BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia adalah
makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan
yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka dumi ini. Tujuan penciptaan manusia tidak lain adalah
menyembah kepada penciptanya yaitu Allah. Penyembahan di sini dalam arti luas
tidak hanya berpijak pada aspek ritual (mu’amalah ma’a Allah), melainkan
manusia berfungsi sebagai objek sekaligus subjek dalam pendidikan baik yang
menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia.
Sehingga, dalam ruang lingkup eksistensi manusia dapat memberikan suatu
konstribusi sesama yang merealisasikan transformasi keilmuan demi tercapainya
integritas dalam fitrahnya.[1]
Pendidik
diidentikan dengan gudang ilmu pengetahuan atau khazanah ilmu pengetahuan,
sehingga pendidik dengan keilmuan yang dimiliki mendapatkan tempat yang
terhormat di tengah masyarakat, dengan gelar yang diberikan pahlawan tanpa
tanda jasa, walaupun gelar ini banyak mendapat sindiran dari berbagai unsur,
namun tidak mengurangi pengabdian pendidik dalam menjalankan tugasnya.[2]
Dalam
hal ini, guru/pendidik merupakan sebuah implikasi dari eksistensi manusia di
dunia. Dalam arti, manusia sebagai makhluk berakal yang wajib mengemban amanah
sebagai subjek sekaligus objek dalam pendidikan. Sehingga, peran pendidik
sangat penting dalam mendidik dan mengarahkan pada suatu nilai-nilai atau
norma-norma yang mengimplementasikan pada kemaslahatan bersama.[3]
Oleh sebab itu, untuk kali ini penyusun akan mencoba memaparkan, menjelaskan,
serta menyajikan hasil diskusi kami yang berjudul “Tugas dan Kedudukan Pendidik
Dalam Konsep Pendidikan Islam”.
B. Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa tugas pendidik
dalam konsep pendidikan islam?
2.
Bagaimana kedudukan
pendidik dalam konsep pendidikan islam?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui tugas
pendidik dalam pendidikan islam
2.
Untuk mengetahui
kedudukan pendidik dalam islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tugas
Pendidik Dalam Konsep Pendidikan Islam
Dalam konteks pendidikan Islam, guru
adalah semua pihak yang berusaha
memperbaiki orang lain secara Islami. Mereka ini bisa orang tua (ayah-ibu),
paman, kakak, tetangga, tokoh agama, tokoh
masyarakat, dan masyarakat luas. Khusus orang tua, Islam memberikan perhatian penting terhadap keduanya sebagai
pendidik pertama dan utama bagi
anak-anaknya, serta sebagai peletak fondasi yang kokoh bagi pendidikan
anak-anaknya di masa depan.[4]
Para
ahli pendidik islam sepakat bahwa tugas guru ialah mendidik. Mendidik adalah
tugas yang amat luas. Mendidik sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar,
sebagian dalam bentuk memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh,
membiasakan , dan lain-lain.[5]
Guru
merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian. Sebab orang yang
pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai
guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru
yang profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan
pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan
dikembangkan melalui pendidikan tertentu.[6]
Ag.
Soejono dalam Ahmad Tafsir (1992), merinci tugas pendidik (termasuk guru)
sebagai berikut :
1. Wajib
menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara seperti observasi,
wawancara, angket dan sebagainya.
2. Berusaha
menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan
pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.
3. Memperlihatkan
kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan berbagai bidang
keahlian, keterampilan, agar anak didik memilihnya dengan tepat.
4. Mengadakan
evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan
dengan baik
5. Memberikan
bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam
mengembangkan potensinya.[7]
Tugas pendidik yaitu membimbing si
terdidik dan menciptakan situasi untuk pendidikan. Guru sebagai pendidik
memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar yang mengharuskan paling
tidak memiliki tiga kualifikasi dasar yaitu menguasai materi, antusiasme, dan
kasih saying (loving) dalam mengajar dan mendidik. Seorang guru harus mengajar
hanya berlandaskan cinta kepada sesama umat manusia tanpa memandang status
sosial ekonomi, agama, kebangsaan, dan lain-lain sebagainya. Misi utama guru
mempersiapkan anak didik sebagai individu yang bertanggung jawab dan mandiri,
bukan menjadikannya manja dan menjadi beban masyarakat. Proses pencerdasan
harus berangkat dari pandangan filosofis guru, bahwa anak didik adalah individu
yang memiliki beberapa kemampuan dan keterampilan.[8]
Tugas guru meliputi mendidik,
mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai
hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan
pada siswa.[9]
S. Nasution menjadikan tugas guru
menjadi tiga bagian berikut:
1. sebagai orang yang
mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan tugasnya ini maka guru harus memiliki
pengetahaun yang mendalam tentang bahan yang akan diajarkan. Sebagai tindak
lanjutnya dari tugas ini maka seorang guru tidak boleh berhenti belajar, kerena
pengetahuan yang akan diberikan kepada anak didiknya terlebih dahulu harus dia
pelajari.
2. guru sebagai model yaitu dalam
bidang studi yang diajarkannya merupakan sesuatu yang berguna dan dipraktekkan
dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga guru menjadi model atau contoh nyata
dari yang dikehendaki oleh mata pelajaran tersebut.
3. guru yang menjadi model sebagai
pribadi, ia berdisiplin, cermat berfikir, mencintai pelajarannya, atau yang
menghidupkan idealisme dan luas dalam pandangannya (wacananya).[10]
Dalam pendidikan islam, pendidik
memiliki arti dan peranan yang sangat penting. Hal ini disebabkan ia memiliki
tanggung jawab dan menentukan arah pendidikan. Itulah sebabnya islam sangat
menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan berprofesi
sebagai guru atau pendidik. Islam mengangkat derajat mereka dan memuliakan
mereka melebihi dari seorang islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan dan
bukan pendidik.[11]
Allah Swt. Berfirman: “Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS. Al-mujadilah.(58): 11).
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah Yang Maha Esa , para malaikat-Nya,
penghuni-penghuni langit-Nya, termasuk semut dalam lubangnya dan ikan-ikan di
dalam laut akan mendoakan keselamatan bagi orang-orang yang mengajar manusia
kepada kebaikan” (HR. Tarmizi).
Agar guru sebagai pendidik berhasil
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diamanatkan kepadanya, Allah
Swt. memberi petunjuk sebagaimana firman-Nya :
“Hai orang yang berselimut: “bangkitlah, dan beri peringatan, Tuhanmu
agungkanlah pakaianmu, bersihkan, tinggalkan perbuatan dosa, jangan menuntut
imbalan (materi) yang berlebih-lebihan, dan terhadap ketentuan Tuhanmu
terimalah dengan sabar”. (QS. Al-Muddatsir, (74) : 1-7).
Orang yang berilmu memiliki peranan
yang mulia, keutamaan yang agung, dan kedudukan yang tinggi. Karena itu, para
pendidik sebaiknya menyadari makna tersebut dan meletakkannya dipelupuk mata
dan lubuk hati mereka. Sebab apa yang mereka persembahkan dijalan ilmu akan
meninggikan pamor mereka, dan manfaatnya akan kembali kepada diri dan umat
mereka. Oleh karena itu, tidak mengherankan, bila dokumen-dokumen syariat,
pernyataan salaf dan kata-kata para ahli hikmah banyak mengungkapkan keutamaan
ilmu, para penyandang ilmu dan penyebarannya di tengah-tengah manusia.[12]
Allah berfirman:
“Katakanlah samakah antara orang
yang mengetahui (berilmu) dan orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu).
Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang dapat menerima Alquran”. (QS.
Al-Zumar (39): 9).
Selanjutnya Allah berfirman:
“Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hambanya adalah ulama (orang) berilmu pengetahuan”. (QS.
Al-Fathir (35): 28).
Ibnu Abbas berkomentar, “Ulama itu
seratus derajat diatas kaum beriman, jarak antara dua derajat itu adalah
seratus tahun (perjalanan). Karena itu alangkah mulianya profesi mengajar itu,
dan alangkah agungnya kemuliaan dan urgensinya.[13]
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd dalam
Ahmad Syaibu, (2002) mengemukakan sejumlah tugas yang menjadi tanggung jawab
yang harus diemban oleh seorang guru, sebagai berikut.
1. Senantiasa
bertakwa dalam setiap keadaan;
2. Akrab
dengan Alquran dan membacanya dengan perenungan (tadabbur) dan kontemplasi
(Ta’aqquf);
3. Senantiasa
berdzikir;
4. Senantiasa
menambah ilmu pengetahuan dan berdo’a (Ya Allah tambahkanlah ilmu kepadaku);
5. Ikhlas;
6. Keteladanan;
7. Melaksanakan
amanah ilmiah;
8. Menghormati
ulama;
9. Menjauhi
tempat-tempat yang meragukan;
10. Memenuhi
hak teman-teman;
11. Saling
tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa;
12. Memiliki
visi memperbaiki kualitas diri;
13. Berbudi
pekerti mulia (ber akhlaq al-karimah);
14. Tawadhu;
15. Dermawan;
16. Menjauhi
sifat dengki;
17. Sederhana
dalam berpakaian;
18. Sederhana
dalam bercanda;
19. Introspeksi
diri;
20. Lapang
dada dan tabah hati;
21. Memelihara
waktu;
22. Baik
dalam ucapan;
23. Mendengarkan
orang yang berbicara dan menyimak orang yang bertanya;
24. Melatih
anak didik tentang cara-cara berbicara dan adab-adabnya;
25. Lancar
dalam pembicaraan dan sedang dalam berbicara, tidak terlalu lemah;
26. Tidak
menyempitkan anak didik dalam pertanyaan;
27. Menjaga
pelajaran dari kegaduhan dan menjauhkannya dari kata-kata kotor;
28. Tidak
berbicara tentang diri pribadi kecuali diperlukan;
29. Tidak
membebani anak didik dan rekan-rekan dengan duka dan kesalahan yang
diperbuatnya sendiri;
30. Tidak
meladeni orang-orang bodoh;
31. Menghindari
penghargaan kecuali dari Allah;
32. Tidak
banyak mengeluh;
33. Tinggi
kemauan dan berjiwa besar;
34. Memelihara
nasehat;
35. Tegas
tanpa harus menzhalimi;
36. Kelemah
lembutan tanpa harus lemah;
37. Mendidik
anak pada sifat kesempurnaan;
38. Mendidik
anak agar bangga dengan agamanya (islam);
39. Mendidik
anak agar menjauhi taklid buta;
40. Mendidik
anak agar sehat berpikir dan memutuskan segala sesuatu;
41. Memperhatikan
segala potensi dan bakat anak;
42. Mengatasi
penyimpangan;
43. Adil di antara anak didik;
44. Mencintai
anak didik;
45. Memelihara
etika di negeri asing (di perantauan); dan
46. Jangan
lupa anak didik anda setelah tamat (lulus).[14]
Demikianlah
sejumlah kewajiban-kewajiban yang menjadi amanah dan tanggung jawab guru yang
cukup berat tetapi maha mulia.
B. Kedudukan
Pendidik Dalam Konsep Pendidikan Islam
Pendidik adalah bapak rohani bagi peserta didik, yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan
perilakunya yang buruk. Oleh karena itu, pendidik mempunyai kedudukan tinggi
dalam islam, dalam beberapa hadist disebutkan:
”Jadilah
engkau sebagai guru, atau pelajar, atau pendengar, atau pecinta, dan
janganlah kamu menjadi orang yang kelima,
sehingga engkau menjadi rusak.”
Dalam
hadis NABI SAW. Yaitu,
“Tinta
seorang ilmuwan (yang menjadi guru) lebih berharga ketimbang darah
para syuhada”.[15]
Al-Ghazali menukil beberapa hadis Nabi tentang keutamaan
seorang pendidik. Ia berkesimpulan bahwa pendidik disebut sebagai
orang-orang besar (great individual) yang aktivitasnya lebih baik
daripada ibadah setahun (perhatikan qs.at-Taubah :122).[16]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya :
1. Tugas pendidik dalam konsep
pendidikan islam adalah sebagai berikut:
a. Guru hendaknya mengembangkan dan
membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah,
menjauhkanya dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada fithrahnya.
b. Guru hendaknya menyampaikan berbagai
pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam
tingkah laku dan kehidupannya.
2. Kedudukan pendidik dalam konsep
pendidikan islam adalah bapak rohani (spritual
father) bagi peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu,
pembinaan dalam akhlak mulia, dan meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh
karena itu pendidik mempunyai kedudukan yang tinggi dalam islam. Islam sangat
menempatkan pendidik dalam tingkatan yang sangat tinggi, karena tidak akan ada
Ustadz, presiden, profesor, dokter, polisi, dan lain sebagainya, jika tidak
diawali dari bantuan seorang pendidik yang dengan tujuannya untuk menajadikan
insan kamil yang bahagia di dunia dan akhirat. Kita semua bisa menjadi
pendidik, jika kita mampu menjadi orang yang dewasa, dalam arti bisa
bertanggung jawab terhadap amanat yang di berikan Allah SWT kepada kita sebagai
khalifah dimuka bumi.
B. Saran
Kami sebagai penyusun
pertama-tama mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih belum mencapai
kesempurnaan. Meskipun demikian, mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan
gambaran atau tambahan ilmu bagi para pembaca. Oleh karena itu, untuk
penyempurnaan makalah ini kami tunggu kritik dan sarannya dari para pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar