Selasa, 16 Februari 2016

Proposal penelitian Pengaruh perhatian orang tua dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika siswa



I.        PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha mencerdaskan dan memanusiakan manusia sehingga menjadi pribadi yang utuh dan kompleks. Dengan pendidikan, manusia menjadi makhluk berbudaya dan membekalinya dengan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk bekal dalam kehidupannya.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengharuskan dunia pendidikan untuk melakukan penyesuaian diri dengan perubahan yang serba kompleks. Untuk dapat melakukan penyesuaian diri, maka upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan usaha yang selalu harus diperhatikan, terutama reformasi dalam jalur pendidikan formal.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran pada jalur pendidikan formal perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dalam hal pengembangan dan peningkatan kualitas pengajarannya di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan karena matematika tidak lagi dipandang sebagai ilmu pengetahuan dasar, melainkan lebih dari itu, maka telah menjadi sarana untuk mengkaji hakikat keilmuan sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa peranan matematika sangat strategis dan menentukan dalam menunjang keberhasilan penguasaan IPTEK.
Penerapan matematika diseluruh  aspek kehidupan nampaknya kurang sejalan dengan anggapan sebagian besar siswa yang memandang matematika adalah ilmu yang sulit dimengerti dan sangat membosankan. Sebagai akibat dari kondisi tersebut adalah prestasi belajar matematika di sekolah-sekolah, baik di sekolah dasar maupun di sekolah menengah masih relatif rendah, bahkan sangat rendah dibandingkan dengan prestasi belajar siswa untuk bidang studi lain.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut, seperti pembaharuan kurikulum, perbaikan sarana pendidikan dan penataran guru-guru matematika. Namun usaha tersebut belum sepenuhnya mendapatkan hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan karena banyak faktor-faktor lain yang turut berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa, baik faktor yang sifatnya dari luar maupun dari dalam diri siswa.
Perhatian orang tua sebagai salah satu faktor dari luar diri siswa dapat dipandang sebagai salah satu variabel yang diduga berpengaruh terhadap prestasi belajar termasuk prestasi belajar matematika. Anggapan ini didasarkan pada kenyataan bahwa anak berada di sekolah hanya kurang lebih 7 jam perhari, sementara sisnya 17 jam sehari semalam digunakan di luar sekolah. Sebagai orang tua bijaksana seharusnya dapat mengontrol penggunaan waktu di luar sekolah tersebut agar tidak digunakan untuk kegiatan yang kurang bermanfaat. Orang tua dituntut untuk bersikap seperti guru, mengetahui masalah-masalah dan tugas anaknya di sekolah, mengevaluasi perkembangan anaknya serta bekerja sama dengan guru dan pimpinan sekolah.
Motivasi berprestasi dipandang sebagai salah satu variabel yang diduga turut menentukan kesuksesan belajar siswa. Anggapan ini didasarkan bahwa motivasi seorang anak merupakan salah satu faktor yang bersumber dari dalam diri anak itu sendiri, dan merupakan daya penggerak yang menyebabkan seorang anak melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, termasuk tujuan untuk meraih prestasi belajar yang setinggi mungkin. Siswa yang tidak memiliki motivasi dalam belajar matematika akan mengalami kesulitan dan kegagalan, akibatnya hasil belajar yang diperoleh jauh dari apa yang diharapkan. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi dalam belajar matematika akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Dengan hasil belajar yang memuaskan ini, dapat pula merupakan motivasi bagi siswa untuk lebih berprestasi dalam belajarnya.
Berdasarkan dasar pemikiran tersebut maka penulis ingin meneliti Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Takalar”.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka masalah yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah pengaruh perhatian orang tua dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar siswa. Secara operasional masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut:
1.    Apakah perhatian orang tua berhubungan positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar?
2.    Apakah motivasi berprestasi berhubungan positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar?
3.    Apakah perhatian orang tua dan motivasi berprestasi secara bersama-sama berhubungan positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar?
C.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1.         Untuk mengetahui adanya pengaruh positif perhatian orang tua terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar.
2.         Untuk mengetahui adanya pengaruh positif motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar.
3.         Untuk mengetahui adanya pengaruh positif antara perhatian orang tua dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar.
D.      Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:
1.       Sebagai sumber informasi bagi siswa tentang pentingnya memotivasi diri untuk berprestasi dalam segala bidang, termasuk berprestasi dalam belajar.
2.       Sebagai informasi tambahan bagi orang tua tentang pentingnya peranan orang tua dalam menunjang keberhasilan kegiatan belajar anak.
3.       Untuk guru, dapat menjalin kerja sama yang kondusif dengan orang tua siswa dalam mengontrol kegiatan belajar siswa di sekolah dan di rumah. 
II.     TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A.       Tinjauan Pustaka
1.      Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang paling utama dalam suatu pembelajaran, hal ini berarti keberhasilan pencapaian pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami anak didik. Belajar menurut definisi yang paling sederhana adalah proses yang dilakukan seseorang untuk mengubah keadaannya dari tidak tahu menjadi tahu.
Menurut Slameto (Haling, dkk , 2006: 1), belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal senada juga dikemukakan oleh Chaplin (Syah, 2002: 65) bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Belajar merupakan proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus. Selanjutnya Mohammad Ali (1987: 14) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku (dalam hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya), akibat interaksi individu dengan lingkungan.
Gagne (Sahabuddin, 2007: 80) mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam sifat/ kecenderungan atau kemampuan manusia, yang bukan hanya semata berasal dari proses pertumbuhan. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Selanjutnya pengertian belajar dikemukakan oleh Fontana (Suherman, dkk, 2003: 7) adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Pengetahuan keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Seseorang yang dikatakan belajar apabila diasumsikan pada diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Dengan demikian dapat diamati bahwa seseorang telah dikatakan telah belajar apabila dia telah mengalami suatu proses kegiatan tertentu sehingga dalam dirinya terjadi suatu perubahan tingkah laku yang kelihatan dan nampak.
2.      Pengertian Belajar Matematika
Matematika adalah suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit. Dengan demikian, pelajaran matematika tersusun sedemikian rupa sehingga pengertian terdahulu lebih mendasari pengertian berikutnya.
Mempelajari matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi, matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak sehingga perlu dipelajari secara terus menerus dan berkesinambungan karena materi yang satu merupakan dasar atau landasan untuk mempelajari materi berikutnya.
Menurut Muhammad Soffa (2008: 9) belajar matematika merupakan proses yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan hasil baru dengan menggunakan simbol-simbol dalam struktur matematika sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Belajar matematika tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai, tetapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Dengan demikian siswa mempunyai kemampuan berfikir secara logika, kritis, cermat, dan objektif dalam proses belajar.
Herman Hudojo (Risal, 2009: 11) mengemukakan bahwa pada hakekatnya belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi sebab matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol tersusun secara hirarki dengan penalarannya deduktif. Selanjutnya Dienes (Hudojo, 2001: 71) mengemukakan bahwa belajar matematika melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya. Di dalam pembelajaran matematika, siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dari sekumpulan abstraksi.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka belajar matematika pada hakekatnya adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dari struktur, hubungan, simbol, kemudian merupakan konsep yang dihasilkan ke situasi nyata sehingga menyebabkan suatu perubahan tingkah laku.
3.      Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Menurut Nana Sudjana (dalam techonly13, 2009), hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil belajar yaitu :
1.  Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
2.  Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa, (Nana Sudjana, dalam techonly13, 2009)
Herman Hudoyo (1990:39) mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar sebagai berikut:
 “Hasil belajar dan proses belajar kedua-duanya penting, di dalam belajar ini, terjadi proses berpikir. Seseorang dikatakan berpikir bila orang itu melakukan kegiatan mental, bukan kegiatan metorik walaupun kegiatan metorik in dapat pula bersama-sama dengan kegiatan mental tersebut, dalam mental itu orang menyusun hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan tersebut sehingga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaaan bahan pelajaran yang dipelajari, inilah yang merupakan hasil belajar”.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, berarti bahwa hasil belajar matematika dicapai setelah proses belajar sebagai akibat dari perlakuan dalam kegiatan belajar matematika. Penguasaan materi yang akan diajarkan bagi seorang pengajar belumlah cukup untuk menentukan hasil belajar bagi siswa, tapi juga harus didukung dengan adanya interaksi multi arah antara pengajar dengan siswa yang diajar, atau antara siswa dengan siswa, sehingga terjadi dua kegiatan yang saling mempengaruhi yang dapat menentukan hasil belajar siswa.
Jadi hasil belajar matematika adalah tingkat keberhasilan siswa menguasai bahan pelajaran matematika setelah memperoleh pengalaman belajar matematika dalam suatu penggalan waktu tertentu yang sifatnya dapat terukur.

4.      Pengertian Perhatian Orang Tua
Perhatian menurut Sumadi Suryabrata adalah “pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek” (Sumadi, 1993: 14). Sedangkan Bimo Walgito mengemukakan bahwa perhatian merupakan “pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek” (Walgito, 1990: 56). Kemudian Kartini Kartono menyatakan bahwa “perhatian itu merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran terhadap satu obyek”(Kartini, 1996: 111).
Berdasarkan beberapa pengertian perhatian menurut para pakar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah pemusatan atau kesadaran jiwa yang diarahkan kepada sesuatu obyek tertentu yang memberikan rangsangan kepada individu, sehingga ia hanya mempedulikan obyek yang merangsang itu. Dari pengertian ini, maka perhatian orang tua dapat diartikan sebagai kesadaran jiwa orang tua untuk memperdulikan anaknya, terutama dalam hal memberikan dan memenuhi kebutuhan anaknya, baik dalam segi emosional maupun material.
a.       Faktor yang mempegaruhi perhatian orang tua:
Adapun faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua terhadap anaknya, menurut Zakiyah Daradjat di antaranya adalah karena para orang tua khawatir jikalau anaknya menjadi siswa yang nakal di sekolah. Karena rasa kasih sayang orang tua, maka mereka menjaga baik-baik keselamatan dan kesehatan anaknya. Perhatian juga diberikan orang tua karena ingin agar anak mereka maju dan pemuncak (berprestasi) di kelasnya. Maka para orang tua selalu menyuruh anaknya agar belajar dan belajar sepanjang waktu. Hanya saja, perhatian orang tua makin lama makin berkurang sesuai dengan bertambah besarnya tubuhnya dan bertambah dewasa usianya. (Zakiah Daradjat, 1974: 165-167).    
b.      Bentuk Perhatian Orang Tua terhadap Belajar Anak
Perhatian orang tua, terutama dalam hal pendidikan anak, sangatlah diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar yang dilakukan anak sehari-hari dalam kapasitasnya sebagai pelajar dan penuntut ilmu, yang akan diproyeksikan kelak sebagai pemimpin masa depan. Bentuk perhatian orang tua terhadap belajar anak dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar anak, pemberian motivasi dan penghargaan serta pemenuhan kebutuhan belajar anak.
Ø  Pemberian bimbingan dan nasihat:
a.       Pemberian bimbingan belajar
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Bimbingan belajar terhadap anak berarti pemberian bantuan kepada anak dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup, agar anak lebih terarah dalam belajarnya dan bertanggung jawab dalam menilai kemampuannya sendiri dan menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya, serta memiliki potensi yang berkembang secara optimal meliputi semua aspek pribadinya sebagai individu yang potensial. Di dalam belajar anak membutuhkan bimbingan. Anak tidak mungkin tumbuh sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Anak sangat memerlukan bimbingan dari orang tua, terlebih lagi dalam masalah belajar. Seorang anak mudah sekali putus asa karena ia masih labil, untuk itu orang tua perlu memberikan bimbingan pada anak selama ia belajar. Dengan pemberian bimbingan ini anak akan merasa semakin termotivasi, dan dapat menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya.
b.      Memberikan nasihat
Bentuk lain dari perhatian orang tua adalah memberikan nasihat kepada anak. Menasihati anak berarti memberi saran-saran untuk memecahkan suatu masalah, berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan pikiran sehat. Nasihat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak terhadap kesadaran akan hakikat sesuatu serta mendorong mereka untuk melakukan sesuatu perbuatan yang baik.
Nasihat dapat diberikan orang tua pada saat anak belajar di rumah. Dengan demikian maka orang tua dapat mengetahui kesulitan-kesulitan anaknya dalam belajar. Karena dengan mengenai kesulitan-kesulitan tersebut dapat membantu usaha untuk mengatasi kesulitannya dalam belajar, sehingga anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Upaya memberikan bimbingan, di samping memberikan nasihat, kadang kala orang tua juga dapat menggunakan hukuman. Hukuman diberikan jika anak melakukan sesuatu yang buruk, misalnya ketika anak malas belajar atau malas masuk ke sekolah. Tujuan diberikannya hukuman ini adalah untuk menghentikan tingkah laku yang kurang baik, dan tujuan selanjutnya adalah mendidik dan mendorong anak untuk menghentikan sendiri tingkah laku yang tidak baik (Purwanto, 1987: 236).
Ø   Pengawasan Orang Tua terhadap belajar
Orang tua perlu mengawasi pendidikan anak-anaknya, sebab tanpa adanya pengawasan yang kontinu dari orang tua besar kemungkinan pendidikan anak tidak akan berjalan lancar. Pengawasan orang tua tersebut dalam arti mengontrol atau mengawasi semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengawasan yang diberikan orang tua dimaksudkan sebagai penguat disiplin supaya pendidikan anak tidak terbengkelai, karena terbengkelainya pendidikan seorang anak bukan saja akan merugikan dirinya sendiri, tetapi juga lingkungan hidupnya.
Pengawasan orang tua terhadap anaknya biasanya lebih diutamakan dalam masalah belajar. Dengan cara ini orang tua akan mengetahui kesulitan apa yang dialami anak, kemunduran atau kemajuan belajar anak, apa saja yang dibutuhkan anak sehubungan dengan aktifitas belajarnya, dan lain-lain. Dengan demikian orang tua dapat membenahi segala sesuatunya hingga akhirnya anak dapat meraih hasil belajar yang maksimal. Pengawasan orang tua bukanlah berarti pengekangan terhadap kebebasan anak untuk berkreasi tetapi lebih ditekankan pada pengawasan kewajiban anak yang bebas dan bertanggung jawab. Ketika anak sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penyimpangan, maka orang tua yang bertindak sebagai pengawas harus segera mengingatkan anak akan tanggung jawab yang dipikulnya terutama pada akibat-akibat yang mungkin timbul sebagai efek dari kelalaiannya. Pengawasan atau kontrol yang dilakukan orang tua tidak hanya ketika anak di rumah saja, akan tetapi hendaknya orang tua juga terhadap kegiatan anak di sekolah. Pengetahuan orang tua tentang pengalaman anak di sekolah sangat membantu orang tua untuk lebih dapat memotivasi belajar anak dan membantu anak menghadapi masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah serta tugas-tugas sekolah.
Ø  Pemberian motivasi dan penghargaan
Sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi anak, orang tua hendaknya mampu memberikan motivasi dan dorongan. Sebab tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Jika anak tersebut memiliki prestasi yang bagus hendaknya orang tua menasihati kepada anaknya untuk meningkatkan aktivitas belajarnya. Dan untuk mendorong semangat belajar anak hendaknya orang tua mampu memberikan semacam hadiah untuk menambah minat belajar bagi anak itu sendiri. Namun jika prestasi belajar anak itu jelek atau kurang maka tanggung jawab orang tua tersebut adalah memberikan motivasi atau dorongan kepada anak untuk lebih giat dalam belajar.
Dorongan orang tua kepada anaknya yang berprestasi jelek atau kurang itu sangat diperlukan karena dimungkinkan kurangnya dorongan dari orang tua akan bertambah jelek pula prestasinya dan bahkan akan menimbulkan keputusasaan. Tindakan ini perlu dilakukan oleh orang tua baik kepada anak yang berprestasi baik ataupun kurang baik dari berbagai jenis aktivitas, seperti mengarahkan cara belajar, mengatur waktu belajar dan sebagainya, selama pengarahan dari orang tua itu tidak memberatkan anak.
Orang tua juga perlu memberikan penghargaan kepada anak. Penghargaan adalah sesuatu yang diberikan orang tua kepada anaknya karena adanya keberhasilan anak dalam belajar sehingga meraih prestasi. Hal ini sangat berguna bagi anak karena dengan penghargaan anak akan timbul rasa bangga, mampu atau percaya diri dan berbuat yang lebih maksimal lagi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah memberikan pujian dan penghargaan pada kemampuan atau prestasi yang diperoleh anak. Pujian dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa orang tua menilai dan menghargai tindakan usahanya.
Ø  Pemenuhan Kebutuhan Belajar
Kebutuhan belajar adalah segala alat dan sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar anak. kebutuhan tersebut bisa berupa ruang belajar anak, seragam sekolah, buku-buku, alat-alat belajar, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi anak, karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar dengan baik. Dalam hal ini Bimo Walgito menyatakan bahwa “semakin lengkap alat-alat pelajarannya, akan semakin dapat orang belajar dengan sebaik-baiknya, sebaliknya kalau alat-alatnya tidak lengkap, maka hal ini merupakan gangguan di dalam proses belajar, sehingga hasilnya akan mengalami gangguan”(Walgito, 1990: 123). Tersedianya fasilitas dan kebutuhan belajar yang memadai akan berdampak positif dalam aktivitas belajar anak. Anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan belajarnya sering kali tidak memiliki semangat belajar. Lain halnya jika segala kebutuhan belajarnya tercukupi, maka anak tersebut lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar.
5.         Pengertian Motivasi Berprestasi
Wlodkowski (dalam Triluqman, 2007) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, serta yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Sementara Ames (dalam Triluqman, 2007) menjelaskan motivasi sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya. Menurut definisi ini, konsep diri yang positif akan menjadi motor penggerak bagi kemauan seseorang.
Motivasi seseorang tercermin dalam proses belajar,  melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas. McClelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) (dalam Triluqman, 2007) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS, yaitu:
a.    Attention (Perhatian)
Perhatian peserta didik muncul karena didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga peserta didik akan memberikan perhatian selama proses pembelajaran. Rasa ingin tahu tersebut dapat dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks.
Apabila elemen-elemen tersebut dimasukkan dalam rencana pembelajaran, hal ini dapat menstimulus rasa ingin tahu peserta didik. Namun, perlu diperhatikan agar tidak memberikan stimulus yang berlebihan, untuk menjaga efektifitasnya.
b. Relevance (Relevansi)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.
Kebutuhan pribadi (basic need) dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural. Motif nilai pribadi (personal motif value), menurut McClelland mencakup tiga hal, yaitu (1) kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement), (2) kebutuhan untuk berkuasa (needs for power), dan (3) kebutuhan untuk berafiliasi (needs for affiliation).
Sementara nilai yang bersifat instrumental, yaitu keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas dianggapm sebagai langkah untuk mnecapai keberhasilan lebih lanjut. Sedangkan niali kultural yaitu apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelompok yang diacu peserta didik, seperti orang tua, teman, dan sebagainya.
c.  Confidence (Percaya diri)
Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Motivasi dapat memberikan ketekunan untuk membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi untuk mengerjakan tugas berikutnya.
d.     Satisfaction (Kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi peserta didik, dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan, dsb.

B.        Kerangka Berpikir
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar perlu diperhatikan untuk mencapai prestasi belajar matematika semaksimal mungkin, baik itu faktor yang berasal dari luar maupun dari dalam diri itu sendiri.
1.         Hubungan Perhatian Orang Tua terhadap Hasil Belajar Siswa
Perhatian orang tua merupakan salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan, mengingat kurang lebih 17 jam sehari semalam siswa berada di luar sekolah dan berada dalam pengawasan orang tuanya. Untuk mengefektifkan waktu yang demikian banyak itu seorang anak perlu perhatian dalam bentuk bimbingan dan dorongan dari orang tuanya agar dapat menghargai waktu dan mengulangi pelajaran dari sekolah khususnya mata pelajaran matematika yang memerlukan banyak latihan untuk lebih mahir dan memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak. Jadi dengan adanya perhatian orang tua, seorang anak akan selalu ingat dan sadar untuk belajar sehingga prestasi belajar akan meningkat.
2.         Hubungan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kesiapan mental peserta didik juga perlu diperhatikan karena tidak sedikit siswa yang gagal dalam belajar terutama dalam pelajaran tertentu disebabkan oleh tidak adanya semangat atau dorongan berupa keinginan untuk mengetahui dan memahami apa yang dipelajarinya. Dalam hal tersebut, jelas bahwa motivasi sebagai salah satu faktor dari dalam diri siswa turut menentukan tingkat prestasi yang akan dicapai. Semakin tinggi motivasi untuk berprestasi maka akan semakin baik pula hasil belajarnya.
3.         Hubungan Perhatian Orang Tua, Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Siswa
Perpaduan antara perhatian orang tua siswa dan adanya motivasi siswa untuk berprestasi akan berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar anak pada umumnya dan matematika pada khususnya.
C.       Hipotesis Penelitian


Berdasarkan masalah, kajian teori serta kerangka berpikir di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
1.         Perhatian orang tua berhubungan positif  terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar.
Untuk pengujian secara statistik, hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:
Ho : β1  0 versus Ho : β1 >  0
2.         Motivasi berprestasi berhubungan positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar.
Untuk pengujian secara statistik, hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:
Ho : β2  0 versus Ho : β2 >  0
3.         Perhatian orang tua dan motivasi berprestasi secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar.
Untuk pengujian secara statistik, hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:
       Ho : β1  0 versus Ho : β1 >  0 dimana i = 0, 1


Keterangan:
β1 =    Parameter pengaruh orang tua terhadap hasil belajar matematika.
β2=            Parameter pengaruh motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika.

A.      Variabel dan Desain Penelitian
ariabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perhatian orang tua dan motivasi berprestasi sebagai variabel bebas. Masing-masing variabel bebas tersebut diberi simbol X1 dan X2, sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar matematika yang diberi simbol Y, seperti gambar di bawah ini.

 




Gambar  Skema Desain Penelitian
Keterangan:                                                           
X1 = Perhatian orang tua
X2 = Motivasi berprestasi
Y  = Hasil Belajar matematika
 


B.      Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
Definisi konseptual variabel:
1.         Perhatian Orang Tua
perhatian orang tua dapat diartikan sebagai kesadaran jiwa orang tua untuk memperdulikan anaknya, terutama dalam hal memberikan dan memenuhi kebutuhan anaknya, baik dalam segi emosional maupun material.
2.         Motivasi Berprestasi
motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, serta yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut
3.         Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya
Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah:
1.        Perhatian Orang Tua (X1)
Perhatian orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang dicapai oleh responden setelah diberikan instrument berupa angket penilaian perhatian orang tua yang meliputi: (1) kesadaran orang tua akan kemajuan pendidikan anak, (2) keterlibatan orang tua dalam kegiatan belajar anak di sekolah dan di rumah, (3) penyedian fasilitas belajar terutama buku-buku pelajaran, dan (4) bimbingan dan dorongan untuk menggiatkan anak belajar.
2.        Motivasi Berprestasi (X2)
Motivasi berprestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang dicapai oleh responden setelah diberikan instrument berupa angket penilaian motivasi berprestasi yang meliputi: (1) berambisi, (2) berkompetisi, (3) bekerja keras, (4) tekun berusaha meningkatkan status social, (5) mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap kreativitas dan produktivitas.
3.        Hasil Belajar Matematika (Y)
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang dicapai oleh responden (siswa) setelah diberikan tes hasil belajar matematika berdasarkan materi yang telah dipelajari responden.
C.       Populasi dan Sampel
1.             Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar
2.             Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sampel acak proporsional berstrata (proportionate stratified random sampling) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.         Mengidentifikasi semua kelas XI SMA Negeri Takalar yang tersebar dalam empat kelas.
2.         Mengambil secara acak beberapa siswa dari masing-masing kelas secara proporsional dari ukuran sampel yang direncanakan sebanyak 40 orang siswa.
D.      Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh skor variabel-variabel penelitian, maka akan digunakan tuga jenis instrument, yaitu: (1) tes hasil belajar matematika, (2) Angket penilaian perhatian orang tua, (3) Angket penilaian motivasi berprestasi. instrumen-instrumen tersebut secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
1.        Tes Hasil Belajar Matematika
Instrumen ini dikembangkan penulis yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah dan materi yang dipelajari siswa kelas XI Negeri 1 Takalar. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika. Bentuk tes yang digunakan adalah pilihan ganda.
Aspek yang diukur melalui tes hasil belajar adalah aspek kognitif yang terdiri dari tiga unsur, yaitu (1) unsur ingatan, (2) unsur pemahaman, (3) unsur penerapan atau aplikasi. Ketiga unsur tersebut akan dijabarkan dalam tes yang berjumlah 20 butir pertanyaan.
2.        Angket Penilaian Perhatian Orang Tua
Instrumen disusun dengan indikator-indikator, yaitu: (1) kesadaran orang tua akan kemajuan pendidikan anak, (2) keterlibatan orang tua dalam kegiatan belajar anak di sekolah dan di rumah, (3) penyedian fasilitas belajar terutama buku-buku pelajaran, dan (4) bimbingan dan dorongan untuk menggiatkan anak belajar.
Bentuk alat ukur perhatian orang tua adalah skala Likert, dimana setiap itemnya dilengkapi dengan lima pilihan jawaban, yaitu: Sangat Sering (SS), Sering (S), Kadang-kadang (KK), Jarang (J), dan Tidak Pernah (TP). Skor pilihan jawaban tersebut bergantung kepada bentuk pernyataan itemnya. Untuk pernyataan positif (Favorabel) skornya masing-masing adalah SS = 5, S = 4,
KK = 3, J = 4, dan TP = 1, sedangkan skor sebaliknya untuk pernyataan negatif (Unfavorabel).
3.        Angket Penilaian Motivasi Berprestasi
Instrumen disusun dengan indicator-indikator, yaitu: (1) berambisi, (2) berkompetisi, (3) bekerja keras, (4) tekun berusaha meningkatkan status sosial, dan (5) mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap kreatifitas dan produktifitas.
Bentuk alat ukur motivasi berprestasi adalah skala Likert, dimana setiap itemnya dilengkapi dengan lima pilihan jawaban, yaitu: Sangat Sering (SS), Sering (S), Kadang-kadang (KK), Jarang (J), dan Tidak Pernah (TP). Skor pilihan jawaban tersebut bergantung kepada bentuk pernyataan itemnya. Untuk pernyataan positif (Favorabel) skornya masing-masing adalah SS = 5, S = 4,
KK = 3, J = 4, dan TP = 1, sedangkan skor sebaliknya untuk pernyataan negatif (Unfavorabel)
E.      Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.        Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono, 2008: 207). Teknik statistic deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden. Untuk keperluan tersebut akan digunakan tabel distribusi frekuensi, rata-rata, standar deviasi dan persentase.
Jenis data berupa hasil belajar selanjutnya dikategorikan secara kualitatif berdasarkan teknik kategorisasi yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Mulki, 2008: 22) adalah:
Tabel Interpretasi Kategori Nilai Hasil Belajar
Nilai Hasil Belajar
Kategori
85 – 100
65 – 84
55 – 64
35 – 54
0 – 34
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah

Berdasarkan pedoman tersebut, maka kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar matematika responden ditetapkan kategori sebagai berikut
Tabel Interpretasi Kategori Nilai Hasil Belajar

Nilai Hasil Belajar
Kategori
17 – 20
13 – 16,8
11 – 12,8
7 – 10,8
0 – 6,8
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah

Untuk skor angket penilaian perhatian orang tua dan motivasi berprestasi yang bersifat ordinal, akan ditransformasi ke skor yang sifatnya interval dengan menggunakan pembobotan pada masing-masing kategori untuk setiap instrumen.
Langkah-langkah pembobotan dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Edwards (Jasmir, 2004), yaitu:
a.     Menghitung frekuensi (f) masing-masing kategori dari setiap pernyataan.
b.    Menentukan proporsi (p) dengan cara membagi setiap frekuensi dengan banyak subjek.
c.     Menentukan proporsi kumulatif (pk), yaitu jumlah proporsi suatu kategori dengan proporsi sebelumnya.
d.    Menentukan titik tengah proporsi kumulatif (f-mid) dan dua proporsi kumutatif berdampingan.
e.         Menentukan nilai z masing-masing titik tengah proporsi.
f.          Penambahan suatu bilangan sehingga nilai z yang negatif menjadi nol
g.         Pembulatan hingga dua tempat desimal.
Selanjutnya untuk pengkategorian angket perhatian orang tua dan  motivasi berprestasi dibuat berdasarkan “Method of Summated Rating” atau “Metode rating yang dijumlahkan”. Titik tengah dari skor total masing-masing kategori jawaban (Sangat Sering, Sering, Kadang-kadang, Jarang, dan Tidak Pernah) merupakan batas-batas interval kategori perhatian orang tua dan motivasi berprestasi.
Menurut Yosep (Sipora, 2006: 22), penentuaan batas-batas interval kategori diperoleh dengan membuat patokan, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menjumlahkan skor untuk masing-masing kategori, berdasarkan skor yang telah ditetapkan.
2.      Menandai bilangan dari hasil penjumlahan skor tersebut pada garis bilangan.
3.      Menentukan titik tengah dari setiap dua bilangan berurutan.
2.        Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda (multiple linear analysis). Pengujian dilakukan secara parsial dan secara simultan variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.


 

Model regresi linear berganda tersebut adalah sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + ε    
Dimana:
Y    = prestasi belajar matematika
X1   = perhatian orang tua
X2   = motivasi berprestasi
β1 dan β2 = koefisien regresi

         ε = faktor pengganggu (random error)


  










Tidak ada komentar:

Posting Komentar