A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Di era milenium ini perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi berkembang sangat pesat, sehingga semua orang dituntut untuk selalu
memperbaharui informasi yang dimilikinya dengan cara mengolah informasi yang
berada di sekelilingnya untuk kemudian dikonstruksi di dalam otaknya sehingga
menjadi wawasan yang baru dan luas.
Pembelajaran yang diperkaya dengan metode dan
teknik dimana siswa dapat mengakses informasi yang mereka butuhkan sendiri dan berpusat
pada siswa mulai disorot. Hal ini pun nampak dengan adanya berbagai
penelitian pengembangan menyangkut metode dan teknik yang efektif bagi siswa dalam belajar guna meningkatkan kreatifitasnya.
Salah satu
perkembangan yang nampak adalah munculnya kurikulum KTSP yang dalam pembelajarannya peserta
didik dituntut untuk berpikir
secara kreatif dan inovatif. Sedangkan dalam pembelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar
untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang
semakin ketat memerlukan output pendidikan yang tidak hanya terampil dalam
suatu bidang tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifestasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk
matematika. Dalam standar isi untuk pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006
tentang standar isi) telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Mengembangkan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta
kemampuan bekerja sama sudah lama menjadi sasaran pendidikan matematika di
kelas. Namun pada kenyataannya, hal ini jarang atau tidak pernah dikembangkan. Padahal
kemampuan itu yang sangat diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Masalah lain
yang juga sering muncul dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya hasil
belajar peserta didik. Hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang lebih
didominasi oleh guru dan pemberian konsep matematika secara instan, pada
pembelajaran seperti ini kelas cenderung teacher
centered, peserta didik hanya menerima materi sehingga menjadi pasif dan
kurang kreatif dalam memecahkan masalah-masalah matematika. Akibat dari model
pembelajaran tersebut muncul berbagai masalah dalam kehidupan yang menuntut
peserta didik mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi, peserta didik tidak
dapat menyelesaikannya karena peserta didik hanya menghafal.
Dengan
demikian, dipandang perlu adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis peserta didik yang menuntut untuk berpikir tingkat tinggi dan
menguasai konsep dasar sebelum ke konsep tingkat lanjut.
Untuk itu
diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut adalah model pembelajaran berbasis proyek (PBP).
Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam kreatifitas secara nyata. PBP dirancang untuk
digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan pelajar dalam melakukan
investigasi dan memahaminya. Pada hakikatnya kerja proyek adalah kolaboratif,
maka pengembangan keterampilan tersebut berlangsung diantara peserta didik.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka ada beberapa permasalahan yang dapat
diidentifikasi yaitu:
a.
Kurangnya kreatifitas siswa dalam
belajar matematika
b.
Rendahnya hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran matematika
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
a.
Bagaimana konsep tentang model
pembelajaran berbasis proyek?
b.
Bagaimana penerapan model
pembelajaran berbasis proyek dalam matematika?
c.
Bagaimana meningkatkan kreatifitas
siswa dalam belajar matematika melalui model pembelajaran berbasis proyek?
B. KAJIAN TEORI
1. Pembelajaran Berbasis Proyek
Kementrian
Pendidikan Turki dalam International Online Journal of
Educational Sciences (IOJES, 2013 : 1) mengemukakan bahwa:
Projects
are studies which are carried out in groups or individually with the guidance
of the teacher to make inferences, to produce original ideas, to access new
information, to produce an idea and to analyze, search and interpret a subject
that the student wants to study.
Proyek adalah proses
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok maupun perorangan
dengan bimbingan guru untuk memperoleh sebuah kesimpulan,
yang
kemudian menghasilkan ide-ide pokok, untuk
mengakses informasi baru, untuk menghasilkan ide dan menganalisa, mencari dan
menafsirkan materi yang akan dipelajari siswa.
Pelajaran berbasis proyek adalah sebuah pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa yang
melibatkan situasi kehidupan nyata serta
penerapannya (Demirel dalam
IOJES, 2013).
The description of project-based learning
(PBL) consisting projects
that integrate science, technology, society, history, mathematics,
politics and even arts that serves productive discussion opportunity for students and gives them the excitement of learning
should be seen as an answer to the search
of such a teaching strategy. Within that context students have the chance of investigating rich and challenging topics of real-world issues, share their
study with others and the portrait
of the classroom consists students
discussing on various
topics in groups, searching knowledge
from varied sources, take decisions and presenting their products. The context described
above that students conducting their works and performing projects gives idea about how project-based learning (PBL) is not a simple teaching strategy
(Turgut, 2008 : 62).
Dari pendapat di atas dipahami bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) terdiri dari proyek yang mengintegrasikan ilmu
pengetahuan, teknologi, masyarakat, sejarah, matematika, politik
dan bahkan seni yang
berfungsi menjadi peluang diskusi yang produktif bagi siswa
dan memberi mereka kegembiraan dalam belajar. Dalam konteks tersebut, siswa
memiliki kesempatan untuk menyelidiki
topik yang kaya dan
menantang mengenai isu-isu yang
terjadi, menyampaikan hasil studi mereka kepada orang lain melalui diskusi tentang
berbagai topik dalam kelompok, mencari
pengetahuan dari berbagai sumber,
mengambil keputusan dan penyajian
produk atau hasil temuan mereka. Berdasarkan
konteks yang dijelaskan tersebut, memberikan
gambaran bahwa pembelajaran berbasis proyek
(PBP) bukanlah strategi pengajaran yang sederhana.
Thomas dalam Utari (2000:2) menyatakan bahwa model Project
Based Learning adalah model pembelajaran inovatif, yang menekankan belajar
kontekstual melalui kegiatan–kegiatan kompleks.
Buck
Institute for Education (BIE) (2012) menyatakan bahwa
pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang berfokus pada
konsep–konsep utama disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam suatu kegiatan
pemecahan masalah dan tugas–tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa
bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya
menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistic.
Blumenfeld,
dkk., (dalam Thomas, 2000 : 1) mendefinisikan, “Pembelajaran berbasis proyek
sebagai suatu pendekatan komperehensif untuk pengajaran dan pembelajaran yang
dirancang agar siswa melakukan riset terhadap permasalahan nyata yang prosesnya
berjangka waktu”.
Berdasarkan
beberapa defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa: Pembelajaran Berbasis
Proyek adalah salah satu model pembelajaran yang berfokus pada konsep
dan prinsip inti sebuah disiplin ilmu, memfasilitasi siswa untuk
berinvestigasi, pemecahan masalah, dan tugas-tugas bermakna lainnya yang
berpusat pada siswa, menghasilkan produk nyata, dan prosesnya relatif berjangka
waktu.
2. Penerapan model pembelajaran berbasis proyek
Sebelum
membahas langkah-langkah penerapan PBP, perlu dipahami terlebih dahulu prinsip-prinsip
PBP. Adapun prinsip-prinsip PBP adalah sebagai berikut:
a.
Keterpusatan (centrality).
PBP tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena
memerlukan suatu strategi
sasaran dimana proyek sebagai
pusat..
b.
Berfokus
pada pertanyaan/ masalah (driving question)
Proyek berfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong
siswa menjalani (dengan kerja keras) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti
atau pokok dari disiplin.
c.
Penyelidikan konstruktif/
(constructivisme investigation)
Proyek melibatkan siswa dalam investigasi konstruktif.
Investigasi mungkin berupa proses desain, pengambilan keputusan, penemuan
masalah, pemecahan masalah, diskoveri, atau proses pembangunan model.
d.
Otonomi (autonomy)
Siswa lebih
diberikan kesempatan untuk mengerjakan proyek sesuai sesuai dengan minat dan kemampuan.
e.
Realistik (realism)
Proyek
adalah realistik. Karakteristik proyek memberikan keontentikan pada siswa.
Tahap-tahap
dalam pembelajaran berbasis proyek :
a.
Tahap presepsi/ pendahuluan
b. Untuk
menarik minat siswa dalam proses pembelajaran guru memberikan motivasi kepada
siswa, motivasi dapat diberikan dalam bentuk menyampaikan tujuan.
c. Tahap
perencanaan proyek
Pada
tahap perencanaan proyek langkah yang dilakukan siswa adalah mendesain
perencanaan proyek (design a plan for project) dan membuat jadwal pelaksanaan
proyek (creates a schedule).
d. Tahap
pelaksanaan dan penyelesaian proyek
Pada
tahap ini siswa melaksanakan proyek sesuai perencanaan yang dibuat sekaligus
menyelesaikan proyek di bawah monitor guru (monitor students and the
progress of the project).
e. Tahap
penilaian
Pada
tahap ini, guru menilai keseluruhan hasil/ produk (assess the outcome),
siswa mempresentasikan hasil kinerja proyek didepan kelas, kemudian guru
menilai kinerja proyek siswa.
f. Evaluasi
Pada
tahap ini, guru menilai keseluruhan hasil/ produk (assess the outcome),
siswa mempresentasikan hasil kinerja proyek didepan kelas, kemudian guru
menilai kinerja proyek siswa.
3. Peningkatan Kemampuan Berfikir Kreatif Dengan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Model
pembelajaran berbasis proyek mengikuti lima langkah utama, dari lima langkah
tersebut memberikan kontribusi pada kemampuan berpikir kreatif dan kinerja
ilmiah siswa. Berikut diuraikan kembali langkah-langkah pembelajaran berbasis
proyek.
a.
Menetapkan
tema proyek. Tema proyek hendaknya memenuhi indikatorindikator berikut: (1)
memuat gagasan umum dan orisinil, (2) penting dan menarik, (3) mendeskripsikan
masalah kompleks, (4) mencerminkann hubungan berbagai gagasan. Pada langkah
pertama ini, yang lebih berperan adalah guru sebagai fasilitator untuk
menetapkan tema yang akan dipelajari siswa selama proses pembelajaran.
b.
Menetapkan
konteks belajar. Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator
berikut: (1) pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata, (2)
mengutamakan otonomi siswa, (3) melakukan inquiry dalam konteks
masyarakat, (4) siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien, (5)
siswa belajar penuh dengan kontrol diri, (6) mensimulasikan kerja secara
profesional. Tahap kedua ini siswa ditekankan untuk mampu mengeksploarsi
kemampuannya dalam mengelola waktu dan bekerja secara kolaboratif.
c.
Merencanakan
aktivitas-aktivitas. Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek
adalah sebagai berikut: (1) membaca, (2) meneliti, (3) observasi, (4) interviu,
(5) merekam, (6) mengunjungi obyek yang berkaitan dengan proyek, (7) akses
internet. Untuk tahap ketiga ini, sudah memberikan kontribusi pada kemampuan
berpikir kreatif siswa, khusunya pada keluesan dan kelancaran. Siswa yang telah
diberikan tema akan memiliki kesempatan untuk mencari sumber untuk mendisain
proyek yang akan mereka kerjakan. Penelitian ini menekankan pada proyek berupa
portofolio atau rangkuman hasil penelitian.
d.
Memroses
aktivitas-aktivitas. Indikator-indikator memroses aktivitas meliputi antara
lain: (1) membuat sketsa, (2) melukiskan analisa, (3) menghitung, (4)
mengembangkan prototipe. Langkah ini memberikan kontribusi terhadap kinerja
ilmiah siswa, sebab dalam langkah ini indicator pertama kinerja ilmiah yaitu
merencanakan dan merancang dapat terlaksana dalam tahapan ini. Perencanaan yang
dilakukan siswa sejalan pada tahap ketiga, hanya saja pada tahapan ini
perencanaan lebih dibuat mengkhusus, seperti pembuatan langkah-langkah
praktikum. Untuk tahap merancang, dilakukan pada saat praktikum yaitu pada saat
merangkai alat pada saat praktikum. Disini juga diperlukan adanya kemampuan
berpikir kreatif pada indikator elaborasi.
e.
Penerapan
aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah yang dilakukan,
adalah: (1) mencoba mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, (2) menguji
langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh, (3)
mengevaluasi hasil yang telah diperoleh, (4) merevisi hasil yang telah
diperoleh, (5) melakukan daur ulang proyek yang lain, (6) mengklasifikasi hasil
terbaik. Langkah kelima juga masih memberikan kontribusi pada kinerja ilmiah,
yaitu menggunakan peralatan, pelaksanaan pengukuran, observasi dan pencatatan
data, interpretasi dan tanggungjawab. Selain itu kemampuan berpikir kreatif
sangat diperlukan dalam langkah ini, sebab siswa dapat memberikan
variasi-variasi pada pengukuran, sehingga hasil penelitian dapat berbeda dengan
kelompk siswa yang lain, dengan kata lain disini komponen kebaruan atau originality,
keluesan dan elaborasi dapat dilihat jika siswa dengan sungguh-sungguh
melaksanakan tiap langkahlangkah penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar