I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
pada hakikatnya merupakan usaha mencerdaskan dan memanusiakan manusia sehingga
menjadi pribadi yang utuh dan kompleks. Dengan pendidikan, manusia menjadi
makhluk berbudaya dan membekalinya dengan kemampuan intelektual dan
keterampilan untuk bekal dalam kehidupannya.
Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengharuskan dunia pendidikan
untuk melakukan penyesuaian diri dengan perubahan yang serba kompleks. Untuk
dapat melakukan penyesuaian diri, maka upaya peningkatan kualitas pendidikan
merupakan usaha yang selalu harus diperhatikan, terutama reformasi dalam jalur
pendidikan formal.
Matematika
sebagai salah satu mata pelajaran pada jalur pendidikan formal perlu mendapatkan
perhatian serius dari semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan
dalam hal pengembangan dan peningkatan kualitas pengajarannya di
sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan karena matematika tidak lagi dipandang
sebagai ilmu pengetahuan dasar, melainkan lebih dari itu, maka telah menjadi
sarana untuk mengkaji hakikat keilmuan sehingga tidak dapat disangkal lagi
bahwa peranan matematika sangat strategis dan menentukan dalam menunjang
keberhasilan penguasaan IPTEK.
Penerapan
matematika diseluruh aspek kehidupan
nampaknya kurang sejalan dengan anggapan sebagian besar siswa yang memandang
matematika adalah ilmu yang sulit dimengerti dan sangat membosankan. Sebagai
akibat dari kondisi tersebut adalah prestasi belajar matematika di
sekolah-sekolah, baik di sekolah dasar maupun di sekolah menengah masih relatif
rendah, bahkan sangat rendah dibandingkan dengan prestasi belajar siswa untuk
bidang studi lain.
Berbagai
upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut, seperti
pembaharuan kurikulum, perbaikan sarana pendidikan dan penataran guru-guru
matematika. Namun usaha tersebut belum sepenuhnya mendapatkan hasil yang
maksimal. Hal ini disebabkan karena banyak faktor-faktor lain yang turut
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa, baik faktor yang sifatnya dari
luar maupun dari dalam diri siswa.
Perhatian
orang tua sebagai salah satu faktor dari luar diri siswa dapat dipandang
sebagai salah satu variabel yang diduga berpengaruh terhadap prestasi belajar
termasuk prestasi belajar matematika. Anggapan ini didasarkan pada kenyataan
bahwa anak berada di sekolah hanya kurang lebih 7 jam perhari, sementara sisnya
17 jam sehari semalam digunakan di luar sekolah. Sebagai orang tua bijaksana
seharusnya dapat mengontrol penggunaan waktu di luar sekolah tersebut agar
tidak digunakan untuk kegiatan yang kurang bermanfaat. Orang tua dituntut untuk
bersikap seperti guru, mengetahui masalah-masalah dan tugas anaknya di sekolah,
mengevaluasi perkembangan anaknya serta bekerja sama dengan guru dan pimpinan
sekolah.
Motivasi
berprestasi dipandang sebagai salah satu variabel yang diduga turut menentukan
kesuksesan belajar siswa. Anggapan ini didasarkan bahwa motivasi seorang anak
merupakan salah satu faktor yang bersumber dari dalam diri anak itu sendiri,
dan merupakan daya penggerak yang menyebabkan seorang anak melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, termasuk tujuan untuk meraih prestasi
belajar yang setinggi mungkin. Siswa yang tidak memiliki motivasi dalam belajar
matematika akan mengalami kesulitan dan kegagalan, akibatnya hasil belajar yang
diperoleh jauh dari apa yang diharapkan. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi
dalam belajar matematika akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Dengan
hasil belajar yang memuaskan ini, dapat pula merupakan motivasi bagi siswa
untuk lebih berprestasi dalam belajarnya.
Berdasarkan
dasar pemikiran tersebut maka penulis ingin meneliti “Pengaruh Perhatian Orang Tua dan
Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA
Negeri 1 Takalar”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka masalah yang akan diselidiki
dalam penelitian ini adalah pengaruh perhatian orang tua dan motivasi
berprestasi terhadap hasil belajar siswa. Secara operasional masalah tersebut
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Apakah perhatian orang
tua berhubungan positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Takalar?
2.
Apakah motivasi
berprestasi berhubungan positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI
SMA Negeri 1 Takalar?
3.
Apakah perhatian orang
tua dan motivasi berprestasi secara bersama-sama berhubungan positif terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar?
C.
Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui adanya
pengaruh positif perhatian orang tua terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Takalar.
2.
Untuk mengetahui adanya
pengaruh positif motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Takalar.
3.
Untuk mengetahui adanya
pengaruh positif antara perhatian orang tua dan motivasi berprestasi secara
bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1
Takalar.
D.
Manfaat
Penelitian
Hasil
dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:
1.
Sebagai sumber
informasi bagi siswa tentang pentingnya memotivasi diri untuk berprestasi dalam
segala bidang, termasuk berprestasi dalam belajar.
2.
Sebagai informasi
tambahan bagi orang tua tentang pentingnya peranan orang tua dalam menunjang keberhasilan
kegiatan belajar anak.
3.
Untuk guru, dapat
menjalin kerja sama yang kondusif dengan orang tua siswa dalam mengontrol
kegiatan belajar siswa di sekolah dan di rumah.
II.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A.
Tinjauan
Pustaka
1.
Pengertian
Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang
paling utama dalam suatu pembelajaran, hal ini berarti keberhasilan pencapaian
pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami anak didik.
Belajar menurut definisi yang paling sederhana adalah proses yang dilakukan
seseorang untuk mengubah keadaannya dari tidak tahu menjadi tahu.
Menurut Slameto (Haling, dkk ,
2006: 1), belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal senada juga
dikemukakan oleh Chaplin (Syah, 2002: 65) bahwa belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman. Belajar merupakan proses memperoleh respons-respons sebagai akibat
adanya latihan khusus. Selanjutnya Mohammad Ali (1987: 14) mengemukakan bahwa
belajar adalah proses perubahan perilaku (dalam hal ini mencakup pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya), akibat interaksi individu
dengan lingkungan.
Gagne (Sahabuddin, 2007: 80)
mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam sifat/ kecenderungan atau
kemampuan manusia, yang bukan hanya semata berasal dari proses pertumbuhan.
Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan
faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Selanjutnya pengertian
belajar dikemukakan oleh Fontana (Suherman, dkk, 2003: 7) adalah proses
perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari
pengalaman. Pengetahuan keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang
terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Seseorang yang
dikatakan belajar apabila diasumsikan pada diri orang itu terjadi suatu proses
kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Dengan demikian dapat
diamati bahwa seseorang telah dikatakan telah belajar apabila dia telah
mengalami suatu proses kegiatan tertentu sehingga dalam dirinya terjadi suatu
perubahan tingkah laku yang kelihatan dan nampak.
2.
Pengertian
Belajar Matematika
Matematika adalah suatu pelajaran
yang tersusun secara beraturan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga
yang paling rumit. Dengan demikian, pelajaran matematika tersusun sedemikian
rupa sehingga pengertian terdahulu lebih mendasari pengertian berikutnya.
Mempelajari matematika tidak hanya
berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan
matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan
yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi, matematika berkenaan dengan
konsep-konsep yang abstrak sehingga perlu dipelajari secara terus menerus dan
berkesinambungan karena materi yang satu merupakan dasar atau landasan untuk
mempelajari materi berikutnya.
Menurut Muhammad Soffa (2008: 9)
belajar matematika merupakan proses yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan
hasil baru dengan menggunakan simbol-simbol dalam struktur matematika sehingga
terjadi perubahan tingkah laku. Belajar matematika tidak hanya dilihat dan
diukur dari segi hasil yang dicapai, tetapi juga dilihat dan diukur dari segi
proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Dengan demikian siswa mempunyai
kemampuan berfikir secara logika, kritis, cermat, dan objektif dalam proses
belajar.
Herman Hudojo (Risal, 2009: 11)
mengemukakan bahwa pada hakekatnya belajar matematika merupakan kegiatan mental
yang tinggi sebab matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi
simbol-simbol tersusun secara hirarki dengan penalarannya deduktif. Selanjutnya
Dienes (Hudojo, 2001: 71) mengemukakan bahwa belajar matematika melibatkan
suatu struktur hirarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk
atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya. Di dalam pembelajaran
matematika, siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman
tentang sifat-sifat yang dimiliki dari sekumpulan abstraksi.
Berdasarkan
uraian-uraian di atas, maka belajar matematika pada hakekatnya adalah suatu
aktivitas mental untuk memahami arti dari struktur, hubungan, simbol, kemudian
merupakan konsep yang dihasilkan ke situasi nyata sehingga menyebabkan suatu
perubahan tingkah laku.
3.
Hasil
Belajar Matematika
Hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil
belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian
terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan
siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan
siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Menurut Nana Sudjana
(dalam techonly13, 2009), hasil belajar dibagi menjadi tiga macam
hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan
pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi
dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Hasil belajar yaitu :
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang
belajar).
Faktor yang
mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam
individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah
faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan,
tanggapan dan lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang
belajar).
Pencapaian tujuan
belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal
ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang
mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan,
dan pembentukan sikap.
Hasil belajar yang
diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh
siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar
merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa, (Nana Sudjana, dalam techonly13, 2009)
Herman Hudoyo (1990:39)
mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar sebagai berikut:
“Hasil belajar dan proses belajar kedua-duanya
penting, di dalam belajar ini, terjadi proses berpikir. Seseorang dikatakan
berpikir bila orang itu melakukan kegiatan mental, bukan kegiatan metorik
walaupun kegiatan metorik in dapat pula bersama-sama dengan kegiatan mental
tersebut, dalam mental itu orang menyusun hubungan antara bagian-bagian
informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi
memahami dan menguasai hubungan tersebut sehingga orang itu dapat menampilkan
pemahaman dan penguasaaan bahan pelajaran yang dipelajari, inilah yang
merupakan hasil belajar”.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, berarti bahwa
hasil belajar matematika dicapai setelah proses belajar sebagai akibat dari
perlakuan dalam kegiatan belajar matematika. Penguasaan materi yang akan
diajarkan bagi seorang pengajar belumlah cukup untuk menentukan hasil belajar
bagi siswa, tapi juga harus didukung dengan adanya interaksi multi arah antara
pengajar dengan siswa yang diajar, atau antara siswa dengan siswa, sehingga
terjadi dua kegiatan yang saling mempengaruhi yang dapat menentukan hasil
belajar siswa.
Jadi
hasil belajar matematika adalah tingkat keberhasilan siswa menguasai bahan pelajaran
matematika setelah memperoleh pengalaman belajar matematika dalam suatu
penggalan waktu tertentu yang sifatnya dapat terukur.
4.
Pengertian
Perhatian Orang Tua
Perhatian menurut Sumadi Suryabrata
adalah “pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek” (Sumadi, 1993: 14).
Sedangkan Bimo Walgito mengemukakan bahwa perhatian merupakan “pemusatan atau
konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu
atau sekumpulan obyek” (Walgito, 1990: 56). Kemudian Kartini Kartono menyatakan
bahwa “perhatian itu merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang
menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran
terhadap satu obyek”(Kartini, 1996: 111).
Berdasarkan beberapa
pengertian perhatian menurut para pakar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
perhatian adalah pemusatan atau kesadaran jiwa yang diarahkan kepada sesuatu
obyek tertentu yang memberikan rangsangan kepada individu, sehingga ia hanya
mempedulikan obyek yang merangsang itu. Dari pengertian ini, maka perhatian
orang tua dapat diartikan sebagai kesadaran jiwa orang tua untuk memperdulikan
anaknya, terutama dalam hal memberikan dan memenuhi kebutuhan anaknya, baik
dalam segi emosional maupun material.
a.
Faktor yang mempegaruhi perhatian orang tua:
Adapun faktor yang mempengaruhi
perhatian orang tua terhadap anaknya, menurut Zakiyah Daradjat di antaranya
adalah karena para orang tua khawatir jikalau anaknya menjadi siswa yang nakal
di sekolah. Karena rasa kasih sayang orang tua, maka mereka menjaga baik-baik
keselamatan dan kesehatan anaknya. Perhatian juga diberikan orang tua karena
ingin agar anak mereka maju dan pemuncak (berprestasi) di kelasnya. Maka para
orang tua selalu menyuruh anaknya agar belajar dan belajar sepanjang waktu.
Hanya saja, perhatian orang tua makin lama makin berkurang sesuai dengan
bertambah besarnya tubuhnya dan bertambah dewasa usianya. (Zakiah Daradjat,
1974: 165-167).
b.
Bentuk Perhatian Orang Tua terhadap Belajar Anak
Perhatian orang tua, terutama dalam hal
pendidikan anak, sangatlah diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan
adalah perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar yang dilakukan anak
sehari-hari dalam kapasitasnya sebagai pelajar dan penuntut ilmu, yang akan
diproyeksikan kelak sebagai pemimpin masa depan. Bentuk perhatian orang tua
terhadap belajar anak dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan
terhadap belajar anak, pemberian motivasi dan penghargaan serta pemenuhan
kebutuhan belajar anak.
Ø Pemberian bimbingan dan nasihat:
a.
Pemberian bimbingan belajar
Bimbingan adalah
bantuan yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya.
Bimbingan belajar
terhadap anak berarti pemberian bantuan kepada anak dalam membuat
pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam penyesuaian diri terhadap
tuntutan-tuntutan hidup, agar anak lebih terarah dalam belajarnya dan
bertanggung jawab dalam menilai kemampuannya sendiri dan menggunakan pengetahuan
mereka secara efektif bagi dirinya, serta memiliki potensi yang berkembang
secara optimal meliputi semua aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.
Di dalam belajar anak membutuhkan bimbingan. Anak tidak mungkin tumbuh sendiri
dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Anak sangat memerlukan bimbingan
dari orang tua, terlebih lagi dalam masalah belajar. Seorang anak mudah sekali
putus asa karena ia masih labil, untuk itu orang tua perlu memberikan bimbingan
pada anak selama ia belajar. Dengan pemberian bimbingan ini anak akan merasa
semakin termotivasi, dan dapat menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya.
b.
Memberikan nasihat
Bentuk lain dari
perhatian orang tua adalah memberikan nasihat kepada anak. Menasihati anak
berarti memberi saran-saran untuk memecahkan suatu masalah, berdasarkan
pengetahuan, pengalaman dan pikiran sehat. Nasihat dan petuah memiliki pengaruh
yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak terhadap kesadaran akan hakikat
sesuatu serta mendorong mereka untuk melakukan sesuatu perbuatan yang baik.
Nasihat dapat
diberikan orang tua pada saat anak belajar di rumah. Dengan demikian maka orang
tua dapat mengetahui kesulitan-kesulitan anaknya dalam belajar. Karena dengan
mengenai kesulitan-kesulitan tersebut dapat membantu usaha untuk mengatasi
kesulitannya dalam belajar, sehingga anak dapat meningkatkan prestasi
belajarnya.
Upaya memberikan
bimbingan, di samping memberikan nasihat, kadang kala orang tua juga dapat
menggunakan hukuman. Hukuman diberikan jika anak melakukan sesuatu yang buruk,
misalnya ketika anak malas belajar atau malas masuk ke sekolah. Tujuan
diberikannya hukuman ini adalah untuk menghentikan tingkah laku yang kurang
baik, dan tujuan selanjutnya adalah mendidik dan mendorong anak untuk
menghentikan sendiri tingkah laku yang tidak baik (Purwanto, 1987: 236).
Ø Pengawasan Orang Tua terhadap belajar
Orang tua perlu mengawasi pendidikan
anak-anaknya, sebab tanpa adanya pengawasan yang kontinu dari orang tua besar
kemungkinan pendidikan anak tidak akan berjalan lancar. Pengawasan orang tua
tersebut dalam arti mengontrol atau mengawasi semua kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan oleh anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengawasan
yang diberikan orang tua dimaksudkan sebagai penguat disiplin supaya pendidikan
anak tidak terbengkelai, karena terbengkelainya pendidikan seorang anak bukan
saja akan merugikan dirinya sendiri, tetapi juga lingkungan hidupnya.
Pengawasan orang tua
terhadap anaknya biasanya lebih diutamakan dalam masalah belajar. Dengan cara
ini orang tua akan mengetahui kesulitan apa yang dialami anak, kemunduran atau
kemajuan belajar anak, apa saja yang dibutuhkan anak sehubungan dengan
aktifitas belajarnya, dan lain-lain. Dengan demikian orang tua dapat membenahi
segala sesuatunya hingga akhirnya anak dapat meraih hasil belajar yang
maksimal. Pengawasan orang tua bukanlah berarti pengekangan terhadap kebebasan
anak untuk berkreasi tetapi lebih ditekankan pada pengawasan kewajiban anak
yang bebas dan bertanggung jawab. Ketika anak sudah mulai menunjukkan
tanda-tanda penyimpangan, maka orang tua yang bertindak sebagai pengawas harus
segera mengingatkan anak akan tanggung jawab yang dipikulnya terutama pada
akibat-akibat yang mungkin timbul sebagai efek dari kelalaiannya. Pengawasan
atau kontrol yang dilakukan orang tua tidak hanya ketika anak di rumah saja,
akan tetapi hendaknya orang tua juga terhadap kegiatan anak di sekolah.
Pengetahuan orang tua tentang pengalaman anak di sekolah sangat membantu orang
tua untuk lebih dapat memotivasi belajar anak dan membantu anak menghadapi
masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah serta tugas-tugas sekolah.
Ø Pemberian motivasi dan penghargaan
Sebagai pendidik yang utama dan pertama
bagi anak, orang tua hendaknya mampu memberikan motivasi dan dorongan. Sebab
tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang
tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Jika anak
tersebut memiliki prestasi yang bagus hendaknya orang tua menasihati kepada
anaknya untuk meningkatkan aktivitas belajarnya. Dan untuk mendorong semangat
belajar anak hendaknya orang tua mampu memberikan semacam hadiah untuk menambah
minat belajar bagi anak itu sendiri. Namun jika prestasi belajar anak itu jelek
atau kurang maka tanggung jawab orang tua tersebut adalah memberikan motivasi
atau dorongan kepada anak untuk lebih giat dalam belajar.
Dorongan orang tua kepada anaknya yang
berprestasi jelek atau kurang itu sangat diperlukan karena dimungkinkan
kurangnya dorongan dari orang tua akan bertambah jelek pula prestasinya dan
bahkan akan menimbulkan keputusasaan. Tindakan ini perlu dilakukan oleh orang
tua baik kepada anak yang berprestasi baik ataupun kurang baik dari berbagai
jenis aktivitas, seperti mengarahkan cara belajar, mengatur waktu belajar dan sebagainya,
selama pengarahan dari orang tua itu tidak memberatkan anak.
Orang
tua juga perlu memberikan penghargaan kepada anak. Penghargaan adalah sesuatu
yang diberikan orang tua kepada anaknya karena adanya keberhasilan anak dalam
belajar sehingga meraih prestasi. Hal ini sangat berguna bagi anak karena
dengan penghargaan anak akan timbul rasa bangga, mampu atau percaya diri dan
berbuat yang lebih maksimal lagi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi.
Yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah memberikan pujian dan penghargaan
pada kemampuan atau prestasi yang diperoleh anak. Pujian dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa orang tua menilai dan menghargai tindakan usahanya.
Ø Pemenuhan Kebutuhan Belajar
Kebutuhan belajar adalah segala alat dan
sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar anak. kebutuhan
tersebut bisa berupa ruang belajar anak, seragam sekolah, buku-buku, alat-alat
belajar, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi
anak, karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar dengan baik. Dalam
hal ini Bimo Walgito menyatakan bahwa “semakin lengkap alat-alat pelajarannya,
akan semakin dapat orang belajar dengan sebaik-baiknya, sebaliknya kalau
alat-alatnya tidak lengkap, maka hal ini merupakan gangguan di dalam proses
belajar, sehingga hasilnya akan mengalami gangguan”(Walgito, 1990: 123).
Tersedianya fasilitas dan kebutuhan belajar yang memadai akan berdampak positif
dalam aktivitas belajar anak. Anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan
belajarnya sering kali tidak memiliki semangat belajar. Lain halnya jika segala
kebutuhan belajarnya tercukupi, maka anak tersebut lebih bersemangat dan
termotivasi dalam belajar.
5.
Pengertian
Motivasi Berprestasi
Wlodkowski (dalam Triluqman,
2007) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang
menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, serta yang memberi arah dan
ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Sementara Ames
(dalam Triluqman, 2007) menjelaskan motivasi sebagai perspektif yang dimiliki
seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya. Menurut definisi ini,
konsep diri yang positif akan menjadi motor penggerak bagi kemauan seseorang.
Motivasi seseorang tercermin
dalam proses belajar, melalui ketekunan
yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak
kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam
melakukan suatu tugas. McClelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi
(achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap
prestasi belajar.
Berdasarkan berbagai teori
motivasi yang berkembang, Keller (1983) (dalam Triluqman, 2007) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS,
yaitu:
a. Attention
(Perhatian)
Perhatian peserta didik muncul
karena didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu
mendapat rangsangan, sehingga peserta didik akan memberikan perhatian selama
proses pembelajaran. Rasa ingin tahu tersebut dapat dirangsang melalui
elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau
kompleks.
Apabila elemen-elemen tersebut
dimasukkan dalam rencana pembelajaran, hal ini dapat menstimulus rasa ingin
tahu peserta didik. Namun, perlu diperhatikan agar tidak memberikan stimulus
yang berlebihan, untuk menjaga efektifitasnya.
b. Relevance
(Relevansi)
Relevansi menunjukkan adanya
hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap bahwa apa
yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan
nilai yang dipegang.
Kebutuhan pribadi (basic need) dikelompokkan dalam tiga
kategori yaitu motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural. Motif
nilai pribadi (personal motif value),
menurut McClelland mencakup tiga hal, yaitu (1) kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement), (2) kebutuhan
untuk berkuasa (needs for power), dan
(3) kebutuhan untuk berafiliasi (needs
for affiliation).
Sementara nilai yang bersifat
instrumental, yaitu keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas dianggapm
sebagai langkah untuk mnecapai keberhasilan lebih lanjut. Sedangkan niali
kultural yaitu apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan
nilai yang dipegang oleh kelompok yang diacu peserta didik, seperti orang tua, teman,
dan sebagainya.
c. Confidence (Percaya diri)
Merasa diri kompeten atau
mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan
lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan
meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini
seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Motivasi dapat
memberikan ketekunan untuk membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman
sukses tersebut akan memotivasi untuk mengerjakan tugas berikutnya.
d. Satisfaction
(Kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai
suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan. Kepuasan karena mencapai tujuan
dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun
luar individu. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi peserta didik, dapat
menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian
kesempatan, dsb.
B.
Kerangka
Berpikir
Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap hasil belajar perlu diperhatikan untuk mencapai prestasi belajar
matematika semaksimal mungkin, baik itu faktor yang berasal dari luar maupun
dari dalam diri itu sendiri.
1.
Hubungan Perhatian
Orang Tua terhadap Hasil Belajar Siswa
Perhatian orang tua
merupakan salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan, mengingat kurang
lebih 17 jam sehari semalam siswa berada di luar sekolah dan berada dalam
pengawasan orang tuanya. Untuk mengefektifkan waktu yang demikian banyak itu
seorang anak perlu perhatian dalam bentuk bimbingan dan dorongan dari orang
tuanya agar dapat menghargai waktu dan mengulangi pelajaran dari sekolah
khususnya mata pelajaran matematika yang memerlukan banyak latihan untuk lebih
mahir dan memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak. Jadi dengan adanya
perhatian orang tua, seorang anak akan selalu ingat dan sadar untuk belajar
sehingga prestasi belajar akan meningkat.
2.
Hubungan Motivasi
Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kesiapan mental peserta
didik juga perlu diperhatikan karena tidak sedikit siswa yang gagal dalam
belajar terutama dalam pelajaran tertentu disebabkan oleh tidak adanya semangat
atau dorongan berupa keinginan untuk mengetahui dan memahami apa yang
dipelajarinya. Dalam hal tersebut, jelas bahwa motivasi sebagai salah satu
faktor dari dalam diri siswa turut menentukan tingkat prestasi yang akan
dicapai. Semakin tinggi motivasi untuk berprestasi maka akan semakin baik pula
hasil belajarnya.
3.
Hubungan Perhatian
Orang Tua, Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Siswa
Perpaduan antara
perhatian orang tua siswa dan adanya motivasi siswa untuk berprestasi akan
berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar anak pada umumnya dan
matematika pada khususnya.
C.
Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan masalah, kajian teori
serta kerangka berpikir di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
1.
Perhatian orang tua berhubungan
positif terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar.
Untuk pengujian secara statistik,
hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:
Ho :
β1 ≤ 0 versus Ho : β1 > 0
2.
Motivasi berprestasi berhubungan
positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar.
Untuk pengujian secara statistik,
hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:
Ho :
β2 ≤ 0 versus Ho : β2 > 0
3.
Perhatian orang tua dan
motivasi berprestasi secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar.
Untuk pengujian secara statistik,
hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:
Ho :
β1 ≤ 0 versus Ho : β1 > 0 dimana i = 0, 1
Keterangan:
β1 = Parameter pengaruh orang tua terhadap hasil
belajar matematika.
β2=
Parameter pengaruh motivasi
berprestasi terhadap hasil belajar matematika.
A.
Variabel
dan Desain Penelitian
ariabel yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah perhatian orang tua dan motivasi berprestasi sebagai
variabel bebas. Masing-masing variabel bebas tersebut diberi simbol X1
dan X2, sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar matematika
yang diberi simbol Y, seperti gambar di bawah ini.
Gambar Skema Desain Penelitian
Keterangan:
X1 = Perhatian orang tua
X2 = Motivasi berprestasi
Y
= Hasil Belajar matematika
B.
Definisi
Konseptual dan Operasional Variabel
Definisi konseptual variabel:
1.
Perhatian Orang Tua
perhatian orang tua dapat diartikan sebagai kesadaran jiwa
orang tua untuk memperdulikan anaknya, terutama dalam hal memberikan dan
memenuhi kebutuhan anaknya, baik dalam segi emosional maupun material.
2.
Motivasi Berprestasi
motivasi sebagai suatu kondisi yang
menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, serta yang memberi arah dan
ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut
3.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya
Definisi Operasional dalam
penelitian ini adalah:
1.
Perhatian Orang Tua (X1)
Perhatian orang tua yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah skor yang dicapai oleh responden setelah diberikan
instrument berupa angket penilaian perhatian orang tua yang meliputi: (1)
kesadaran orang tua akan kemajuan pendidikan anak, (2) keterlibatan orang tua
dalam kegiatan belajar anak di sekolah dan di rumah, (3) penyedian fasilitas
belajar terutama buku-buku pelajaran, dan (4) bimbingan dan dorongan untuk
menggiatkan anak belajar.
2.
Motivasi Berprestasi (X2)
Motivasi berprestasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah skor yang dicapai oleh responden setelah diberikan
instrument berupa angket penilaian motivasi berprestasi yang meliputi: (1)
berambisi, (2) berkompetisi, (3) bekerja keras, (4) tekun berusaha meningkatkan
status social, (5) mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap kreativitas dan
produktivitas.
3.
Hasil Belajar
Matematika (Y)
Hasil belajar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah skor yang dicapai oleh responden (siswa) setelah
diberikan tes hasil belajar matematika berdasarkan materi yang telah dipelajari
responden.
C.
Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA Negeri 1 Takalar
2.
Sampel
Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sampel acak proporsional
berstrata (proportionate stratified
random sampling) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi semua kelas
XI SMA Negeri Takalar yang tersebar dalam empat kelas.
2.
Mengambil secara
acak beberapa siswa dari masing-masing kelas secara proporsional dari ukuran
sampel yang direncanakan sebanyak 40 orang siswa.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh skor variabel-variabel penelitian, maka akan digunakan tuga jenis
instrument, yaitu: (1) tes hasil belajar matematika, (2) Angket penilaian
perhatian orang tua, (3) Angket penilaian motivasi berprestasi.
instrumen-instrumen tersebut secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
1.
Tes Hasil Belajar Matematika
Instrumen ini dikembangkan penulis
yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah dan materi yang dipelajari siswa
kelas XI Negeri 1 Takalar. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat
penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika. Bentuk tes yang digunakan
adalah pilihan ganda.
Aspek yang diukur melalui tes hasil
belajar adalah aspek kognitif yang terdiri dari tiga unsur, yaitu (1) unsur
ingatan, (2) unsur pemahaman, (3) unsur penerapan atau aplikasi. Ketiga unsur
tersebut akan dijabarkan dalam tes yang berjumlah 20 butir pertanyaan.
2.
Angket Penilaian
Perhatian Orang Tua
Instrumen disusun dengan
indikator-indikator, yaitu: (1) kesadaran orang tua akan kemajuan pendidikan
anak, (2) keterlibatan orang tua dalam kegiatan belajar anak di sekolah dan di
rumah, (3) penyedian fasilitas belajar terutama buku-buku pelajaran, dan (4)
bimbingan dan dorongan untuk menggiatkan anak belajar.
Bentuk alat ukur perhatian orang
tua adalah skala Likert, dimana setiap itemnya dilengkapi dengan lima pilihan
jawaban, yaitu: Sangat Sering (SS), Sering (S), Kadang-kadang (KK), Jarang (J),
dan Tidak Pernah (TP). Skor pilihan jawaban tersebut bergantung kepada bentuk
pernyataan itemnya. Untuk pernyataan positif (Favorabel) skornya masing-masing adalah SS = 5, S = 4,
KK = 3, J = 4, dan TP = 1, sedangkan skor sebaliknya untuk pernyataan negatif (Unfavorabel).
KK = 3, J = 4, dan TP = 1, sedangkan skor sebaliknya untuk pernyataan negatif (Unfavorabel).
3.
Angket Penilaian
Motivasi Berprestasi
Instrumen
disusun dengan indicator-indikator, yaitu: (1) berambisi, (2) berkompetisi, (3)
bekerja keras, (4) tekun berusaha meningkatkan status sosial, dan (5) mempunyai
penghargaan yang tinggi terhadap kreatifitas dan produktifitas.
Bentuk alat ukur
motivasi berprestasi adalah skala Likert, dimana setiap itemnya dilengkapi
dengan lima pilihan jawaban, yaitu: Sangat Sering (SS), Sering (S),
Kadang-kadang (KK), Jarang (J), dan Tidak Pernah (TP). Skor pilihan jawaban
tersebut bergantung kepada bentuk pernyataan itemnya. Untuk pernyataan positif
(Favorabel) skornya masing-masing
adalah SS = 5, S = 4,
KK = 3, J = 4, dan TP = 1, sedangkan skor sebaliknya untuk pernyataan negatif (Unfavorabel)
KK = 3, J = 4, dan TP = 1, sedangkan skor sebaliknya untuk pernyataan negatif (Unfavorabel)
E.
Teknik
Analisis Data
Teknik
analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Analisis Statistik
Deskriptif
Statistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono, 2008: 207). Teknik
statistic deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden.
Untuk keperluan tersebut akan digunakan tabel distribusi frekuensi, rata-rata,
standar deviasi dan persentase.
Jenis data berupa hasil belajar
selanjutnya dikategorikan secara kualitatif berdasarkan teknik kategorisasi yang
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Mulki, 2008: 22) adalah:
Tabel Interpretasi
Kategori Nilai Hasil Belajar
Nilai Hasil
Belajar
|
Kategori
|
85 – 100
65 – 84
55 – 64
35 – 54
0 – 34
|
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
|
Berdasarkan pedoman tersebut, maka
kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar matematika
responden ditetapkan kategori sebagai berikut
Tabel Interpretasi Kategori Nilai Hasil
Belajar
Nilai Hasil
Belajar
|
Kategori
|
17 – 20
13 – 16,8
11 – 12,8
7 – 10,8
0 – 6,8
|
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
|
Untuk skor angket
penilaian perhatian orang tua dan motivasi berprestasi yang bersifat ordinal,
akan ditransformasi ke skor yang sifatnya interval dengan menggunakan
pembobotan pada masing-masing kategori untuk setiap instrumen.
Langkah-langkah
pembobotan dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh
Edwards (Jasmir, 2004), yaitu:
a.
Menghitung frekuensi
(f) masing-masing kategori dari setiap pernyataan.
b.
Menentukan proporsi (p)
dengan cara membagi setiap frekuensi dengan banyak subjek.
c.
Menentukan proporsi
kumulatif (pk), yaitu jumlah proporsi suatu kategori dengan proporsi
sebelumnya.
d.
Menentukan titik tengah
proporsi kumulatif (f-mid) dan dua proporsi kumutatif berdampingan.
e.
Menentukan nilai z
masing-masing titik tengah proporsi.
f.
Penambahan suatu
bilangan sehingga nilai z yang negatif menjadi nol
g.
Pembulatan hingga dua
tempat desimal.
Selanjutnya untuk pengkategorian angket perhatian
orang tua dan motivasi berprestasi dibuat
berdasarkan “Method of Summated Rating”
atau “Metode rating yang dijumlahkan”. Titik tengah dari skor total
masing-masing kategori jawaban (Sangat Sering, Sering, Kadang-kadang, Jarang,
dan Tidak Pernah) merupakan batas-batas interval kategori perhatian orang tua
dan motivasi berprestasi.
Menurut Yosep (Sipora, 2006: 22), penentuaan
batas-batas interval kategori diperoleh dengan membuat patokan, yaitu dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Menjumlahkan skor untuk
masing-masing kategori, berdasarkan skor yang telah ditetapkan.
2.
Menandai bilangan dari
hasil penjumlahan skor tersebut pada garis bilangan.
3.
Menentukan titik tengah
dari setiap dua bilangan berurutan.
2.
Analisis Statistik
Inferensial
Analisis statistik
inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Metode analisis yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan analisis
regresi linear berganda (multiple linear
analysis). Pengujian dilakukan secara parsial dan secara simultan variabel
bebas terhadap variabel tidak bebas.
Model regresi linear berganda
tersebut adalah sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 +
ε
Dimana:
Y = prestasi belajar matematika
X1 = perhatian orang tua
X2 = motivasi berprestasi
β1
dan β2 = koefisien regresi
ε = faktor pengganggu (random error)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar