Selasa, 02 Februari 2016

Penerapan model pembelajaran reciprocal teaching dalam proses belajar matematika




A.    Pendahuluan

1.      Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu usaha sadar yang dilakukan dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga dapat berguna bagi bangsa dan Negara, terutama sebagai penerus yang diharapkan mampu meningkatkan taraf pendidikan khususnya.
Matematika sebagai salah satu bidang studi yang dipelajari mulai dari jenjang Pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai pada perguruan tinggi memegang peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sebab dalam matematika terkandung berbagai konsep yang logis dan realitas yang mampu membentuk pola pikir manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi ini sejalan dengan yang telah dikemukakan oleh Djaali (dalam Iswan 2004:1) bahwa:
“Matematika merupakan sarana berfikir ilmiah, memegang peranan yang sangat penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa”.
Melihat pentingnya peranan matematika dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, maka berbagai hal telah dilakukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar matematika diantaranya, penambahan fasilitas belajar, penataran guru matematika, pengadaan media pelajaran dan sebagainya. Akan tetapi kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa masih sangat rendah.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa, jika kita lihat dengan serius dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: kurangnya motivasi belajar siswa, rendahnya kualitas pengajar, kurangnya tenaga pengajar, dan masih banyak lagi hal-hal lain yang sangat erat pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika.
Di lain pihak, prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika yang indikatornya berupa nilai dan skor yang dicapai siswa masih sangat rendah bila dibandingkan dengan nilai atau skor pelajaran yang lain. Karena itu, diperlukan upaya-upaya penelitian terkait model pembelajaran yang dapat menigkatkan hasil belajar matematika. Variabel yang dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika perlu mendapat perhatian untuk dikaji lebih lanjut, selain guru yang harus membenahi cara mengajarnya siswa juga tidak seharusnya tidak hanya sekedar menirukan apa yang dilakukan oleh guru, tetapi harus secara aktif berbuat atas dasar kemampuan dan keyakinannya, sehingga dapat mengantarkan siswa menjadi manusia yang mandiri dan kreatif.
Demikian halnya dengan ketuntasan materi pelajaran yang kurang memenuhi standar. Pada sisi yang lain, terdapat pula kenyataan bahwa siswa kurang termotivasi mencapai peringkat di dalam kelas. Hal ini diukur oleh adanya kecendrungan siswa bersikap pasif terhadap kegiatan belajar di sekolah sehingga berdampak terhadap prestasi belajar siswa.
Kurangnya tenaga pengajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, sebab siswa akan sulit memahami materi-materi yang ada tanpa bimbingan dan arahan dari seorang guru, untuk memecahkan masalah ini kita harus menciptakan dan menerapkan suatu model pembelajaran yang mampu melatih siswa untuk belajar mandiri dan sekaligus mampu mempresentasikan hasil pelajarannya kepada temannya yang lain.
Untuk menerapkan suatu model pembelajaran yang mampu melatih siswa untuk belajar mandiri dibutuhkan persiapan yang mantap agar tidak melenceng dari tujuan yang ingin dicapai. Apabila seorang guru mampu menerapkan tutor-tutor sebaya yang dapat menggantikan posisi guru pada suatu kondisi yang tidak memungkinkan.
Alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dimana menurut Ann Brown (dalam Ali, 2000 : 48). Pembelajaran terbalik kepada siswa diajarkan empat strategi pemahaman, mandiri yang spesifik yaitu merangkum/meringkas, membuat pertanyaan, mampu menjelaskan dan mampu memprediksi. Dalam hal ini pengajar hanya memberikan dukungan, mengarahkan, memberikan umpan balik dan rangsangan ketika peserta  didik melakukan proses pembelajaran.

2.      Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:

a.       Rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika

b.      Kurangnya motivasi siswa dalam belajar

c.       Kurangnya kemandirian siswa dalam belajar

3.      Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
a.       Bagaimana proses pembelajaran matematika?
b.      Bagaimana konsep tentang reciprocal teaching? 

B.     Kajian Keoretik 

1.      Deskripsi Teoritik

a.       Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan yang terjadi pada individu tersebut. Belajar banyak diartikan dan didefenisikan oleh  oleh para ahli dengan rumusan dan redaksi kalimat yang berbeda, tetapi pada hakekatnya prinsip dan tujuannya sama. Sedangkan menurut Gagne (1976 : 3) memberikan pengertian belajar yaitu:
      Learning is a change in human disposition or capability, which persists over a period of time, and which is not simply ascribable to processes of growth.
Jadi Menurut Gagne bahawa belajar itu membawa perubahan dalam diri individu, dimana perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru dalam jangka waktu tertentu serta perubahan itu terjadi karena adanya usaha.
Hudoyo (1990 : 1) memberikan pengertian belajar sebagai berikut:
            ”Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar, karena itu seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku”.

Slameto (1991 : 2) menjelaskan bahwa:
”Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Disamping itu, Nana Sudjana (1989 : 5) mengatakan bahwa:
            ”Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”.          

Wittig (1954 : 7) dalam bukunya Psycologi of Learning mendefinisikan bahwa:
”Belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman”.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar, perubahan tersebut tidak hanya berkaitandengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk kecakapan, keterampilan, pengerian, harga diri, minat, penyesuian diri, sikap, dan nilai-nilai moral yang akan membentuk pribadi seseorang sebagai hasil interaksi terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya. 

b.      Hakekat Belajar Matematika

Pada hakekatnya matematika itu berkenaan dengan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan logis. Ide-ide dan struktur dalam matematika itu merupakan suatu konsep abstrak yang tersusun secara hakiki dan penalarannya deduktif.
Mempelajari matematika memang tidak mudah, namun dengan model dan strategi yang tepat akan mempermudah dalam penguasaannya. Tidak jarang terjadi pemahaman yang keliru terhadap suatu konsep akibat proses mempelajari matematika yang tidak kontinu.
Penguasaan yang maksimal terhadap materi matematika dapat dicapai dengan kekontinuan dalam proses mempelajarinya dipadukan dengan kesistematisannya dalam memahami. Matematika yang berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol itu tersusun secara hirarkis, sistematis, logis, dan penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi. Karena matematika berkenaan dengan konsep abstrak yang diberi symbol-simbol, maka sebelum kita mengerti simbol-simbol itu terlebih dahulu kita memahami ide-ide yang terkandung didalamnya.
Belajar matematika hakekatnya adalah aktivitas mental yang tinggi untuk memahami arti struktur, hubungan-hubungan, dan simbol-simbol kemudian menerapkan pada situasi nyata.

c.       Model pebelajaran Terbalik (Reciprocal Theacing)

Pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) adalah suatu proses pembelajaran untuk mengajarkan kepada siswa, empat strategi pemahaman mandiri yaitu merangkum, bertanya , menjelaskan dan memprediksi. Pembelajaran terbalik lebih menghendaki guru menjadi model dan pembantu dari pada penyaji pada proses pembelajaran, untuk mempelajari strategi-strategi ini, guru dan siswa membaca bacaan yang akan dibahas, kemudian guru memodelkan empat keterampilan tersebut dengan merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, menjelaskan poin-poin yang sulit dan memprediksi apa yang akan ditulis pada poin-poin selanjutnya. Pada saat pembelajaran berlangsung situasinya terbalik, yaitu salah satu siswa menggantikan posisi guru untuk mengajar temannya yang lain sementara guru hanya memberikan dukungan, umpan balik dan semangat kepada siswa ketika pembelajaran berlangsung.
Menurut Palinscar dan Brown seperti yang dikutip oleh Slavin (1997), bahwa:
Strategi Reciprocal Teaching adalah pendekatan kontruktivis yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan keterampilan metakognitif melalui pengajaran, dan pemodelan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan untuk membaca pada siswa berkemampuan rendah.

Palincsar dan Brown ( 1984 ) juga menggambarkan proses pengajaran timbal balik dengan cara berikut: siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, teks dibaca dalam segmen diam-diam, secara lisan oleh siswa , atau secara lisan oleh guru tergantung pada kemampuan decoding dari siswa. Setelah setiap segmen teks, pemimpin dialog (dewasa atau mahasiswa) dalam kelompok menjadi diskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang konten. Sisa anggota kelompok membahas pertanyaan-pertanyaan ini, menimbulkan pertanyaan tambahan, dan dalam hal perselisihan membaca teks . Diskusi kemudian pindah ke mengidentifikasi inti dari apa yang telah dibaca dan untuk sintesis membaca . Sekali lagi , pemimpin dialog menawarkan ringkasan awal dan kemudian ada diskusi. Klarifikasi digunakan ketika pernah ada kata , konsep , atau frase yang telah disalahpahami atau asing bagi kelompok . Akhirnya , pemimpin menghasilkan dan mengumpulkan sejumlah tions prediksi tentang konten yang akan datang dalam teks . Awalnya, model pemimpin seluruh proses menggunakan terstruktur dia Logue untuk mengidentifikasi dan memecah proses yang terlibat siswa tentang bagaimana untuk meminta tions ques yang baik , membangun ringkasan yang baik , dan sebagainya (Lederer, 2000 : 92).
Model pembelajaran terbalik sangat membantu dalam pengembangan pendidikan terutama dalam peningkatan hasil belajar siswa khususnya, pada bidang studi matematika, sebab dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model ini siswa dituntut untuk betul-betul memahami dan mengkaji sendiri materi yang akan dibahas, kemudian setelah itu, dia akan menjelaskan kepada temannya yang lain. Karena siswa harus menjelaskan kembali hasil belajarnya, maka pada saat siswa belajar dia akan mempelajari materi-materi yang akan dibahasnya dengan betul-betul memaknainya, bukan menghafalnya. Dengan cara seperti ini siswa akan betul-betul serius dalam mempelajari materi yang ditugaskan oleh pengajar, dan juga siswa tidak cepat jenuh dalam proses pembelajarannya. Karena masing-masing siswa harus belajar sendiri, kemudian kalau ada hal-hal yang mereka tidak dapat di pecahkan maka mereka harus meminta petunjuk dari guru.
Dalam proses pembelajaran dengan model ini siswa akan mampu memotivasinya untuk belajar dengan lebih giat lagi. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Dick (dalam Iswan, 2004 : 9) bahwa:Proses belajar akan lebih berhasil jika siswa berpartisipasi secara aktif dan melakukan praktek saat latihan yang secara langsung berkaitan dengan tujuan khusus pembelajaran.
Menurut Ann Brown (dalam Iswan 2004 : 9) bahwa pada pembelajaran terbalik, siswa diajarkan empat strategi pemahaman mandiri yang spesifik yaitu:
1.      Siswa mempelajari materi yang ditugaskan oleh pengajar secara mandiri.
2.      Siswa membuat pertanyaan  yang berkaitan dengan materi yang dipelajarinya.
3.      Siswa harus mampu menjelaskan kembali isi materi yang telah dipelajarinya saat itu.
4.      Siswa dapat memprediksi kemungkinan pengembangan  materi yang dipelajarinya saat itu.
Di lain pihak pengajar memberikan dukungan, umpan balik dan ransangan pada saat siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas pengajar dan siswapada pembelajaran ini sangat berbeda dengan kondisi pembelajaran yang menggunakan model ceramah, demonstrasi, ekspositori, inkuiri dan lainnya. Namun model ini hamper sama dengan model penemuan dan model belajar mandiri. Hanya yang membedakan adalah kalau pada model pembelajaran terbalik, siswa dituntut untuk mengajarkan hasil temuannya kepada orang lain.
            Model pembelajaran terbalik sangat erat kaitannya dengan model pembelajaran mandiri yakni siswa lebih aktif mempelajari materi yang ada tanpa guru menjelaskan terlebih dahulu, akan tetapi pengajar juga harus mempunyai persipan yang mantap  sebelum pelaksanaan penbelajaran sebab apabila terdapat materi yang yang tidak mampu dipecahkan oleh siswa, maka guru harus membantu untuk menjelaskannya. Proses belajar mandiri adalah suatu model yang melibatkan siswa dalam tindakan-tindakan yang meliputi beberapa langkah dan menghasilkan baik hasil yang tampak maupun yang tidak tampak.
                        Adapun prosedur pembelajaran terbalik menurut Muhkal (2002 : 22-23) sebagai berikut:
1)        Membagikan bacaan untuk hari itu.
2)            Menjelaskan bahwa siswa-siswi akan bertindak sebagai guru untuk bagian pertama bacaan.
3)            Meminta kepada siswa untuk membaca didalam hati bagiam bacaan
4)            Pada saat setiap orang telah menyelesaikan bagian pertama, siswa melakukan permodelan berikut ini :
-              Memperkirakan pertanyaan yang akan ditanyakan guru
-              Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertain guru
-              Memprediksikan apa yang akan dibahas oleh guru
-              Apabila cocok “ pada saat siswa membaca bagian tersebut, siswa menyampaikan hal yang tidak jelas”.              
5)            Mengundang siswa untuk membuat komentar tentang pembelajaran yang     diterapkan
6)            Menugaskan bagian bacaan berikutnya untuk di baca dalam hati dan memilih seorang siswa untuk berperan sebagain guru.
7)            Latihlah guru siswa itu disepanjang kegiatan tersebut
8)            Pada saat hari-hari latihan berlalu, selanjutnya guru siswa itu harus berinisiatf sendiri untuk menangani kegiatan tersebut. 

d.      Hasil Belajar Matematika

Belajar merupakan aktivitas utama bagi siswa. Winkel (1996 : 53) mendefinisikan belajar sebagai berikut:”Suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pengalaman, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Perubahan bersifat secara relative konstans dan berbekas”.

Witherington (dalam Salmah 2001 : 11) mendefenisikan belajar sebagai:”Suatu perubahan kepribadian yang memfestasikan sebagai suatu pola baru dari respon-respon yang menjadi suatu keterampilan, sikap, kebiasaan, kemampuan atau pemahaman”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai seseorang melalui kegiatan belajar setelah mengikuti suatu tes. Hasil belajar yang dicapai siswa tersebut dicirikan dengan adanya perubahan kemampuan yang meliputi bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar yang dicapai seseorang setelah mengikuti tes pada bidang studi matematika disebut hasil belajar matematika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar