BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada
dasarnya Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan kepada siswa,
bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan
khususnya di sekolah. Guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana
pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sbagai pendukung pelaksana layanan
bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai
terhadap konsep – konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
Sebagai individu,
siswa memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan. Kenyataan yang
dihadapi, tidak semua siswa menyadari potensi yang dimiliki untuk kemudian
memahami dan mengembangkannya. Disisi lain sebagai individu yang berinteraksi
dengan lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari masalah. Menyadari
hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat bertindak
dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya.
Transaksional Analisis merupakan salah satu pendekatan psikoterapi dalam konseling yang mana dalam pendekatan transaksional analisis ini lebih
mengutamakan interaksi antara individu yang satu dengan yang lainnya baik
verbal maupun non verbal. Pendekatan ini dapat diberikan baik dalam konseling
individual maupun kelompok, tapi akan lebih mudah diamati bila dilakukan dalam
kelompok karena konselor secara langsung bisa melihat interaksi dan komunikasi
antara semua anggota kelompok (games people play ).
Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui
perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh konseli,
juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang
diambil oleh konseli. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan konseli untuk
membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian analisis
transaksional ?
2.
Bagaimana
hakikat manusia menurut pendekatan analisis transaksional ?
3.
Bagaimana konsep dasar analisis
transaksional ?
4.
Apa tujuan analisis transaksional ?
5.
Bagaimana proses konseling analisis transaksional ?
6.
Bagaiman teknik dan prosedural dalam analisis transaksional ?
7.
Apa kelemahan dan kelebihan dalam pendekatan analisis
transaksional?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui pengertian analisis
transaksional
2.
Untuk
mengetahui hakikat manusia menurut pendekatan analisis transaksional
3.
Untuk
mengetahui konsep dasar analisis
transaksional
4.
Untuk
mengetahui tujuan analisis transaksional
5.
Untuk
mengetahui proses konseling analisis transaksional
6.
Untuk
mengetahui teknik dan prosedural dalam
analisis transaksional
7.
Untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam pendekatan analisis transaksional?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
analisis transaksional
Kata transaksi selalu mengacu pd
proses pertukaran dlm suatu hubungan. Dlm komunikasi antar pribadi juga dikenal
transaksi yg dipertukarkan adalah pesan-pesan, baik verbal maupun non
verbal. Analisis transaksional adalah suatu model analisis komunikasi dimana
seseorang menempatkan dirinya menurut posisi psikologi yg berbeda (Eric
Berne’s, Stuart Sundeen, 1995).
transaksional (TA) adalah merupakan teori
kepribadian dan sistem yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini
didasarkan pada anggapan bahwa disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis
premis masa lalu yang pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan
hidup kita tetapi yang mungkin tidak lagi berlaku. TA menekankan aspek kognitif
dan perilaku dari proses terapeutik. Dalam TA ada tiga sekolah diakui klasik,
Schiffian (atau reparenting), dan redecisionaland dua sekolah tidak resmi
diidentifikasi sebagai reparenting diri dan korektif orangtua. Redecisional
sekolah yang telah diperoleh dalam menonjol dan merupakan fokus dari bab ini.
TA adalah terpisah dari pendekatan
terapeutik paling lain dalam kontrak itu dan putusan. Kontrak, yang
dikembangkan oleh klien, dengan jelas menyatakan tujuan dan arah dari proses
terapeutik. Klien dalam membangun TA dan arah tujuan mereka dan menjelaskan
bagaimana mereka akan berbeda saat mereka menyelesaikan kontrak mereka.
Kontraktual aspek dari proses terapi cenderung menyamakan kekuatan terapis dan
klien. Ini adalah tanggung jawab klien untuk
memutuskan apa yang mereka akan berubah. Untuk mengubah keinginan mereka
menjadi kenyataan, klien diperlukan untuk secara aktif mengubah perilaku
mereka.
Tujuan dari analisis transaksional adalah
otonomi, yang didefinisikan sebagai kesadaran, spontanitas, dan kapasitas untuk
keintiman. Dalam mencapai otonomi orang mempunyai kapasitas untuk membuat
keputusan baru (redecide), sehingga memberdayakan diri mereka sendiri dan
mengubah arah hidup mereka. Sebagai bagian dari proses terapi TA, klien belajar
bagaimana mengenali tiga status ego Parent,
Dewasa, dan Anak di mana mereka berfungsi. Klien juga belajar bagaimana
perilaku mereka saat ini sedang dipengaruhi oleh aturan-aturan yang mereka
terima dan dimasukkan sebagai anak-anak dan bagaimana mereka dapat
mengidentifikasi “lifescript” yang menentukan tindakan mereka. Pendekatan ini
berfokus pada keputusan awal bahwa setiap orang telah dibuat, dan menekankan
kemampuan klien untuk membuat keputusan-keputusan baru untuk mengubah aspek
kehidupan mereka yang tidak lagi bekerja.
B.
Hakikat manusia
Menurut pandangan Analisis
Transaksional yang diambil dari filsafat antideterministik mengatakan bahwa
manusia mempunyai kapasitas masing-masing untuk meningkatkan kebiasaan dan
memilih tujuan dan tingkah laku baru. Pendekatan Analisis Transaksional (AT)
melihat bahwa individu dipengaruhi okspektasi dan tuntutan dari orang-orang
yang signifikan baginya terutama dalam masalah pengambilan keputusan pada
masa-masa dimana individu masih bergantung pada orang lain. Namun keputusan
yang telah dibuat pada zaman dahulu tentang masalah kehidupan, masih dapat
ditinjau kembali dan didobrak apabila tidak sesuai lagi dengan harapan manusia,
dan membuat keputusan baru.
Seperti yang
dikatakan oleh Berne (1970) sebagai berikut :
“ Man is born free, but one of the
first things he learns is to do as he is told, and he spends the rest of his
life doing that. Thus he first enslavement is to his parents. He follow their
intructions forever more, retaining only in some cases the right to choose his
own methods and consoling him self with an illusion of autonomy”
Manusia
menurut pandangan Harris, manusia memiliki pilihan-pilihan kehidupan yang tidak
dibelenggu oleh masa lalu. Menurutnya, meskipun pengalaman-pengalaman dini yang
berkulminasi pada suatu posisi tidak bisa dihapuskan, namun posisi-posisi
tersebut dapat dirubah. Apa yang suatu ketika sudah ditetapkan, bisa jadi tidak
ditetapkan.
Dalam agama Islam sendiri diakui bahwa
manusia sebagai makhluk yang bebas memilih kehidupannya sendiri sesuai dengan
kehendaknya, namun agama memberikan batasan-batasan dalam melakukan kebebasan
yang dipilihnya. Manusia diberikan petunjuk berupa kitab Al Qur’an dan Sunah
Rasul Allah untuk menjadi manusia yang sesungguhnya dalam menjalankan kehidupan
dunia akhirat sesuai dengan kodratnya. Sehingga kemajuan dan kemunduran manusia
tergantung dari manusia itu sendiri.
C.
Konsep Dasar
Analisis
transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusannya
pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau
menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam
pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan dalam
tingkat kesadaran tertentu individu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi
persoalan-persoalan hidupnya.
Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola
perasaan dan pengalaman yang tetap, keadaan ego seseorang tidak tergantung pada
umur. Oleh karena itu apapun pekerjaan/jabatan seseorang, ia tetap memiliki 3
jenis status ego.
Menurut Watkins Ego State terbentuk karena tiga hal.
- Pertama melalui normal differentiation yaitu anak belajar membedakan satu hal dengan yang lainnya, misalnya makanan yang ia suka dan tidak suka, orang yang baik dan tidak baik terhadap dirinya.
- Kedua adalah introjection of significant others yaitu anak menyerap energi positif atau negatif dari orang “penting” di sekitar anak, misalnya orang tua, guru, teman, atau siapa saja yang dianggap penting oleh anak, dan energi ini termanifestasi dalam diri anak dalam bentuk “Bagian Diri” yang dinamakan Introject. Dengan kata lain introject adalah manifestasi/perwujudan suatu figur yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan seseorang yang diadopsi/tersimpan dan “hidup” di dalam ingatan/mental/pikiran bawah sadar orang tersebut. Contoh introject antara lain sosok atau figur dari ayah, ibu, suami, istri, saudara, anak, tokoh agama, guru spiritual, dan lain-lain.
- Ketiga, Part atau bagian diri yang terbentuk akibat pengalaman traumatik. Saat anak mengalami suatu pengalaman traumatik dan tidak ada Ego State dalam dirinya yang mampu menangani trauma ini maka akan muncul atau tercipta Ego State baru yang khusus berfungsi menangani trauma ini.
Sedangkan menurut
teori perkembangan otak, Ego State terbentuk sebagai akibat dari pengalaman
atau kejadian yang dialami anak yang bersifat berkesinambungan atau berulang.
Misalnya pada masa kecil seorang anak dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kasih
sayang
dan mendukungnya maka akan muncul Ego State yang mempunyai sifat kasih sayang. Ego.
Analisis transaksional sebagai suatu sistem
terapi yang didasarkan pada suatu teori kepribadian yang memusatkan
perhatiannya pada tiga pola perilaku yang berbeda sesuai status egonya :
-
Status ego orang tua ( SEO )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan
sifat-sifat orang tua. Orang tua dalam pandangan kita selalu akan
memperlihatkan sebagai nurturing parent (orang tua yang mengasuh) dan critical
parent (orang tua yangkritis).
-
Status ego dewasa ( SED )
Adalah
bagian dari kepribadian yang menunjuk pada berbagai gambaran sebagai bagian
objektif dari kepribadian. Status egonya memperlihatkan kestabilan, tidak
emosional, rasional, bekerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu
berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan pemecahan
yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah.
-
Status ego anak ( SEA )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan
ketidakstabilan, masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu. Status
egonya berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan yang
spontan.
Ada dua
perilaku atau sikap anak, yang pertama adalah natural child yaitu yang ditunjukkan dalam sikap impulsive, riang gembira tak social, dan
ekspresi secara emosional. Yang kedua adapted child yaitu bagian dari status ego anak yang telah disosialisasikan orang
tua dan yang mengatur serta mendorong perilaku natural child.
Berdasarkan teori dasar status ego, maka Harris
mengidentifikasi dan menggambarkan empat posisi utama dalam interaksi individu
dengan yang lainnya, menunjukkan sifat-sifat dan karakteristik kepribadiannya.
Secara teoritik posisi itu dikonseptualisasikan
sebagai berikut :
a. I’m OK –
You’re OK
Posisi
ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang yang sangat positif karena
secara transaksional apayang dia pikirkan juga mendapat dukungan orang lain.
Keputusan yang diambilnya didasarkan pada keyakinan yang lebih kuat, karena
baik dirinya maupun orang lain sama-sama menyetujui.
Individu yang memiliki posisi ini akan merasa
aman dalam keberadaannya sebagai manusia dan keberadaan orang lain
disekitarnya.
b.
I’m OK – You’re not OK
Posisi
ini digunakan individu yang merendahkan orang lain atau mencurigai motif-motif
orang lain. Haris disini mengatakan bahwa posisi ini berkembang dari suatu
reaksi yang berlebihan terhadap perlakuan not OK. Contoh dari ini adalah
perilaku kriminal yang marak, hal ini terjadi akibat dari pengambilan posisi
I’m OK – You’re not OK.
Individu yang memiliki posisi ini, mereka adalah
individu-individu yang selalu merasa benar dan orang lain salah.
c. I’m not OK –
You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian
seseorang sebagai individu yang memerlukan kasih sayang, bantuan,
mengharapsesuatu, membutuhkan penghargaan, karena orang itu merasa inferior (
bahwa anak sering mengatakan dirinya tidak mampu dan lemah atau not OK ) dari
yang lain.
Seorang
individu yang memilih posisi ini akan patuh dan selalu mengikuti perintah orang
lain. Posisi ini memang dapat mengarahkan pada kehidupan yang produktif tetapi
tidak memuaskan. Dan pada posisi ini sering kali akan menyebabkan anak
melakukan pengunduran diri, depresi, dan tindakan bunuh diri karena anak
menganggap dirinya itu not OK.
d. I’m not OK –
You’re not OK
Posisi
ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang dimana orang tersebut berada
dalam keadaan pesimis, putus asa, tidak dapat mengatasi dirinya, juga orang
lain tidak dapat membantu, frutasi karena dari transaksi yang ada, baik dirinya
sendiri maupun orang lain tidak ada yang OK.
Contoh : karena pengaruh orang tua yang yang
mengetahui anaknya telah cukup umur. Maka orang tua akan mulai menjauh diri
dari anaknya karena orang tua berfikir bahwa anaknya sudah cukup umur dan bisa
memelihara dirinya.
Posisi ini yang dipilih oleh individu,
maka dalam kehidupannya individu tersebut akan hanya melewati hari-hari dan
kehidupannya tanpa arti. Dan akan berdampak pada tindakan anak atau perilaku
seperti bumuh diri atau pembunuhan.
D.
Tujuan Terapi Analisis Transaksional
Tujuan utama dari terapi
analisis transaksional adalah :
o
Membantu
klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau mengubah
tingkah laku dalam kehidupannya.
o
Memberikan
kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta
keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari
cara-cara yang bersifat deterministic.
o
Memberikan
bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih
untuk memantapkan dan mematangkan status egonya.
E. Proses Konseling
Dalam proses konseling, konselor
dan klien bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Dalam kerjasama tersebut, konselor dan klien melaksanakan tanggung jawab
masing-masing sebagaimana telah ditetapkan. Dan dalam analisis transaksional
ini, konselor dan klien sama-sama aktif berupaya untuk mencapai tujuan
konseling.
Menurut Harris peranan terapis
dalam analisis transaksional lebih bersifat sebagai guru, trainer ataupun
sebagai manusia sumber informasi. Sifat utama hubungan di sini diatur dalam
perjanjian bersama antara klien dan konselor. Klien menyepakati suatu tujuan
bersama konselor.
Selanjutnya dalam hubungan ini
klien akan mulai mencoba mengubah perilakunya berdasarkan tujuan yang telah
disepakati bersama, dan klien akan mulai mengembangkan rasa tanggung jawabnya.
Dalam proses konseling analisis
transaksional berfungsi untuk memelihara arah konseling agar tetap terpusat
pada tujuan yang ingin dicapai, memberikan arah baik bagi konselor maupun
klien, mengukur kemajuan proses konseling, dan memperjelas hubungan konselor
dan klien.
F.
Teknik dan Prosedur Terapi
Untuk
melakukan terapi dengan pendekatan AT menurut Haris dalam Corey (1988)
treatment individu-individu dalam kelompok adalah memilih analisis-analisis
transaksional, menurutnya fase permualaan AT sebagai suatu proses mengajar dan
belajar serta meletakan pada peran didaktik terapis kelompok. Konsep-konsep AT
beserta tekniknya sangat relevan diterapkan pada situasi kelompok, meskipun
demikian penerapan pada individu juga dianggap boleh dilakukan. Beberapa
manfaat yang dapat diperoleh, bila digunakan dengan pendekatan kelompok.
Pertama, berbagai ego Orang Tua mewujudkan dirinya dalam transaksi-transaksi
bisa diamati. Kedua, karakteristik-karakteristik ego anak pada masing-masing
individu di kelompok bisa dialami. Ketiga, individu dapat mengalami dalam suatu
lingkungan yang bersifat alamiah, yang ditandai oleh keterlibatan orang lain.
Keempat, konfrontasi permainan yang timbal-balik dapat muncul secara wajar.
Kelima, para klien bergerak dan membaik lebih cepat dalam treatment kelompok.
Prosedur
pada AT dikombinasikan dengan terapi Gestalt, seperti yang dikemukakan oleh
James dan Jongeward (1971) dalam Corey (1988) dia menggabungkan konsep dan
prosedur AT dengan eksperimen Gestalt, dengan kombinasi tersebut hasil yang
diperoleh dapat lebih efektif untuk mencapai kesadaran diri dan otonom.
Sedangkan teknik-teknik yang dapat dipilih dan diterapkan dalam AT, yaitu;
·
Analisis struktural, para klien akan
belajar bagaimana mengenali ketiga perwakilan ego-nya, ini dapat membantu klien
untuk mengubah pola-pola yang dirasakan dapat menghambat dan membantu klien
untuk menemukan perwakilan ego yang dianggap sebagai landasan tingkah lakunya,
sehingga dapat melihat pilihan-pilihan.
·
Analisis transaksional, adalah
penjabaran dari yang dilakukan orang-orang terhadap satu sama lain, sesuatu
yang terjadi diantara orang-orang melibatkan suatu transaksi diantara
perwakilan ego mereka, dimana saat pesan disampaikan diharapkan ada respon. Ada
tiga tipe transaksi yaitu; komplementer, menyilang, dan terselubung.
A.
Transaksi komplementer
Jenis
transaksi terbaik dalam komunikasi antar pribadi karena terjadi kesamaan makna
terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan
yg lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda.
Transaksi
terjadi antara 2 sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu adalah sikap
orang tua dan sikap anak-anak.
Transaksi
imbang (komplementer)
o Terjadi jika
penerima pesan memberi respon sesuai dengan ego state yang diharapkan
oleh pengirim pesan.
o Contoh:
Klien berperilaku sebagai anak, Perawat diharapkan berperan sebagai orang tua.
Dialog:
Stimulus: silakan tunggu, saya akan hubungi
dokter untuk keluhan Anda ini.
Respon: terima kasih, saya memang butuh perhatian saat ini
Respon: terima kasih, saya memang butuh perhatian saat ini
Stimulus: dimana yang terasa nyeri?
Respon: di pergelangan tangan kiri saya.
B.
Transaksi Silang
Terjadi jika
penerima pesan memberikan respon di luar ego state yang diharapkan oleh
pengirim pesan.
Akibatnya:
kesenjangan/terputusnya komunikasi
Contoh:
Istri: mengapa
pulang lambat?
Suami :
kalau orang baru pulang jangan ditanya macam-macam. Ambilkan minum!
Contoh lain:
|
||
Stimulus: Dimana
yang nyeri?
Respon: jika
anda tidak keberatan, saya ingin bicara dengan dokter tentang hal ini.
A.
Transaksi selubung/tersembunyi
Transaksi yang
terjadi dimana pengirim pesan menyampaikan pesan dari ego state tertentu tetapi
dibalik pesan itu ia menyampaikan pesan dari ego state yg lain.
Dalam
berkomunikasi kita sering (sebetulnya) mengirim sekaligus 2 pesan yang
diucapkan terang-terangan & yg tersembunyi.
Sikap
tersembunyi ini sebenarnya yang paling penting yang ingin mendapat respon, baik
yang tersembunyi di balik kata-kata (verbal atau non verbal), tetapi ditanggapi
lain oleh si penerima.
Contoh:
Pada suatu petang Dudung berkunjung ke rumah Nunung.
Mereka asyik sekali ngobrol karena ada bahan percakapan yang sangat menarik.
Ayah Nunung melihat ke arah jam dinding & berkata, “Hm, sdh pukul 11 mlm.”
Pernyataan tentang
fakta yang disampaikan terang-terangan. Pesan terselubungnya: “bukankah sdh
waktunya kau pulang, Nak?
T. selubung
o
Tidak semuanya sesederhana itu tujuannya
o
Seperti pepatah: “ada udang di balik
batu”
o
Kita harus peka terhadap transaksi
selubung
o
Ego state yang baik adalah yang
mengalir sehingga dapat digunakan pada kondisi yang cocok, misal dalam
menghadapi suatu masalah maka ego state yang cocok adalah ego state dewasa,
bukan ego state anak atau orang tua.
·
Analisis
Permainan
o
Erat kaitannya dengan transaksi
selubung
o
Analisis dari motivasi terselubung
pada bagaimana seseorang berperilaku.
o
Contoh: seorang anak yang merasa tidak
diperhatikan ayah-ibunya, melempar bola ke kaca jendela, sedangkan ia tahu orang
tuanya akan marah.
o
Yang nampak: anak bermain bola
secara tidak wajar.
o
Yang terselubung: anak bermain sebagai
anak yang kurang perhatian maka ia menarik perhatian orang tuanya dengan
pelanggaran tersebut.
·
Analisis
Naskah
Analisis dari drama kehidupan yang spesifik di mana
seseorang tersebut terlibat. Naskahnya tidak tertulis di atas kertas, tetapi
manusia bertingkah laku menurut naskah yang dipelajarinya sejak kanak-kanak. Naskah
dipelajari dari: orang tua, saudara, pembantu, teman, budaya bangsa, dsb. Naskah
individu & kelompok mempengaruhi pergaulan & komunikasi dengan pihak
lain. Contoh: cara memberi hormat orang Jepang & orang Jawa.
A.
Kelebihan dan Kelemahan Dalam Pendekatan Analisis
Transaksional
v Kelebihan
Menurut Gerald Corey :
1.
Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah
menggunakannya.
2.
Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan
awal mereka.
3.
Integrasi antara konsep dan praktek analisis
transaksional dengan konsep tertentu
dari terapi gestalt amat berguna karena konselor bebas menggunakan prosedur
dari pendekatan lain. Bab ini menyoroti perluasan pendekatan Berne oleh Mary
dan almarhum Robert Goulding (1979), pemimpin dari sekolah redecisional TA. The
Gouldings berbeda dari pendekatan Bernian klasik dalam beberapa cara. Mereka
telah digabungkan TA dengan prinsip-prinsip dan teknik-teknik terapi Gestalt,
terapi keluarga, psikodrama, dan terapi perilaku. Pendekatan yang redecisional
pengalaman anggota kelompok membantu kebuntuan mereka, atau titik di mana
mereka merasa terjebak. Mereka menghidupkan kembali konteks di mana mereka
membuat keputusan sebelumnya, beberapa di antaranya tidak fungsional, dan
mereka membuat keputusan baru yang fungsional. Redecisional terapi ini
bertujuan untuk membantu orang menantang diri mereka untuk menemukan cara-cara
di mana mereka menganggap diri mereka dalam peran dan victimlike untuk memimpin
hidup mereka dengan memutuskan untuk diri mereka sendiri bagaimana mereka akan
berubah.
4.
Memberikan sumbangan pada konseling multikultural
karena konseling diawali dengan
larangan mengaitkan permasalahan pribadi dengan permasalahan keluarga dan
larangan mementingkan diri sendiri
v Kelemahan Gerald Corey, 1982: 398)
1.
Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam
analisis transaksional cukup
membingungkan.
2.
Penekanan
Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.
3.
Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif
behavioral, tidak dapat di uji
keilmiahannya
4.
Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin
tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Kata transaksi selalu mengacu pd proses
pertukaran dlm suatu hubungan. Dlm komunikasi antar pribadi juga dikenal
transaksi yg dipertukarkan adalah pesan-pesan, baik verbal maupun non
verbal. Analisis transaksional adalah suatu model analisis komunikasi dimana
seseorang menempatkan dirinya menurut posisi psikologi yg berbeda.
2.
Menurut pandangan Analisis
Transaksional yang diambil dari filsafat antideterministik mengatakan bahwa
manusia mempunyai kapasitas masing-masing untuk meningkatkan kebiasaan dan
memilih tujuan dan tingkah laku baru.
3.
Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang
mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat memilih
untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah
diambil.
4.
Tujuan utama
dari terapi analisis transaksional adalah :
o
Membantu
klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau mengubah
tingkah laku dalam kehidupannya.
o
Memberikan
kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta
keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari
cara-cara yang bersifat deterministic.
o
Memberikan
bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih
untuk memantapkan dan mematangkan status egonya.
5.
Dalam proses
konseling, konselor dan klien bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama. Dalam kerjasama tersebut, konselor dan klien melaksanakan
tanggung jawab masing-masing sebagaimana telah ditetapkan. Dan dalam analisis
transaksional ini, konselor dan klien sama-sama aktif berupaya untuk mencapai
tujuan konseling.Menurut Harris peranan terapis dalam analisis transaksional
lebih bersifat sebagai guru, trainer ataupun sebagai manusia sumber informasi.
Sifat utama hubungan di sini diatur dalam perjanjian bersama antara klien dan
konselor. Klien menyepakati suatu tujuan bersama konselor.Selanjutnya dalam
hubungan ini klien akan mulai mencoba mengubah perilakunya berdasarkan tujuan
yang telah disepakati bersama, dan klien akan mulai mengembangkan rasa tanggung
jawabnya. Dalam proses konseling analisis transaksional berfungsi untuk
memelihara arah konseling agar tetap terpusat pada tujuan yang ingin dicapai,
memberikan arah baik bagi konselor maupun klien, mengukur kemajuan proses
konseling, dan memperjelas hubungan konselor dan klien.
6.
Prosedur pada AT dikombinasikan
dengan terapi Gestalt, seperti yang dikemukakan oleh James dan Jongeward (1971)
dalam Corey (1988) dia menggabungkan konsep dan prosedur AT dengan eksperimen
Gestalt, dengan kombinasi tersebut hasil yang diperoleh dapat lebih efektif
untuk mencapai kesadaran diri dan otonom. Sedangkan teknik-teknik yang dapat
dipilih dan diterapkan dalam AT, yaitu; analisis struktural, analisis
transaksional, analisis permainan, dan analisis naskah.
7.
Kelebihan pendekatan analisis transaksional adalah Sangat berguna dan para konselor
dapat dengan mudah menggunakannya sedangkan
kelemahannya adalah
Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup membingungkan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar