kesulitan prinsip
Prinsip matematika sering juga disebut asas sebagai obyek yang menyatakan hubungan dari dua obyek. Obyek itu dihubungkan dapat berupa fakta, konsep operasi atau asas yang lain.
Kesulitan prinsip dalam mengerjakan soal matematika khususnya sering juga disebut kesulitan dalam menjalankan rumus-rumus atau menggunakan yang telah ada. Hal ini penting mengingat dalam mempelajari dan mengerjakan sola-soal matematika menggunakan rumus sangat diperlukan.
c.    Kesulitan skill
Skill (keterampilan) dalam matematika adalah operasi dan prosedur, pengerjaan dan langkah-langkah pekerjaan dalam menyelesaikan suatu soal.
Kesulitan keterampilan untuk mengoperasikan bilangan biasanya terjadi pada siswa yang berkemampuan lemah sehingga mengalami kesulitan dan kurang terampil dalam mengoperasikan bilangan. Hal ini terjadi disebabkan karena dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dasar ternyata siswa tidak menguasai materi yang telah diberikan. Ketidakmampuan dalam operasi bilangan dan perhitungan yang tidak tepat, maka akan menghasilkan jawaban yang salah.
Contoh: proses menggunakan operasi dasar dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian adalah suatu jenis keterampilan matematika. Suatu keterampilan dapat dilihat dari kinerja anak secara baik, secara cepat atau lambat, dan secara mudah atau sangat sukar. Keterampilan cenderung berkembang dan dapat ditingkatkan melalui latihan.
  Bagi siswa di sekolah, baik yang berkesulitan belajar matematika maupun tidak berkesulitan matematika tentu bukanlah soal yang mudah dalam menyelesaikan setiap soal matematika. Hal ini disebabkan karena kemampuan dalam menganalisa soal-soal matematika sangat diperlukan, kemampuan dalam berlatih menyelesaikan soal-soal matematika.
4.        Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Kemampuan belajar pada hakekatnya merupakan suatu potensi yang dimiliki oleh setiap individu yang dibawa sejak lahir. Kemampuan belajar akan berkembang pada situasi dimana dia berada. Menurut Syah (2005:144-155) secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1.    Faktor Intern siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologis dan psikologis.
a.       Aspek fisiologis
Komdisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semanagat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalkan kondisi tubuh yang lemah apalagi disertai kepala pusing dapat menurunkan kualitas ranah kognitif sehingga materi yang dipelajarinya kurang atau tidak berbekas.
b.      Aspek psikologis
1)   Inteligensi siswa
Inteligensi sebenarnya bukan merupakan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga merupakan kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol dari pada organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia. Ini bermakna semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya dalam meraih sukses.
2)   Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal berdimensi efektif yang berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respons tendency) dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik secara positif ataupun negatif. Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan bidang studi yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut sedangkan sikap negatif siswa kepada guru dan bidang studi yang diajarkan yang diiringi kebencian maka akan dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
3)   Bakat siswa
Sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berinteligensi jsangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child atau anak berbakat.
4)   Minat siswa
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Umpamanya seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya.
5)   Motivasi siswa
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang mempengaruhu faktor intern siswa adalah motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
2.    Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern terdiri atas dua macam yakni faktor lingkungan sosial dan .faktor lingkungan non sosial.
a.       Lingkungan sosial
1)        Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
2)        Lingkungan sosial masyarakat adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Misalnya kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi.
3)        Lingkungan sosial keluarga. Yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berperilaku menyimpang.
b.      Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Contoh: kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja seperti lapangan volli akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang tak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti ini jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
5.        Bilangan Bulat dan Operasi Hitung pada Bilangan Bulat
1.        Bilangan Bulat
Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang terdiri atas bilangan bulat positif atau bilangan asli, nol, dan bilangan bulat negatif yaitu:
            B = {..., -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4,...}
Dari pendapat di atas ditarik kesimpulan bahwa bilangan bulat adalah bilangan asli, bilangan nol, dan bilangan bulat negatif.
Bilangan bulat terdiri dari:
a)      Bilangan bulat positif atau bilangan asli
Bilangan bulat positif merupakan bilangan asli.
Contoh bilangan bulat positif adalah 1, 2, 3,...
b)      Bilangan bulat negatif
Bilangan bulat negatif merupakan lawan dari bilangan asli.
Contoh -1, -2, -3, ...
c)      Bilangan nol
Bilangan nol dinyatakan dengan suatu himpunan yang tidak mempunyai anggota sama sekali atau himpunan kosong.
Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bilangan bulat terdiri dari bilangan asli atau bilangan bulat positif, bilangan nol, dan bilangan bulat negatif.
A.    Kerangka Berpikir
Sekolah dasar adalah lembaga pendidikan formal yang merupakan dasar dalam pembentukan kepribadian dan kecerdasan seorang anak didik. Matematika dasar sangat menentukan kemampuan dalam mempelajari matematika selanjutnya pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Dengan demikian, kenyataan menunjukkan bahwa banyaknya keluhan siswa terhadap kurangnya kemampuan mereka dalam mempelajari konsep bilangan bulat, dikarenakan kurangnya pemahaman dalam mengoperasikan bilangan bulat. Akibatnya siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan pengoperasian bilangan bulat pada Sekolah Dasar Negeri 117 Sabbang Sabbang kabupaten Luwu Utara. Dalam penelitian ini peneliti mencoba menerapkan beberapa model dan pendekatan dalam pengajaran konsep bilangan bulat pada Siswa Kelas V SDN 117 Sabbang Kecamatan Sabbang Kabupaten luwu Utara.

B.     Indikator Kesulitan Konsep, Prinsip, dan Skill (Keterampilan)

1.      Menemukan sifat-sifat komutatif dan asosiatif pada penjumlahan dan perkalian.
2.      Menemukan sifat-sifat distributif perkalian pada penjumlahan dan perkalian pada pegurangan.
3.      Menghitung jumlah bilangan dengan cara sifat pertukaran (komutatif) pada penjumlahan dan perkalian.
4.      Menghitung jumlah bilangan dengan cara sifat pengelompokkan (asosiatif) pada penjumlahan dan perngurangan.
5.      Menghitung jumlah bilangan dengan cara sifat distributif perkalian pada penjumlahan dan perkalian pada pengurangan.
6.      Menghitung jumlah bilangan dengan cara perkalian dan pembagian.


       I.   METODE PENELITIAN
A.      Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yang hanya menyajikan persentase banyaknya kesulitan yang dialami siswa, seperti: kesulitan konsep, kesulitan prinsip, dan kesulitan skill (keterampilan) Siswa Kelas V SDN 117 Sabbang Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara tahun pelajaran 2010/2011 dalam menyelesaikan soal operasi hitung bilangan bulat. Melalui penyajian secara deskriptif diharapkan dapat menjawab semua permasalahan yang telah dirumuskan pada rumusan masalah.
B.       Defenisi Operasional Variabel
Penelitian ini mengkaji satu variabel yaitu “kesulitan siswa menyelesaikan soal-soal operasi hitung bilangan bulat”. dengan demikian, penelitian ini tidak mengkaji keterkaitan antara variabel melainkan hanya mengkaji satu variabel.
Kesulitan siswa menyelesaikan soal-soal operasi hitung bilangan bulat merupakan hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung bilangan bulat sehingga mempengaruhi kemampuannya dalam menyelesaikan soal, meliputi: kesulitan konsep, kesulitan prinsip, dan kesulitan skill (keterampilan).
Kesulitan konsep, prinsip dan skill (keterampilan) yang dimaksud dalam penelitian aini adalah sebagai berikut:
1.      Kesulitan konsep adalah kesulitan dalam menemukan rumus-rumus dan menggunakannya dalam situasi tertentu.
2.      Kesulitan prinsip adalah kesulitan dalam menggunakan rumus-rumus atau menggunakan yang telah ada.
3.      Kesulitan skill (keterampilan) adalah kesulitan dalam proses perhitungan operasi bilangan bulat.
Dengan demikian, skor kesulitan konsep diperoleh dengan cara melihat kesalahan siswa dalam memilih salah satu jawaban dari setiap soal dan setiap kesalahan diberi skor 1 (satu), untuk skor kesulitan prinsip diperoleh dengan cara melihat kesalahan siswa dalam menjalankan rumus-rumus dari setiap soal dan setiap kesalahan diberi skor 1 (satu), untuk skor kesulitan skill diperoleh dengan cara melihat kesalahan siswa dalam mengoprasikan bilangan bulat serta melihat hasil yang salah dan setiap kesalahan diberi skor 1 (satu)
C.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Siswa Kelas V SDN 117 Sabbang Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara  yang berjumlah 23 siswa.

D.      Instrumen Penelitian
Instrument penelitian ini berupa tes hasil belajar matematika pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat. tes di susun oleh peneliti dengan memperhatikan materi yang dipelajari Siswa Kelas V SDN 117 Sabbang Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun tes ini adalah memperhatikan materi pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat yang telah dipelajari Siswa Kelas V SDN 117 Sabbang Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Uatra, kemudian dibuatkan dan diberikan tes uraian materi tersebut. Penelitian ini hanya menganalisa kesulitan yang mungkin terjadi saat siswa menyelesaikan soal-soal matematika pada pokok bahasan operasi hitung bilanagan bulat. peneliti menganalisa rata-rata pada setiap soal terdapat kesulitan, dan selanjutnya memberikan penjelsan pada siswa tentang segi mana yang terdapat kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat.
E.       Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian terbagi atas dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan
a.         Tahap persiapan
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.        Pembuatan dan validasi soal sebagai pemantapan akhir yang akan dijadikan instrument penelitian, khususnya dalam hal redaksi soal penelitian simbol dan jumlah soal.
2.        Pengandaan soal.
3.        Mengurus surat penelitian untuk keperluan pengumpulan data.
4.        Menggadakan konsultasi dengan guru pengasuh mata pelajaran tersebut, untuk waktu pengambilan data tersebut.
b.         Tahap pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaannya:
1.        Berdasarkan jadwal yang telah ditentukan, peneliti dan salah seorang staf pengajar mendatangi ruangan tersebut.
2.        Sebelum instrument dibagikan, peneliti memberikan penjelasan kepada siswa menyangkut data penelitian yang diambil, setelah itu mengadakan pengaturan tempat duduk.
3.        Membagikan instrument penelitian untuk dijawab. pengawasan dilakukan oleh peneliti.
4.        Setelah pengambilan data, selanjutnya diadakan wawancara terhadap responden untuk mengali lebih dalam tentang kesulitan mereka berdasarkan atas kesalahan yang dilakukan pada lembar jawaban.

F.       Teknik Analisis Data
Untuk menjawab masalah yang telah diajukan/dikemukakan, maka analisis data yang digunakan adalah data penelitian yang berupa jawaban responden atas soal yang telah diberikan kepada siswa kemudian diidentifikasi tingkat kesulitan siswanya.
Selanjutnya Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori skor kesulitan yang diadopsi dari kategori penguasaan adalah skala tiga. menurut M. Darwis (Fitria, 2005: 19) skala tiga adalah suatu pembagian tingkatan yang terbagi atas tiga katagori yaitu:
1.      Tingkat kesulitan 0% - 54% dikategorikan rendah
2.      Tingkat Kesulitan 55% - 84% dikategorikan sedang
3.      Tingkat kesulitan 85% - 100% dikategorikan tinggi.
 

Menurut Rahmi (2005: 28) cara menghitung kategori besarnya kesulitan untuk tiap kategori yaitu dengan menggunakan rumus berikut:

P1 =    pki     x 100%
           Tpi
Keterangan:
Pi = Persentase kesulitan kategori ke-i
Pki = Kesulitan siswa
Tpi = Total kesulitan kategori ke-i


Tidak ada komentar:

Posting Komentar