BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembelajaran
berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai
sesuatu dan meningkatkan keterampilan berpikirkritis dan menyelesaikan masalah,
serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Pendekatan ini
mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk
membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri.
Model pembelajaran berbasis masalah
yaitu pembelajaran yang dipusatkan pada siswa
melalui pemberian masalah di awal pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh
Soedjadi (2000 : 99) bahwa : ” Model pembelajaran berbasis masalah memulai pembelajaran
dengan masalah yang kompleks misalnya tentang hal-hal dalam kehidupan
sehari-hari, kemudian dikupas menuju kepada konsep-konsep sederhana yang
terkait”. Dengan
pemberian masalah diawal pada pembelajaran berbasis masalah diharapkan nantinya
mampu membawa siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan mempunyai keterampilan
memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep dasar dari materi
yang diajarkan tersebut. Setelah pemberian masalah di awal
pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan adanya pengorganisasian siswa untuk
belajar, melakukan penyelidikan dan diakhiri dengan penyajian hasil karya serta
pengevaluasian proses pemecahan masalah. Sehingga dari pemecahan masalah
tersebut siswa dapat menemukan konsep dengan membangunnya sendiri.
Dalam penerapan Strategi Berbasis
Masalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah
, walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses
pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis
dan logis.
Perkembangan siswa tidak hanya
terjadi pada aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui
penhayatan secara internal akan problem yang dihadapi. SPBM diharapkan dapat
memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
Dilihat dari konteks perbaikan
kualitas pendidikan, maka SPBM merupakan salah satu strategi yang dapat
digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Tidak sedikit siswa yang
mengambil jalan pintas, mislnya dengan mengonsumsi obat-obat terlarang atau
bahkan bunuh diri hanya gara-gara tidak sanggup memecahkan masalah.
B. Tujuan
Makalah
Makalah ini disusun selain untuk
memenuhi tugas mata kuliah pendidikan IPS SD 2, juga untuk menambah wawasan kita
mengenai strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM), dan diharapkan kita
akan menjadi calon guru yang profesional.
C. Rumusan
Masalah
Ada pun rumusan masalah pada makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian strategi pembelajaran berbasis masalah ?
2. Apa
ciri-ciri utama strategi pembelajaran berbasis masalah ?
3. Apa saja
tujuan strategi pembelajaran berbasis masalah ?
4. Apa
kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran berbasis masalah ?
5.
Bagaimana contoh kasus strategi pembelajaran berbasis masalah dalam
matematika ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based
Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan
menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa
memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning /
PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan
pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan
(bersangkut-paut) bagi siswa, dan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman
belajar yang lebih realistik (nyata). (Susento)
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran
yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk
menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang
bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula
dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar siswa. Siswa menyelidiki sendiri,
menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk
fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada siswa untuk mencari atau
menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis
masalah memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar sendiri. Dalam hal ini,
siswa lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan
atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, siswa lebih
diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur
oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya
disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model
pembelajaran vang, nielibatknn siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk
memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan
pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari
penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di
kelas, memunculkan masalah dari siswa, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian
yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan
diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan
atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan
sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun
kompleks.
B. Ciri-ciri
Utama Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Ada pun ciri
utamanya yaitu sebagai berikut :
a.
Strategi pembelajaran
berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya
dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan,
mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi
pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
b.
Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan
masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai
kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada
proses pembelajaran.
c.
Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah
adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan
secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan
melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian
masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
C.
Tujuan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.
b.
Belajar
peranan orang dewasa yang autentik.
c.
Menjadikan
siswa berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan kemampuan
analisisnya
serta menjadi pembelajar yang mandiri.
d. Memberikan
dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang
bersifat konkret tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak
dan kompleks.
D.
Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah
Ø Kelebihannya
adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan
keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Ø
Kekurangannya adalah sebagai berikut :
1.
Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan
metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode
konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), “PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda,” (hal. 419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk “melepaskan kontrol” dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), “PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda,” (hal. 419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk “melepaskan kontrol” dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi.
E.
Contoh Kasus Metode Pembelajran Berbasis Masalah Dalam
Matematika
Ada pun contoh kasus metode pembelajaran berbasis
masalah pada matematika sebagai berikut :
1.
Untuk
menyelesaikan suatu masalah perbandingan
akan diadakan acara ulang tahun untuk itu diperlukan minuman yg segar untuk
disuguhkan kepada tamu selain itu bagaimana cara siswa memanajemen biaya
pengeluaran untuk minuman agar efisien dan rasanya segar. Dalam permasalahan
yang ada ini maka kita berikan kepada para siswa air, gula, sirup, daftar harga
(air, sirup, gula) dan gelas ukur. Disini diharapkan mereka mampu mendapatkan
perbandingan harga dan rasa sirup yang ideal.
Dari beberapa kelompok yang akan mempresentasikan hasilnya mungkin akan
berbeda karena materi yang diberikan ini besifat terbuka. Mungkin ada yang akan
memberikan tanggapannya dengan perbandingan seperti:
a)
100 ml sirup
+ 100 ml air + gula 1 sendok maka
minuman akan terasa segar.
b)
Ada pula
yang akan memberikan jawaban 100 ml sirup + 100 ml air maka minuman yang
disediakan sudah terasa manis dan segar sehingga tidak perlu memasukkan gula
untuk menghemat biaya.
c)
Dan lain
sebagainya.
2.
Untuk menyelesaikan
materi volume balok
Disini guru menanyakan pada siswa siapa yang pernah mandi dikolam renang.
Jika kolam renang tersebut sisinya berbentuk persegi panjang maka bentuk kolam
renang tersebut mungkin saja balok. Dengan menggunakan proses perbandingan maka
siswa diharapkan dapat menentukan volume balok dengan tepat. Misal ditentukan
luas permukaan kolam tersebut adalah 12 meter persegi sedangkan tingginya
adalah 1,5 meter dengan menggunakan alat bantu berupa botol berukuran 1000 ml,
berapa botolkah air yang diperlukan oleh siswa untuk membuat kolam renang
tersebut penuh.
Mungkin untuk menyelesaikan permasalahan ini akan ada kelompok yang
memasukkan botol demi botol air ke dalam kolam renang tersebut hingga kolam
renang itu penuh, lalu menghitung berapa botol air yang sudah dimasukkan ke
dalam kolam renang tersebut hingga air di kolam renang penuh. Kemudian mereka
menghitung total liter air yg dimasukkan dan mereka akan mengubah satuannya
dari liter menuju m3.
Ada juga kelompok siswa yang akan menyelesaikannya dengan langsung
menggunakan rumus volume balok yang diketahuinya yaitu P × L × T = luas
permukaan kolam renang × T, sehingga akan dihasilkan volume dari kolam renang
tersebut dan mereka dapat menentukan perbandingan banyak botol yang digunakan
untuk mengisi kolam renang tersebut.
Akan tetapi dalam menyelesaikan permasalahan ini pada kelompok yang pertama
yaitu memasukkan air perbotol kedalam kolam tersebut sampai penuh mungkin akan
malas mereka lakukan karena waktu yang diperlukan terlalu lama selain itu
mereka juga akan kelelahan jika melakukannya. Dalam penyelesaian yang pertama
mungkin saja mereka tidak akan menyelesaikan permasalahan ini.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based
learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
PBL adalah suatu model pembelajaran vang, nielibatknn siswa untuk memecahkan
suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Ciri-ciri utama strategi
pembelajaran berbasis masalah antara lain strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah,
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah.
Strategi pembelajaran berbasis
masalah memiliki keunggulan, salah satunya pemecahan masalah merupakan teknik
yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. Sedangkan salah satu
kekurangannya yaitu keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar