Menurut teori behaviorisme, belajar
dipandang sebagai perubahan tingkah laku, dimana perubahan tersebut muncul
sebagai respons terhadap berbagai stimulus yang dating dari luar diri subyek.
Dengan demikian belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, di
ukur dan di nilai secara konkret. Stimulans tidak lain adalah lingkungan
belajar anak, baik internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.
Sedangkan respon adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap
stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan
perilaku, S-R (Stimulus – Respons).
Secara teoritik, belajar dalam
konteks behaviorisme melibatkan empat unsur pokok yaitu:
1.
Drive yaitu suatu mekanisme psikologis yang mendorong seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya melalui aktivitas belajar.
2.
Stimulus yaitu ransangan dari luar diri subyek yang dapat menyebabkan
terjadinya respons.
3.
Response adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau stimulus yang
diberikan. Dalam perspektif behaviorisme, respons biasanya muncul dalam bentuk
perilaku yang kelihatan.
4.
Reinforcement adalah penguatan yang diberikan kepada subyek belajar agar ia
merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons secara berkelanjutan.
Berikut ini
beberapa pandangan tentang teori Behavioristik oleh para ahli :
A. Ivan
Petrovich Pavlov (1849-1936), Teori Classical Conditioning.
Dengan menggunakan kata kunci
conditioning, Pavlov hendak menekankan bahwa tidak semua stimulus dapat
dianggap sebagai variabel anteseden dari peristiwa belajar. Stimulus yang tidak
menyebabkan terjadinya aktivitas disebut sebagai stimulus fisiologis terutama
melalui sistem reseptor. Bagi Pavlov, stimulus ini hanya melahirkan refleks dan
karena itu tidak dapat dikatagorikan sebagai respons belajar. Stimulus
fisiologis biasanya hanya dapat memunculkan refleks, sehingga diperlukan adanya
stimulus yang terkondisi untuk merubah refleks menjadi aktivitas belajar.
Dengan demikian, respons belajar, lanjut Pavlov, hanya terjadi melalui stimulus
yang terkondisi dan terkontrol.
Dalam argumentasi Pavlov ini
terlihat bahwa aktivitas belajar berlansung dalam suatuproses evolusi melalui
stimulus terkondisi yang dirancang secara sistematis dan dikontrolsecara ketat
untuk mendapat perilaku belajar yang memadai.
B. Burrhus
Frederic Skinner (1904-1990), Teori Operant Conditioning.
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika
dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan
meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses
operant conditioning. Di mana seorang dapat
mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang
bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya
jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik. Hal penting yang dapat
dipelajari dari teori belajar Skiner yaitu ;
1.
Proses belajar hendaknya dirancang untuk jangka waktu yang pendek berdasarkan
tingkah laku yang dipelajari sebelumnya
2.
Pada awal proses belajar perlu ada reinforcement serta kontrol terhadap
reinforcement yang diberikan.
3.
Reinforcement perlu segera diberikan begitu terlihat adanya respons belajar
yang benar
4.
subyek belajar perlu diberi kesempatan untuk melakukan generalisasi, dan
diskriminasi stimuli sebab hal ini akan memperbesar kemungkinan keberhasilan.
Beberapa prinsip Skinner antara lain :
1.
Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan,
jika benar diberi penguat.
2.
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3.
Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4.
Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk itu, lingkungan perlu
diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
5.
Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6.
Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya, hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
7.
Dalam pembelajaran digunakan shaping
C. Albert
Bandura (1925-masih hidup), .
Ia seorang psikolog yang terkenal
dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri.
Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan
anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Faktor-faktor yang berproses dalam
belajar observasi adalah:
1.
Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
2.
Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
3.
Reproduk di motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan
umpan balik.
4.
Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.
Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model
atau teladan mempunyai prinsip - prinsip sebgai berikut:
1.
Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara
mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik
kemudian melakukannya.
2.
Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang
dimilikinya.
3.
Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut
disukai dan dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat. Karena
melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori Bandura dilihat dalam kerangka
Teori Behaviour Kognitif. Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya
perilaku agresi dan penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi
perilaku.Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan
dalam berbagaipendidikan secara massal.
Implikasi
Teori Behavioristik Terhadap Pembelajaran
Implikasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran
Berangkat dari asumsi bahwabelajar merupakan perubahan perilaku sebagai akibat
interaksi antara stimulus denganrespons, maka pembelajaran kemudian dipandang
sebagai sebuah aktivitas alih pengetahuan (transfer of knowledge) oleh guru
kepada siswa. Dalam perspektif semacam ini,terlihatbahwa peran guru dipandang
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Kedudukan siswa dalam konteks
pembelajaran behaviorisme menjadi “orang yang tidak tahu apa- apa” dan karena
itu perlu diberitahu oleh guru. Dengan demikian perubahan perilaku siswa
mestibersesuaian dengan apa yang dikehendaki oleh guru. Jika terjadi perubahan
perilaku yangtidak sesuai maka hal tersebut dipandang sebagai error behavior
yang perlu diberikanganjaran.Pembelajaran dengan demikian dirancang secara
seragam dan berlaku untuk semuakonteks, tanpa mempersoalkan perbedaan
karakteristik siswa maupun konteks sosial dimanasiswa hidup. Kontrol belajar
dalam pembelajaran behavioristik tidak memberi peluang bagisiswa untuk
berekspresi menurut potensi yang dimilikinya melainkan menurut apa
yangditentukan.Mengacu pada berbagai argumentasi yang telah dipaparkan, maka
secara ringkasimplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1) Pembelajaran
adalah upaya alih pengetahuan dari guru kepada siswa.
2) Tujuan
pembelajaran lebih ditekankan pada bagaimana menambah pengetahuan.
3) Strategi
pembelajaran lebih ditekankan pada perolehan keterampilan yang terisolasidengan
akumulasi fakta yang berbasis pada logika liner.
4) Pembelajaran
mengikuti aturan kurikulum secara ketat dan belah lebih ditekankan
padaketerampilan mengungkapkan kembali apa yang dipelajari.
5) Kegagalan
dalam belajar atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuandikategorikan
sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan atau
kemampuandikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
6) Evaluasi
lebih ditekankan pada respons pasif melalui sistem paper and pencil test
danmenuntut hanya ada satu jawaban yang benar. Dengan demikian, evaluasi lebih
ditekankan pada hasil dan bukan pada
proses, atau sintesis antara keduanya
Teori
Belajar Behavioristik
A. Teori
Belajar Dari Psikologi Behavioristik
Teori belajar
behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui
rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon)
berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan
belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab
belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik
terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da
kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Teori
Behavioristik:
Mementingkan faktor lingkungan
Menekankan pada faktor bagian
Menekankan pada tingkah laku yang
nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
Sifatnya mekanis
Mementingkan masa lalu
1. Sejarah Teori Belajar Psikologi Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah
sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran
yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran
ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Menurut
teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus
dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena
itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat
diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan
tingkah laku tersebut.Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula
bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga
semakin kuat.
Beberapa prinsip
dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
Reinforcement and Punishment
Primary and
Secondary Reinforcement
Schedules of
Reinforcement
Contingency
Management
Stimulus Control in Operant Learning
The Elimination of Responses
2. Tokoh Teori Belajar Psikologi
Behavioristik.
a.
Teori Belajar Menurut Edward Lee
Thorndike (1874-1949)
Thorndike berprofesi sebagai
seorang pendidik dan psikolog yang
berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih
gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain
Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal
Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan Human
Nature and The Social Order (1940).
Menurut Thorndike, belajar merupakan
peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang
disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari
lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk
beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang
dimunculkan karena adanya perangsang. Bentuk paling dasar dari belajar adalah
“trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan
berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang
dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar
koneksionisme atau teori asosiasi. Percobaan Thorndike yang terkenal dengan
binatan kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang
tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak
di dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori
“trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu
terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah.
Setiap response menimbulkan stimulus yang
baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan response lagi, demikian
selanjutnya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
S RS 1 R1 dst
Dari percobaan ini Thorndike menemukan
hukum-hukum belajar sebagai berikut :
1. Hukum Kesiapan ( law
of readiness )
- Hukum Latihan ( law of exercise
- Hukum akibat ( law of effect )
Namun Thorndike menambahkan hukum tambahan
sebagai berikut:
a. Hukum Reaksi
Bervariasi (multiple response).
b.
Hukum Sikap ( Set/ Attitude).
c.
Hukum Aktifitas Berat Sebelah ( Prepotency of Element).
d.
Hukum Respon by Analogy.
e.
Hukum perpindahan Asosiasi ( Associative Shifting)
b. Teori
Belajar Menurut Ivan Petrovich Pavlov
(1849-1936).
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14
September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich
Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke
Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjan kedokteran dengan bidang dasar
fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada
institute of Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi
pencernaan. Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or
Medicine tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi
psikology behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of Digestive
Glands(1902) dan Conditioned Reflexes(1927).
c. Teori Belajar Menurut Watson
Watson
mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan
dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor
tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat
diamati.
d. Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark
Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi
Charles Darwin.
Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku
bermanfaat terutama untuk menjaga agar
organisme tetap bertahan hidup.
Oleh
sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan
biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam
seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam
belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon
yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku
juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis.
e. Teori Belajar Menurut Edwin
Guthrie
Azas belajar Guthrie
yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang
disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh
gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel
hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar.
Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi
stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.
Penguatan sekedar
hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan
mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon
bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik
perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon
bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment)
memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat
yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
f. Teori Belajar Menurut Burhus Frederic
Skinner (1904-1990).
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern,
Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku.
Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of
Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant
conditioning.
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai
tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa
perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana
seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement
yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar.
Konsep-konsep
yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara
stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang
kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.
Beberapa prinsip Skinner antara lain :
1. Hasil
belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika
bebar diberi penguat.
2. Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi
pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam
proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman.
5. Untuk
itu lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.dalam proses
pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6. Tingkah
laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
7. Dalam pembelajaran digunakan shaping.
g. Robert Gagne ( 1916-2002).
Gagne
adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan
penemuannya berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam instruksi
pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian
mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk mendisain
pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi media. Teori Gagne
banyak dipakai untuk mendisain software instruksional.
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong
guru untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya
belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi
pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual.
Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai
dari hal yang paling sederhana dilanjutnkanpada yanglebih kompleks ( belajar
SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai
pada tipe belajar yang lebih tinggi(belajar aturan danpemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut
tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
h. Albert
Bandura (1925-masih hidup).
Bandura
lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare
alberta berkebangsaan Kanada. Ia seorang psikolog yang terkenal dengan
teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya
yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru
secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Bandura mengembangkan 4 tahap melalui pengamatan atau
modeling
1. Tahap Perhatian =>
Individu memperhatikan model yang menarik, berhasil dan atraktif
2. Tahap Retensi =>
Bila guru telah mendapat perhatian dari siswa, guru memodelkan perilaku yang
akan di tiru oleh siswa dan member kesempatan kepada siswa untuk
mempraktekannya.
3. Tahap Reproduksi
=> Siswa mencoba menyesuaikan diri dengan perilaku model
4. Tahap Motivasi =>
Siswa akan menirukan model karena merasakan bahwa melakukan pekerjaan yang baik
akan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh
Konsep
penting lainnya dari teori belajar ini adalah pengaturan diri (self-regulation).
Dalam kegiatan belajar ini, individu mengamati perilakunya sendiri, menilai
perilakunya sendiri dengan standar yang dibuat sendiri, dan memperkuat atau
menghukum diri sendiri apabila berhasil ataupun gagal dalam berperilaku.
Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah:
1. Perhatian,
mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
2. Penyimpanan
atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
3. Reprodukdi
motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.
4.
Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendi
Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model
atau teladan mempunyai prinsip prinsip sebgai berikut:
- Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya.
- Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
- Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
3. Bagaimana Teori Belajar Dari Psikologi
Behavioristik ?
Kaum behavioris menjelaskan bahwa
belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement
dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam
berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya
merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian
kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian
tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul,
1997).
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut
oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang
paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik.
Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran
berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada
konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement),
merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan
Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali
tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel
atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat
diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu
menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan
respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan
adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman
penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak
yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata
perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat
berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya
stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya
pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati
tersebut. Teori behavioristik
juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak
kreatif dan tidak produktif.
Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses
pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target
tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan
berimajinasi. Padahal banyak faktor yang memengaruhi proses belajar, proses
belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
4. Aplikasi Teori Belajar Psikologi
Behavioristik Pada Dunia Pendidikan
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga
kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement
dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam
kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak
pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti,
tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga
belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau
pebelajaran.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik
ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas
“mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau
materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi
fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti
urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak
didasarkan pada buku teks wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan
kembali isi buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada
hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan
secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil
belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara
“benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah
menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang
terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai
kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pelajar
secara individual.
Sebagai
konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan
menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru
tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti
contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran
disusun secara hierarki dari yang sederhana samapi pada yang kompleks.
Tujuan
pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu
ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur
dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu
perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif
dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau
penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar