BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Matematika sebagai study objek abstrak,
tentu saja sangat sulit dapat dicerna anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) yang oleh Pieget, diklasifikasikan masih dalam
tahap berfikir operasi kongkret.Siswa SD masih belum mampu berfikir formal
karena orientasinya masih terkait dengan benda-benda kongkret. Ini bukan
berarti bahwa matmatika tidak mungkin dapat diajarkan di SD, bahkan
Doman(1985) mengatakan pada hakekatnya matematika lebih baik diajarkan sejak
usia balita.
Siswa harus dipandang bukan sekedar objek
pendidikan tetapi juga sebagai subjek pendidikan. Keanekaragaman kemampuan
siswa juga perbedaan minat mempersulit penyampaian matematika sebab matematika
yang universal itu bersifat abstrak dan formal terlepas dari obyek konkret
walaupun inspirasinya dapat berasal daridunia nyata. Padahal matematika
merupakan alat utama untuk memberikan cara berfikir. Matematika merupakan alat
utama untuk menyusun pemikiran yang jelas, tepat, teliti, dan taat
azaz.walaupun tidak semua siswa SD harus berkemampuan akademik untuk
melanjutkan ke Perguruan Tinggi , cara berfikir seperti yang dikemukakan itu
penting dimiliki siswa.
Tidaklah mengherankan bila seseorang akan
terasa bahwa mengajar matematika itu merupakan tugas yang menakutkan , sebab
amat sulit menanamkan pengertian-pengertian yang abstrak dan formal itu kepada
siswa.
Dalam pembelajaran matematika SD, agar
bahan pengajaran yang disampaikan menjadi mudah dan dipahami oleh siswa,
diperlukan alat bantu yang disebut dengan media pembelajaran. Media ialah alat bantu
pembelajaran yang secara sengaja dan terencana disiapkan atau disediakan guru
untuk mempresentasekan dan atau menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan
untuk dapat terlibat lansung dengan pembelajaran matematika.
Sebagai
masukan instrumental untuk membantu siswa dalam memahami pengembangan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika yang bersifat abstrak, maka dalam
proses pembelajaran matematika diperlukan bantuan penyajian materi yang berupa
benda konkret, dimana benda ini dapat kita sebut sebagai alat peraga. Alat
peraga mempunyai peranan yang sangat penting dalam memahami konsep matematika
Dalam
proses pembelajaran matematika khususnya konsep luas bangun datar khususnya
luas segitiga dan luas jajargenjang masih banyak diantara siswa sekolah dasar
kelas IV yang masih bingung dan belum paham mengenai konsep itu. Baik itu dari
segi pemahaman terhadap luas bangun datar segitiga ataupun jajargenjang danproses
pemecahan masalahnya yang berkaitan dengan operasi penjumlahan, perkalian dan
pembagian. Dimana siswa selalu mengalami masalah dalam melakukan operasi
penjumlahan, perkalian dan pembagian. Dilain sisi siswa selalu dituntut untuk
memecahkan masalah secara tepat dan cepat. Oleh Karena itu, kami terinspirasi
dari masalah tersebut untuk mendesign sebuah solusi konkret untuk membantu
siswa dalam menentukan dan memahami konsep luas bangun datar khususnya luas
segitiga dan luas jajargenjang dengan pendekatan luas persegi panjang.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah pada makalah ini yaitu “ Apakah alat peraga dapat memudahkan siswa dalam
menentukan luas bangun datar segitiga
dan luas jajargenjang dengan pendekatan persegi panjang ?”
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bahwa alat peraga
dapat memudahkan siswa dalam menentukan
luas bangun datar segitiga
dan luas jajargenjang dengan pendekatan persegi panjang.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Alat Peraga
1.
Pengertian
Alat Peraga
Alat
peraga merupakan salah satu komponen yang menentukan efektivitas pembelajaran.
Alat peraga merubah materi yang abstrak menjadi konkret dan realistic. Banyak
ahli yang telah mendefinisikan alat peraga:
Alat
peraga merupakan bagian dari media, oleh karena itu istilah media perlu
dipahami lebih dahulu sebelum dibahas mengenai pengertian alat peraga lebih
lanjut. Media pengajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara terjadinya proses belajar, dapat berwujud perangkat lunak, maupun
perangkat keras. Berdasarkan fungsinya media pengajaran dapat berbentuk alat
peraga dan sarana. Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau
membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari (Elly Estiningsih, 1994).
Alat
peraga matematika adalah seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat,
dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan
atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika (Djoko
Iswadji, 2003:1). Dengan alat peraga hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam
bentuk model-model berupa benda konkret yang dapat dilihat, dipegang,
diputarbalikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami. Fungsi utamanya adalah
untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep
tersebut. Sebagai contoh, benda-benda konkret di sekitar siswa seperti
buah-buahan, pensil, buku, dan sebagainya. Dengan benda-benda tersebut siswa
dapat membilang banyaknya anggota dari kumpulan suatu benda sampai menemukan
bilangan yang sesuai pada akhir membilang. Contoh lainnya, model-model bangun
datar, bangun ruang dan sebagainya. Dari segi pengadaannya alat peraga dapat
dikelompokan sebagai alat peraga sederhana dan alat peraga buatan pabrik.
Memperhatikan pengertian-pengertian alat peraga
diatas maka dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat bantu pengajaran
yang digunakan oleh guru dalam menerangkan materi pelajaran dan berkomunikasi
dengan siswa, sehingga mudah memberi peringatan (Penguatan) kepada siswa
tentang konsep materi yang diajarkan serta dapat menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran matematika diperlukan teknik yang tepat, yaitu dengan
mempertimbangkan waktu penggunaan dan tujuan yang akan dicapai.
2.
Fungsi
Penggunaan Alat Peraga
Satu hal yang perlu mendapat perhatian
adalah teknik penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika secara
tepat. Untuk itu perlu dipertimbangkan kapan digunakan dan jenis alat peraga
mana yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar dalam memilih dan
menggunakan alat peraga sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran, maka perlu diketahui fungsi alat peraga.
Menurut Pujiati (2004:4), secara umum
fungsi alat peraga adalah :
a. Sebagai
media dalam menanamkan konsep matematika.
b. Sebagai
media dalam memantapkan pemahaman konsep.
c. Sebagai
media untuk menunjukkan hubungan antara konsep matematika dengan dunia di
sekitar kita serta aplikasi konsep dalam kehidupan nyata.
Menurut Ruseffendi (1997:227-228) ada
beberapa fungsi penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Dengan
adanya alat peraga, siswa akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika
dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar.
Siswa senang, terangsang, kemudian tertarik dan bersikap positif terhadap
pembelajaran matematika.
b. Dengan
disajikan konsep absrak matematika dalam bentuk konkret, maka siswa pada
tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.
c. Siswa
akan menyadari adanya hubungan antara pembelajaran dengan benda-benda yang ada
disekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.
d. Konsep-konsep
abstrak yang disajikan dalam bentuk konkret, yaitu dalam bentuk model
matematika dapat dijadikan obyek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk
penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.
Secara umum fungsi alat peraga
adalah:
1. sebagai media dalam menanamkan
konsep-konsep matematika
2. sebagai media dalam memantapkan
pemahaman konsep
3. sebagai media untuk menunjukan hubungan
antara konsep matematika dengan dunia di sekitar kita serta
aplikasi konsep dalam kehidupan nyata.
3.
Alat
Peraga Matematika
Pada dasarnya individual manusia
berbeda-beda, demikian pula dalam memahamii konsep-konsep abstrak akan dicapai
melalui tingkat-tingkat belajar yang
berbeda. Siswa sekolah dasar belajar melalui dunia nyata dan memanipulasi benda
nyata sebagai perantaranya. Bahkan orang dewasa pun yang pada umumnya sudah
dapat memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu sering memerlukan
visualisasi.
Konsep abstrak dalam matematika yang
baru dipahaminya itu akan mengendap lama bila belajar melalui berbuat dalam
pengertian tidak sekedar hafalan atau mengingat-ingat fakta, tentu akan mudah
lupa dan sulit untuk dipahami. Menurut Ruseffendi (1990:139): “Saya mendengar
maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti”.
Pembelajaran matematika merupakan objek
mata pelajaran yang dapat menggunakan beberapa macam pendekatan diantaranya,
pendekatan konsep, keterampilan proses, pemecahan masalah, deduktif dan
lain-lain. Keterampilan proses “Menekankan pada keterampilan berpikir”. (Dahar,
1985:65) keterampilan dapat dikembangkan pada diri siswa bila diberi kesempatan
untuk berlatih menggunakan keterampilan berpikirnya. Dengan dikembangkannya
pendidikan keterampilan proses, pembelajaran difokuskan pada keterampilan
intelektual. Siswa akan terlibat aktif, baik mental amupun motoriknya.
Adanya alat peraga dalam pembelajaran
sebagai alat bantu belajar memberikan peluang keterlibatan siswa secara aktif.
Alat peraga khususnya dalam pembelajaran matematika mempunyai peranan cukup
besar baik bagi guru maupun siswa. Dengan alat peraga memberikan realitas dalam
mengajar, sehingga lebih terwujud, lebih terarah dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Dengan pentingnya alat peraga dalam pembelajaran matematika, maka
diharapkan guru menggunakan alat peraga untuk membantu pada penjelasan
konsep-konsep tertentu. Dalam pelaksanaan dikelas, seorang guru harus mampu
menciptakan atau membuat dan menggunakannya dalam pembelajaran. Sehingga akan
membantu meningkatkan prestasi siswa.
B.
Luas
segitiga dan jajargenjang
1.
Luas segitiga
Segitiga adalah
bangun datar dengan 3 buah sisi dan 3 buah sudut. segitiga dibedakan jenisnya
menurut panjang sisi-sisinya.Mari kita perhatikan jenis-jenis segitiga di bawah
ini.
Garis Tinggi Segitiga
Garis tinggi
adalah garis yang ditarik dari salah satu titik sudut dan tegak lurus dengan
sisi di depannya. Karena segitiga memiliki tiga buah
titik sudut, maka setiap segitiga memiliki tiga buah garis tinggi.
Alas Segitiga
Setiap sisi
segitiga dapat dipandang sebagai alas sebuah segitiga.
Perhatikan gambar
berikut :
Sisi AB disebut
juga sebagai sisi c, karena letaknya di depan sudut C. Demikian juga sisi BC
danAC disebut juga sebagai sisi a dan sisi b. Garis tinggi
yang dibuat dari titik sudut C disebut tc, karena tegak lurus dengan
alas atau sisi c atau AB. Demikian pula dengan garis tinggi yang dibuat dati titik
sudut B dan A disebut tb dan ta.
Keterangan :
a = alas
b = tinggi
» Contoh Soal dan Pembahasan Luas
Segitiga
soal ..
Hitunglah luas daerah masing-masing segitiga pada gambar di
bawah ini.
L.ΔABC = ½
x alas x tinggi
L.ΔABC = ½
x AB x BC
L.ΔABC = ½
x 8 cm x 6 cm
L.ΔABC =
24 cm2
(ii) Luas segitiga DEF dapat dicari
dengan persamaan:
L.ΔDEF = ½
x alas x tinggi
L.ΔDEF = ½
x 12 cm x 6 cm
L.ΔDEF = 36 cm2
(iii) Luas segitiga PQR dapat dicari
dengan persamaan:
LΔPQR
= ½ x alas x tinggi
LΔPQR
= ½ x 16 cm x 4 cm
LΔPQR
= 32 cm2
(iv) Luas segitiga STU dapat dicari
dengan persamaan:
L.ΔSTU
= ½ x alas x tinggi
L.ΔSTU
= ½ x ST x RU
L.ΔSTU
= ½ x 5 cm x 4 cm
L.ΔSTU
= 10 cm2
2. Luas jajar
genjang
Jajargenjang dengan alas a dan tinggi t
Jajargenjang atau disebut juga dengan Jajarangenjang adalah
sebuah bangun datar dua dimensi yang terbentuk oleh dua
pasang rusuk yang masing-masing sama panjang
dan sejajar dengan pasangannya, dan memiliki dua
pasang sudut bukan siku-siku yang masing-masing sama besar
dengan sudut di hadapannya. Jajar genjang dengan empat rusuk yang sama
panjang disebut belah ketupat.
Rumus Luas Jajargenjang
Contoh Soalnya Sebagai Berikut:
1) Pada sebuah jajargenjang diketahui panjang alas jajargenjang tersebut 5cm dan tingginya 2cm, tentukan luas jajargenjang tersebut:
Diketahui :
a = 5cm
t = 2cm
Ditanyakan : L = ....?
Jawab :
1) Pada sebuah jajargenjang diketahui panjang alas jajargenjang tersebut 5cm dan tingginya 2cm, tentukan luas jajargenjang tersebut:
Diketahui :
a = 5cm
t = 2cm
Ditanyakan : L = ....?
Jawab :
L = a x t
L = 5cm x 2cm
L= 10 cm2
Jadi, luas jajargenjang tersebut adalah L = 10 cm 2
L = 5cm x 2cm
L= 10 cm2
Jadi, luas jajargenjang tersebut adalah L = 10 cm 2
Soal 2
Perhatikan gambar berikut.
Pertanyaan:
a.
Hitunglah luas jajargenjang KLMN.
b. Tentukan panjang NP.
Penyelesaian:
a. Untuk mencari luas jajargenjang
KLMN gunakan persamaan
Luas = alas x tinggi
Luas = LM x NQ
Luas = 16 cm x 18 cm
Luas = 288 cm2
b. Untuk mencari panjang NP kita
gunakan rumus mencari luas jajar genjang yaitu
Luas = alas x tinggi
Luas = KL x NP
288 cm2 = 28 cm x NP
NP = 288 cm2/28 cm
NP = 8,14 cm
C.
Desain
pembelajaran matematika
Desain bermakna adanya keseluruhan,
struktur, kerangka atau outline, dan urutan atau sistematika kegiatan (Gagnon
dan Collay, 2001). Selain itu, kata desain juga dapat diartikan sebagai proses
perencanaan yang sistematika yang dilakukan sebelum tindakan pengembangan atau
pelaksanaan sebuah kegiatan (Smith dan Ragan, 1993, p. 4). Sedangkan desain
pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembalajaran
untuk memfasilitasi proses belajar seseorang (Reigeluth, 1983). Desain
pembelajaran juga diartikan sebagai proses merumuskan tujuan, strategi, teknik,
dan media.
Desain
pembelajaran adalah praktik penyusunan media
teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan
secara efektif antara guru
dan peserta didik.
Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan
tujuan pembelajaran,
dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya
transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar
yang sudah teruji secara pedagogois dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar
berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara langsung
dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan hanya berupa
asumsi Sebagai suatu disiplin, desain pembelajaran secara historis dan
tradisional berakar pada psikologi kognitif dan perilaku. Namun istilah ini sering dihubungkan dengan istilah yang berbeda dalam bidang
lain, misalnya dengan istilah desain grafis. Walaupun desain grafis (dari
perspektif kognitif) dapat memainkan peran penting dalam desain pembelajaran,
namun keduanya adalah konsep yang terpisah.
1. Model pembelajaran merupakan
cara/teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar
tercapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa model-model pembelajaran seperti ceramah, diskusi, demonstrasi, studi kasus, bermain peran (role
play) dan lain sebagainya. Yang tentu saja masing-masing memiliki
kelemahan dan kelebihan. Metode/model sangat penting peranannya dalam
pembelajaran, karena melalui pemilihan model/metode yang tepat dapat
mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran efektif.
2. Pendekatan pembelajaran
dapatdiartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yangmerujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat
daripendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
(1)pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach).Dari pendekatan pembelajaran
yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.
3. Strategi
pembelajaran merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk
didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan
dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Strategi pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode
dan teknik pembelajaran secara spesifik. Hamzah B. Uno (2008:45)Strategi
pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses
pembelajaran. Dick dan Carey (2005:7)
4. Metode
pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para pendidik
agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan. Metode
pembelajaran ini sangat penting di lakukan agar proses belajar mengajar
tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat para siswa tersebut suntuk, dan
juga para siswa tersebut dapat menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut
dengan mudah.Ada beberapa macam metode
pembelajaran, diantaranya:
a. Metode
ceramah adalah metode belajar mengajar secara tradisional,
sebab metode pembelajaran ini telah gunakan sebagai alat komunikasi lisan
antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif sejak dari dahulu.
b. Metode pembelajaran
diskusi adalah proses pelibatan dua orang
peserta atau lebih untuk berinteraksi
saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran
yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif
(Gagne & Briggs. 1979: 251).
c. Metode pembelajaran
demontrasi merupakan metode
pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses
bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode
pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar
yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas
sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat
kue, dan sebagainya
d. Metode pembelajaran
eksperimental adalah suatu cara
pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini
siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan
mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan
menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.
e. Metode problem solving
(metode pemecahan masalah)
bukan hanyasekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir,
sebabdalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang
dimulaidengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan. Metode problem
solving merupakan metode yang merangsang berfikir danmenggunakan wawasan tanpa
melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa. Seorang guru harus
pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencobamengeluarkan pendapatnya.
f.
Project Method
adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta
didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
g. Teileren Method
yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian,misalnya ayat
per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentusaja berkaitan
dengan masalahnya
Berdasarkan uraian diatas maka dapat
dibuat desain pembelajaran adalah sebai berikut:
-
Standar Kompetensi:
Ø Menggunakan konsep keliling dan
luas bangun datar
sederhana
dalam pemecahan masalah
-
Kompetensi Dasar:
Ø Menentukan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga
-
Indikator:
Ø Menemukan kembali rumus
luas jajargenjang dan segitiga
Ø Menghitung
luas jajargenjang dan segitiga
-
Tujuan pembelajaran:
Peserta
didik dapat:
Ø Menemukankembali rumus luas jajargenjang dengan tepat
Ø Menemukankembali rumus luas segitiga dengan tepat
Ø Menghitung
luas segitiga dengan benar
Ø Menghitung
luas jajargenjang dengan benar
-
Materi:
Luas
bangun datar sederhana
Ø Luas
segitiga
Ø Luas
jajargenjang
-
Sumber Pembelajaran:
Ø Buku
pelajaran Matematika SD Kelas IV
-
Kegiatan Belajar
Mengajar
Ø model
pembelajaran: Langsung
Ø pendekatan
: siswa aktif
Ø strategi
Pembelajaran : Kolaborasi
Ø metode
pembelajaran : Demonstrasi, Ekspositori, dan latihan
B.
Teori
Pembelejaran
Teori
Bruner adalah teori belajar matematika yang mengembangkan tahapan belajar
matematika anak SD berdasarkan fase perkembangan intelektual anak SD menurut
Jean Piagget. Pada teori Bruner, terdapat tiga tahapan belajar, yaitu tahap
enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik. Tahap enaktif adalah tahap yang
dilakukan anak untuk menggunakan atau memanipulasi objek-objek secara langsung.
Tahap ikonik adalah memanipulasi dengan memakai gambarandari objek-objek. Tahap
simbolik adalah tahap yang mengajak anak untuk memanipulasi simbol-simbol
secara langsung dan tidak lagi ada kaitannya dengan objek-objek. Pembelajaran
adalah kegiatan guru dan siswa yang diatur secara terprogram yang bertujuan
untuk membuat siswa memiliki pengalaman baru dengan cara menggunakan media
serta sumber belajar yang sesuai dengan karakter siswa.
Matematika
adalah ilmu mengenai konsep-konsep yang berhubungan dengan matematika yang
dipelajari secara induktif. Luas bangun datar adalah luas daerah suatu bangun
datar yang dibatasi oleh garis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menerapkan teori Bruner dalampembelajaran matematika materi luas bangun datar
di kelas IV SD. Teori Bruner pada siklus pertama bertujuan untuk menerapkan
tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik dalam memahami materi luas
bangun datar, khususnya jajar genjang.
Penerapan teori Bruner pada siklus
kedua, bertujuan untuk menerapkan tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap
simbolik dalam memahami materi luas bangun datar, khususnya jajargenjang dan
segitiga. Setelah kedua siklus telah terlaksana, dilakukan tes yang digunakan
untuk melihat hasil pembelajaran dengan penerapan teori Bruner pada luas jajar
genjang dan segitiga. Teori Bruner dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika materi luas bangun datar khusunya jajargenjang dan segitiga.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
SENJA
Gambaran
alat peraga
Alat peraga SENJA (Segitiga dan
Jajargenjang) merupakan suatu alat peraga yang bertujuan untuk memudahkan siswa
kelas IV dalam menentukan luas segitiga dan luas jajargenjang dengan pendekatan
luas persegi panjang . Disamping itu, alat ini juga berfungsi menggerakkan
pikiran-pikiran siswa melalui panca inderanya sehingga motivasi untuk menggali
ilmu lebih dalam ,itu sangat tinggi. Sehingga alat ini dirancang untuk menarik
minat dan perhatian siswa dalam belajar bangun datar sederhana segitiga dan
jajargenjang.
Alat peraga SENJA (Segitiga dan
Jajargenjang) dirancang untuk menanamkan konsep dan menemukan jawaban dari
suatu pemecahan masalah (Soal) yang berkaitan dengan luas segitiga dan
jajargenjang. Design alat ini dapat digambarkan seperti model papan puzzel. Adapun
alat peraga ini yang terdiri dari satu buah papan yang sudah dipahat dan dua
buah balok berbentuk persegi panjang , dimana bentuk balok pertama yaitu bentuk
persegi panjang yang telah dipotong sehingga membentuk dua buah segitiga . Sedangkan balok persegi
panjang yang kedua yaitu sebuah bentuk balok yang dibentuk jajargenjang. Lebih
jauh mengenai cara penggunaanya akan dijelaskan pada poin berikutnya.
A.
Alat
dan Bahan
1.
Alat
Alat
yang digunakan pada pembuatan alat peraga SENJA adalah sebagai berikut :
-
Gergaji
-
Meteran
-
Amplas
-
Pelubang
kayu
-
Pensil
-
Pisau
cutter
-
Mistar
-
Pahat
2.
Bahan
Bahan
yang digunakan dalam pembuatan alat peraga SENJA adalah sebagai berikut :
-
Kayu
balok
-
Cat
-
Spidol
-
Kuas
cat
B.
Prosedur
Kerja
Prosedur kerja pada
pembuatan alat peraga SENJA adalah sebagai berikut :
1.
Mempersiapkan
semua alat dan bahan yang diperlukan
2.
Potong
balok kayu yang pertama dengan ukuran 22
x 18 cm
3.
Memahat
balok kayu yang menyerupai tempat puzzelpada bagian tengah dengan ukuran.
4.
Memotong
balok kayu yang kedua dan ketiga menjadi 2 buah bangun datar persegi panjang dengan ukuran yang sama.
5. Memotong
kayu balok pertama dengan memotongmenjadi dua buah segitiga siku-siku.
Sedangakan balok kedua yaitu dengan memotong sedikit bagian pinggir balok
persegi panjang tersebut dengan bentuk segitiga sehingga membentuk sebuah
jajargenjang.
6.
Mengamplas semua sisi potongan balok dan papan,
7.
Mengecat semua balok dan papan sesuai dengan warna
yang diinginkan.
8.
Memberikan sentuhan nama setra rumus pada tempat
yang diinginkan.
A.
Aturan
Penggunaan
Untuk
pendemontrasian alat ini kita menjelaskan dengan menggunakan alat terlebih
dahulu untuk pemahaman konsep dan kita memberikan contoh soal serta latihan
tanpa berpatokan pada ukuran alat peraga.
1.
Luas segitiga
Kita ambil potongan persegi
panjang pertama pada alat peraga dan membentuk segitiga
dari potongan persegi panjang tersebut. Kemudian menjelaskan
keterkaitannya dengan luas persegi panjang dengan menggunakan LKS.
2.
Luas jajargenjang
Kita ambil potongan persegi panjang
kedua pada alat peraga dan membentuk jajargenjangdari potongan persegi panjang tersebut.
Kemudian menjelaskan keterkaitannya dengan luas persegi panjang dengan
menggunakan LKS
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alat peraga SENJA (Segitiga dan Jajargenjang) merupakan suatu alat peraga yang bertujuan untuk memudahkan siswa kelas IV dalam menentukan luas segitiga dan luas jajargenjang dengan pendekatan luas persegi panjang . Disamping itu, alat ini juga berfungsi menggerakkan pikiran-pikiran siswa melalui panca inderanya sehingga motivasi untuk menggali ilmu lebih dalam ,itu sangat tinggi. Sehingga alat ini dirancang untuk menarik minat dan perhatian siswa dalam belajar bangun datar sederhana segitiga dan jajargenjang.Alat peraga SENJA (Segitiga dan Jajargenjang) dirancang untuk menanamkan konsep dan menemukan jawaban dari suatu pemecahan masalah (Soal) yang berkaitan dengan luas segitiga dan jajargenjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar